Bagian A: Duka Karena Kematian Orang yang dikasihi

Duka Karena Kematian Orang Yang dikasihi
Latar Belakang

Dukacita adalah derita emosional yang; menusuk dalam disebabkan oleh kematian orang yang dikasihi. Orang akan mengalami kesedihan yang dalam dan menusuk, penderitaan dan kepedihan. Meninggalnya salah seorang yang dikasihi, dapat menyebabkan suasana sedih dan sepi.

Masa sedemikian adalah masa sulit. Orang yang ditinggal sering merasa bahwa pengalamannya unik, tak seorang pun menanggung kehilangan seperti yang dideritanya. Berangsur-angsur melalui proses waktu, biasanya orang akan pulih ke keadaan semula. Tetapi orang-orang tertentu terus mengalami kedukaan berkepanjangan. Dalam arti tertentu, tak seorang pun dapat bebas sempurna dari merasa kehilangan kekasihnya.

Proses penyembuhan yang disebut di atas, biasanya sebagai berikut:
  1. Kejutan awal akibat kematian: dampak emosi yang dalam itu kadang-kadang melumpuhkan seseorang.
  2. Pelepasan emosi: masa menangis.
  3. Kesepian dan kemuraman: Perasaan kehilangan sering berkaitan dengan derajat ketergantungannya pada orang yang meninggal. Depresi bisa memiliki berbagai gejala.
  4. Rasa bersalah: "Seharusnya aku bertindak lain," atau "Seharusnya aku bertindak lebih . . . " dan sebagainya.
  5. Marah dan berontak: "Mengapa Allah bertindak seperti ini terhadapku?"
  6. Tahap kehilangan gairah: "Aku tak tahan," atau "Masa bodohlah."
  7. Berangsur-angsur kembali pada pengharapan: "Hidup harus berjalan terus." "Aku akan sanggup menanggungnya." "Allah akan membantu mengatasi semua ini."
  8. Kembali pada kenyataan dan kewajaran: menerima fakta kehilangan dan menyesuaikan diri dengannya.

Harus kita ingat, bahwa dukacita tidak teramalkan dan tak pula dapat diurut tahapannya. Kadang-kadang tahap-tahap duka muncul bersama dan saling tumpang tindih. Ada kalanya orang yang berduka merasa lepas sementara dari tahap sedih tertentu, untuk kemudian kembali terulang.

Untuk membimbing orang yang berduka, diperlukan keikhlasan, kepekaan dan kelembutan khusus, simpati dan empati. Kita perlu bergantung pada pimpinan Roh Kudus. Terlalu gampang dan banyak bicara menyatakan jawab, adalah bertindak lancang. Ucapan-ucapan kita harus tulus dan bermakna, peka dan tepat dengan situasi tersebut, sebab hiburan sejati bagi orang yang berduka tergantung di mana sesungguhnya dia berada dalam proses dukanya.

Jangan menganggap anda memiliki jawab untuk segala hal. Akui bahwa anda tidak mengerti mengapa atau bagaimana sampai Allah melakukan itu.

Jangan ucapkan hal-hal klise dan basi tentang kematian dan penderitaan.

Jangan katakan bahwa kalau yang berduka lebih rohani atau lebih akrab dengan Allah, kedukaannya akan lebih ringan.

Ingat bahwa satu kesempatan singkat melayani, akan tidak memadai untuk menolong yang berduka. Namun kita layani semampu kita, membagikan Yesus Kristus dan berita Firman Tuhan, sambil percaya bahwa Allah akan melakukan bagian-Nya.

Jangan memompakan padanya usaha untuk membuatnya riang dan senang.

Latar Belakang
Ayat Alkitab
Strategi Bimbingan
  1. Nyatakan kepadanya bahwa anda memperhatikan dia dan ingin menolong. Silakan dia menceritakan kematian orang yang dikasihinya dan bagaimana perasaannya. Jadilah pendengar yang sabar. Ini membantu dia mengalirkan perasaan-perasaan dukanya.
  2. Katakan bahwa menangis dan berduka adalah sehat. Ia merupakan pengalaman lazim manusia yang semua kita harus melaluinya. Ada yang mengatakan bahwa duka adalah "karunia Allah". Ia dapat menjadi jalan bagi-Nya untuk membantu kita bereaksi terhadap kejutan dahsyat yang disebabkan oleh kematian dan akibat-akibat emosional yang mengikutinya. Yesus berkata: "Berbahagialah mereka yang berdukacita, karena mereka akan dihibur." (Mat 5:4). "Yesus sendiri menangis di depan kubur Lazarus." (Yoh 11:35).
  3. Nyatakan kepadanya bahwa mengungkapkan perasaan-perasaan salah, marah, bingung atau muram, adalah baik. Perasaan tersebut tidak boleh ditekan olehnya atau ditolak oleh pembimbing. Dorong dia untuk mengungkapkan apa yang dirasakannya.
  4. Katakan kepadanya bahwa apa yang dirasakannya adalah wajar dalam proses berduka dan bahwa penerimaan serta penyembuhan akan datang, walaupun mungkin perlahan-lahan. Allah ingin memikul kepedihan dan kedukaan kita serta menghibur, memberi harapan dan kekuatan. Pada saat sedemikian, hidup akan terasa tak berarti, tetapi ingat -- Kristus tak berubah, Batu Karang yang teguh, dasar yang di atas-Nya kita dapat membangun ulang hidup kita.
  5. Tanyakan dia apakah dia pernah menerima Yesus Kristus menjadi Tuhan dan Juruselamat pribadinya. Jika belum, jelaskan "Damai dengan Allah",.
    Keyakinan kita akan masa depan berdasar teguh pada kenyataan yang Allah telah buat bagi kita dalam Kristus. Karena Kristus hidup, kita tak perlu muram, bagai manapun situasi kita. "Jika kita telah mati dengan Kristus, kita percaya, bahwa kita akan hidup juga dengan Dia. Sebab upah dosa ialah maut; tetapi karunia Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita." (Rom 6:8,23).
  6. Katakan bahwa bagi orang Kristen, kematian bukanlah akhir kehidupan. Melalui kematian dan kebangkitan-Nya, Kristus telah mengalahkan dosa dan maut, sehingga beriman kepada-Nya kini, berarti: kita "tidak akan mati selama-lamanya" (Yoh 11:25-26); "kita memiliki hidup kekal" (Yoh 3:16); "kita punya tempat terjamin di surga" (Yoh 14:1-6), "kita akan menerima tubuh kebangkitan" (1Kor 15:51,52). Juga, "jikalau kita percaya, bahwa Yesus telah mati dan bangkit, maka kita percaya juga bahwa mereka yang telah meninggal dalam Yesus akan dikumpulkan bersama-sama dengan Dia." (1Tes 4:14); jadi akan terjadi pertemuan kembali penuh kemuliaan kelak, antara kita dan semua mereka yang kita kasihi dan yang ada di dalam Tuhan!

    Nasihatkan orang tersebut untuk mulai membaca dan mempelajari Alkitab. Alkitab adalah sumber kekuatan dan penghiburan.

  7. Katakan bahwa Allah menganggap hidup kita di bumi sebagai persiapan untuk kesukaan besar surgawi (Mr 8:36). Karena itu, Dia mengizinkan ujian, penderitaan dan kematian orang yang kita kasihi, dalam hidup kita, agar kita menyadari betapa kita perlu percaya pada-Nya. "Bahkan kami merasa, seolah-olah kami telah dijatuhi hukuman mati. Tetapi hal itu terjadi, supaya kami jangan menaruh kepercayaan pada diri kami sendiri, tetapi hanya kepada Allah yang membangkitkan orang-orang mati." (2Kor 1:9).
  8. Jika dia mengungkapkan rasa bersalah atas aspek tertentu kematian orang yang dikasihinya (biasa terjadi pada kasus bunuh diri), nasihatkan dia untuk tidak mengecam diri berlebihan. Dia tidak perlu memikul rasa bersalah atas sesuatu yang tidak benar-benar dilakukannya. Semuanya sudah lewat, dan dia harus belajar menyerahkan semua penyesalannya kepada Tuhan. Jika ada sesuatu yang ingin diakuinya kepada Tuhan, lakukanlah, tetapi terimalah keampunan-Nya dalam terang. 1Yohanes 1:9.
  9. Jika nampaknya dia diliputi oleh perasaan kehilangan, kesepian dan gelap tentang apa yang harus dilakukannya kelak, anjurkan dia untuk menceritakan itu pada keluarganya dan mempercayai mereka untuk memberi dukungan emosional dan kekuatan. Gereja dapat mengisi kekosongan yang tersisa. Dia harus terlibat dalam persekutuan gereja. Pendeta dapat memberikan dukungan emosional. Jika dia belum menjadi anggota, dia harus melibatkan diri dalam suatu gereja yang mementingkan Alkitab. Belajar menerima kehendak Allah atas apa yang telah terjadi, memiliki hati yang bersyukur atas apa yang telah dialami bersama dengan orang yang dikasihi dan atas janji Tuhan tentang hal-hal yang akan dialami kelak, serta mengulurkan tangan kasih Kristen menolong mereka yang sedang pedih, akan menjadi cara kesembuhan dan faktor penting untuk belajar kembali menjalani hidup.
  10. Berdoalah meminta pengertian, hiburan dan berkat bagi hidupnya, bersamanya.
Kematian anak:

Kematian anak, khususnya sangat sulit dihadapi oleh orang tua yang masih mengasihi anaknya. Kematian yang menimpa hidup yang singkat, sering menghasilkan rasa bersalah, kemurungan dan banyak pertanyaan. Sebagai tambahan bagi Strategi Bimbingan tadi, kami mengusulkan beberapa hal berikut:

  1. Walaupun kita tidak mengerti mengapa anak itu meninggal, kita tahu bahwa anak-anak sangat bernilai di hadapan Allah. Yesus berkata, "orang-orang yang seperti itulah yang empunya Kerajaan Surga." (Mat 19:14). Secara tidak langsung, ini berarti bahwa anak-anak yang meninggal langsung diambil-Nya masuk ke dalam hadirat-Nya.
  2. Ketika putra raja Daud meninggal, dia berkata: "Dapatkah aku mengembalikannya lagi? Aku yang akan pergi kepadanya, tetapi ia tidak akan kembali kepadaku." (2Sam 12:23). Jadi, jika kita percaya bahwa Yesus mati dan bangkit kembali, percaya kepada-Nya sebagai Tuhan dan Juruselamat, memiliki harapan berkat untuk berjumpa kembali dengan yang kita kasihi.
Latar Belakang
Strategi Bimbingan
Ayat Alkitab

"Dan Ia akan menghapus segala air mata dari mata mereka, dan maut tidak akan ada lagi; tidak akan ada lagi perkabungan, atau ratap tangis, atau dukacita, sebab segala sesuatu yang lama itu telah berlalu." (Wahy 21:4)

"Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan. Aku didesak dari dua pihak: aku ingin pergi dan diam bersama-sama dengan Kristus -- itu memang jauh lebih baik." (Fili 1:21,23)

"Jawab Yesus: 'Akulah kebangkitan dan hidup; barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati, dan setiap orang yang hidup dan yang percaya kepada-Ku, tidak akan mati selama-lamanya. Percayakah engkau akan hal ini?'" (Yoh 11:25,26)

"Janganlah gelisah hatimu; percayalah kepada Allah, percayalah juga kepada-Ku. Di rumah Bapa-Ku banyak tempat tinggal. Jika tidak demikian, tentu Aku mengatakannya kepadamu. Sebab Aku pergi ke situ untuk menyediakan tempat bagimu. Dan apabila Aku telah pergi ke situ dan telah menyediakan tempat bagimu. Aku akan datang kembali dan membawa kamu ke tempat-Ku, supaya di tempat di mana Aku berada, kamu pun berada." (Yoh 14:1-3)

"Terpujilah Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus, yang karena rahmat-Nya yang besar telah melahirkan kita kembali oleh kebangkitan Yesus Kristus dari antara orang mati, kepada suatu hidup yang penuh pengharapan, untuk menerima suatu bagian yang tidak dapat binasa, yang tidak dapat cemar dan yang tidak dapat layu, yang tersimpan di surga bagi kamu. Yaitu kamu, yang dipelihara dalam kekuatan Allah oleh imanmu sementara kamu menantikan keselamatan yang telah tersedia untuk dinyatakan pada zaman akhir." (1Pet 1:3-5)

"Karena kami tahu, bahwa jika kemah tempat kediaman kita di bumi ini dibongkar, Allah telah menyediakan suatu tempat kediaman di surga bagi kita, suatu tempat kediaman yang kekal, yang tidak dibuat oleh tangan manusia." (2Kor 5:1) Mazmur 23:4-6