Putra Saya Cacat

Edisi C3I: e-Konsel 144 - Konseling Bagi Penyandang Cacat Tubuh

TANYA:

Bapak Palau, anak saya lahir dalam keadaan cacat. Kakinya pendek sebelah. Setahun setengah kemudian, ia kehilangan tiga jari tangannya dalam sebuah kecelakaan. Walaupun demikian, ia dapat menulis dengan baik, dapat bermain-main, dan sangat aktif. Tetapi, kelak bila ia dewasa, saya pikir ia akan menderita secara psikologis sebab ia cacat. Bagaimanakah saya dapat menolong anak saya?

JAWAB:

Anda tadi mengatakan bahwa keadaan cacat jasmani anak Anda tidak menghalangi dia unggul dalam beberapa kegiatan fisik. Bapak senang mendengarnya. Tetapi, Anda belum memberitahu saya apa yang membuat anak Anda cacat sejak lahir dan berapa umurnya. Kedengarannya anak Anda dapat dengan baik mengatasi keadaannya yang cacat.

Sudahlah lumrah bila seseorang yang cacat berusaha menutupi kekurangannnya sampai-sampai ia menjadi lebih unggul daripada yang lain. John Powell memberi beberapa contoh di dalam bukunya, "Why Am I Afraid To Tell You Who I Am?" (Mengapa Saya Takut Memberitahu Anda Siapa Saya?).

Glenn Cunningham adalah pelari jarak jauh pertama Amerika yang terkenal. Ia menjadi jagoan mungkin karena usahanya yang tangguh menguatkan kakinya. Kakinya menjadi pincang pada usia tujuh tahun. Pada waktu itu, ia nyaris tewas dalam musibah kebakaran.

Charles Atlas menjadi bina ragawan (body builder) pertama yang terkenal sebab ketika remaja ia malu dengan keadaan tubuhnya yang lemah dan kecil.

Saya yakin Anda sependapat dengan saya bahwa Anda tidak khawatir akan keadaan fisik anak Anda. Yang mengkhawatirkan Anda ialah kalau-kalau jiwanya akan menderita karena tubuhnya cacat. Sedikit banyak, kita semua juga mengalami penderitaan mental dan emosi.

Efek dari penderitaan itu lebih berkaitan dengan keadaan batin kita daripada keadaan fisik kita.

Konon, setiap ketidakberuntungan memunyai imbangan keuntungan yang sama besarnya atau bahkan lebih besar lagi. Saya menyetujuinya. Keadaan fisik anak Anda sebenarnya dapat menolong dia menjadi lebih kuat secara psikologis. Berilah dorongan agar ia juga unggul secara intelektual, moral, dan sosial.

Mertua perempuan saya terkena penyakit polio pada usia 42 tahun. Sampai sekarang ia sudah 20 tahun menggunakan kursi roda, tetapi ia tidak membiarkan keadaannya yang cacat itu membatasi perkembangan kepribadiannya ataupun hubungannya dengan orang lain. Sebagai contoh, setiap hari Rabu ia memimpin kelompok kaum pemudi. Ia membawa dampak yang baik bagi mereka.

Ada banyak contoh tentang orang-orang yang menjadi unggul kendati keadaan tubuh mereka cacat. Doronglah anak Anda untuk membaca kisah kehidupan orang-orang seperti Florence Nightingale (yang mengorganisasi kembali rumah-rumah sakit Inggris sementara ia sendiri sedang terbaring sakit di tempat tidur), Franklin D. Roosevelt (yang memimpin Amerika Serikat menuju kemenangan dalam Perang Dunia II sementara ia sendiri terbatas ruang geraknya pada kursi roda), dan Helen Keller (yang berhasil mengatasi keadaannya yang cacat dan menjadi seorang dosen dan pengarang yang disegani).

Ada satu buku istimewa yang saya ingin Anda dan putra Anda baca. Saya yakin Anda berdua akan terkesan sewaktu membacanya. Buku itu ditulis oleh seorang wanita yang pada usia delapan belas tahun mengalami kecelakaan ketika berenang. Tulang lehernya patah sehingga ia menjadi cacat; ia lumpuh dari bagian leher ke bawah.

Nama wanita itu Joni Eareckson Tada; bukunya berjudul Joni. (Sudah terbit dalam bahasa Indonesia dengan judul "Joni di Balik Awan" terbitan Gandum Mas. -- Red) Di dalam buku itu, ia dengan jujur mengutarakan bagaimana Tuhan menolong dia mengatasi keterbatasan jasmaninya dan bagaimana Tuhan memimpin dirinya menjalami kehidupan yang aktif, produktif, dan memuaskan.

Sumber
Halaman: 
11 -- 14
Judul Artikel: 
Pertanyaan yang Sulit Akan Dijawab Oleh Luis Palau
Penerbit: 
Lembaga Literatur Baptis (Yayasan Baptis Indonesia), Bandung 1999