Nilai Sebuah Paskah

Kisah kebangkitan dalam Injil Yohanes ini mencakup dua tema, yakni iman dan cinta. Agar bisa memercayai peristiwa kebangkitan, kita membutuhkan iman karena kebangkitan adalah suatu misteri. Dalam kamus Webster, "misteri" diartikan sebagai suatu teka-teki yang sulit dijelaskan, sesuatu yang mendatangkan rasa heran, yang membuat seseorang berdiri terpaku di hadapannya tanpa mengeluarkan sepatah kata pun. Dalam peristiwa kebangkitan, kita juga mengalami semua yang dilukiskan untuk sebuah misteri dalam kamus Webster. Kebangkitan itu hanya dapat dipahami dalam konteks iman karena tak ada sesuatu pun di dunia ini yang bisa membantu kita untuk memahami kebangkitan seonggok tubuh yang telah kehilangan nyawa. Kesedihan serta keputusasaan yang dibawa oleh kematian, kini telah diatasi oleh suatu janji akan kehidupan kekal, dan ini hanya dapat dipahami lewat iman.

Tema yang kedua adalah cinta. Seperti yang tampak pada akhir perikop Injil ini, Yohanes, murid yang dikasihi Yesus serta yang mengasihi Yesus, adalah orang pertama yang percaya akan kebangkitan. Ia juga adalah orang pertama yang mengerti peristiwa kebangkitan. Cinta memberinya mata yang bisa melihat tanda misteri dan percaya. Cinta mampu menangkap kebenaran ketika intelek diliputi ketidakpastian. Cinta bisa membuka nilai asli dari sesuatu ketika pikiran manusia seakan menjadi buta.

Maria Magdalena merupakan satu dari mereka yang termasuk dalam kelompok pionir yang menerima warta kebangkitan Yesus. Mereka adalah kaum kecil yang masih tertinggal di bawah kaki salib Yesus, ketika semua teman Yesus (para murid) terbirit-birit lari meninggalkan-Nya. Ketika tubuh Yesus dimasukkan ke dalam kubur, mereka juga ada di sana. Merekalah yang pertama kali datang ke kubur Yesus di pagi buta. Cinta mereka akan Yesus kini mendapat imbalannya, yakni menjadi kelompok pertama yang mengetahui warta gembira kebangkitan Yesus.

Di abad ini ketika Yesus telah berada dalam keagungan Bapa-Nya di surga, di manakah kita bisa bertemu dengan Yesus yang bangkit? Di awal Injil Yohanes, sejumlah orang Yunani, kelompok yang dikenal sebagai kaum pencari kebenaran, datang mendekati para murid dan meminta untuk bertemu dengan Yesus. Namun sayangnya, Yesus tidak menampakkan diri kepada mereka. Kaum Yunani tersebut hanya bisa bertemu dengan Yesus lewat kedua belas murid-Nya. Jadi, terhadap pertanyaan yang baru saja diajukan di atas, kini diberikan jawabannya: "Orang lain bisa melihat Yesus yang bangkit lewat mereka yang percaya akan Dia", yakni lewat mereka yang menyebut diri Kristen, yang menyebut diri murid-murid Yesus di abad ini. Teman-teman kita atau siapa saja yang bertemu dengan kita setiap hari, seharusnya mampu melihat diri Yesus yang bangkit lewat pelayanan dan cinta kita.

Kita tahu bahwa kehidupan Maria Magdalena telah berubah secara radikal sejak ia bertemu dengan Yesus. Yesus mampu melihat kehadiran yang ilahi dalam diri Maria Magdalena dan secara perlahan membantunya untuk mampu melihat kehadiran ilahi itu dalam dirinya dengan matanya sendiri. Sebagai pengikut Yesus, kita seharusnya mampu membawa perubahan hidup sebagaimana dialami Maria Magdalena di atas.

Ketika seseorang tak mampu melihat hari esok, ketika ia dilanda putus asa yang berat, ketika kakinya tak mampu lagi melangkah untuk meneruskan perjalanannya, ketika mata seseorang seakan buta dan tak mampu melihat apa yang benar, ketika seseorang tidak mendapat penghargaan yang layak sebagai manusia, di saat seperti itulah kita hendaknya datang memberikan kekuatan, harapan, dan semangat baru, untuk terus bergerak maju. Inilah warta kebangkitan yang seyogyanya kita kumandangkan.

Sumber diedit seperlunya dari: Situs : Pondok Renungan Penulis : Tarsis Sigho Alamat situs: http://www.pondokrenungan.com/isi.php?tipe=Renungan&table=isi&id=535