Bagian C: Penyiksaan: Istri atau Suami yang Mengalami Penyiksaan

Penyiksaan: Istri atau Suami yang Mengalami Penyiksaan
Latar Belakang

Adanya istri, suami, kekasih yang menderita penyiksaan, mengungkapkan wajah buruk masyarakat kita. Hanya sedikit dari kasus sedemikian yang sempat diungkapkan. Sementara itu, tindakan penyiksaan sendiri, entah jasmani, seksual, ucapan maupun emosional, bisa berlangsung bertahun-tahun. Orang yang mengalami penyiksaan itu, dapat kita jumpai pada segala tingkat sosial-ekonomi, pendidikan, suku dan kelompok usia. Dan, Kristen pun tidak luput.

Pribadi penyiksa seringkali menguasai seni melontarkan ucapan-ucapan yang menghina, menjijikkan dan bahasa-bahasa keji lainnya disertai oleh ancaman-ancaman. Kadang-kadang caci maki tadi sedemikian menghancurkan kepribadian orang, sampai korban merasa bahwa dia memang layak menerima siksaan jasmani.

Dia ditandai oleh harga diri rendah, depresi dan berbagai gangguan dan penyakit psikosomatis yang berkaitan dengan masalah tekanan jiwa. Mustahil untuk menentukan secara obyektif posisinya atau mengambil keputusan. Korban sering mengembangkan sikap seolah martir: mempersalahkan diri atas kelakuan pasangannya yang menyiksa dia. Kadang-kadang dia berharap bahwa "sebentar lagi akan terjadi perubahan", atau "nanti ada yang datang untuk menolongku". Pada waktu bersamaan, dia mengalami keterasingan emosional dan tidak ada kontak nyata dengan keluarganya.

Bila menyangkut istri yang disiksa, mungkin perlu tiga sampai empat bulan bimbingan, sebelum berangsur emosinya pulih, walaupun dia sudah pisah dari pasangan yang menyiksanya. Sekali dia dan anak-anaknya sudah berada di tempat aman (karena pasangannya tak dapat menemukan atau tidak mengetahuinya), dan ketika dia berkesempatan memikirkan ulang kejadian yang dialaminya, kerap rasa marah melanda hatinya.

Pihak penyiksa sendiri, jarang berubah kecuali kelakuannya dibongkar dan diserahkan kepada hukum.

Latar Belakang
Ayat Alkitab
Strategi Bimbingan
  1. Berikan dia dorongan dan kekuatan.

    Tindakannya mencari pertolongan, sudah tepat. Kami sedia menolong dan senang mendengarkan. Dia tidak sendiri, banyak orang lain mengalami perlakuan yang sama.

  2. Bertanyalah! Biasanya orang yang menerima penyiksaan memiliki kesulitan mengutarakan perasaan-perasaan mereka. Tanyakan:

    Bagaimana perasaan anda terhadap cara anda diperlakukan? Sudah berapa lama hal ini berlangsung? Ceritakan tentang suami atau istri anda. Seperti apakah dia? Bagaimana perasaan anda sendiri tentang diri sendiri? Hal-hal apa dapat anda lakukan untuk mengatasinya?

    Berdasarkan data yang kita ketahui tentang Latar Belakang orang yang menerima penyiksaan itu dan kehancuran emosional yang dialaminya, pembimbing mungkin perlu mengajukan pertanyaan-pertanyaan lain. Sasarannya ialah membantu mereka mengungkapkan diri dan menyadarkan bahwa mereka pun memiliki hak-hak tertentu sebagai wanita atau pria, dan sebagai istri atau suami, yang asalnya dari Tuhan.

  3. Jelaskan bahwa tidak seharusnya dia menerima perlakuan keji. Dia tidak perlu terus menjadi korban. Walaupun yang menyiksanya sering menyalahkan dia dan berusaha membenarkan diri, jelas kesalahan bukan pada si korban.
  4. Jelaskan padanya bahwa dia tidak perlu lagi menerima penyiksaan. Itu harus berhenti! Dia perlu tegas dan teguh. Tindakan pasangannya jelas melanggar hukum. Perlakuannya itu bisa menyebabkannya dihukum atau dipenjara.
  5. Untuk memutus libatan siksaannya, korban harus menghubungi pendeta atau lembaga bantuan masalah keluarga, untuk menceritakan masalahnya. Mereka akan memberikan analisa persoalan, bantuan, bahkan bila perlu usul tindak hukum. Pemisahan diri dari pihak penyiksa, mungkin sangat tepat.
  6. Usulkan keharusan dia mendapatkan bimbingan lanjut dan dukungan emosional. Pelayanan harus diatur dengan pihak-pihak yang mampu menangani, seperti pendeta, ahli jiwa Kristen atau lembaga bantuan masalah keluarga. Desak dia bahwa keputusan darurat harus diambil dan langkah pasti harus dibuat. Pembimbing bisa memberikan usulan, tetapi tindakan sendiri harus diambil yang bersangkutan.
  7. Nyatakan padanya bahwa Allah mengasihi dia. Dia lebih tahu dari orang lain, tentang apa yang sedang dialaminya. Sadarkan dia, bahwa Yesus pun menanggung siksa kata dan jasmani. Sudahkah dia menerima Yesus Kristus sebagai Juruselamat dan Tuhannya pribadi? Jika belum, jelaskan "Damai dengan Allah" . Jika responnya positif, jelaskan "Kepastian", .
  8. Anjurkan dia untuk mulai membaca dan mempelajari Alkitab untuk mendapatkan penghiburan rohani. (Tawarkan _Hidup dalam Kristus_ .)
  9. Jelaskan manfaat yang dapat diterima oleh dia dan keluarganya dari keterlibatannya dalam suatu gereja. Dukungan emosional dan rohaniah dapat diakibatkan oleh penyembahan, pengajaran Alkitab, persekutuan dan kesaksian dalam konteks kebersamaan gereja. Bimbingan pun dapat diberikan oleh gereja bersangkutan.
  10. Berdoalah bersamanya, agar dia memperoleh kekuatan dan pengertian. Serahkan dia pada kasih dan pemeliharaan khusus Allah.
Latar Belakang
Strategi Bimbingan
Ayat Alkitab

"Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu." (Mat 11:28)

"Aku telah mencari Tuhan, lalu Ia menjawab aku, dan melepaskan aku dari segala kegentaranku. Tujukanlah pandanganmu kepada-Nya, maka mukamu akan berseri-seri, dan tidak akan malu tersipu-sipu." (Mazm 34:5,6)

"Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu." (1Pet 5:7)

"Yang hatinya teguh Kaujagai dengan damai sejahtera, sebab kepada-Mulah ia percaya. Percayalah kepada Tuhan selama-lamanya, sebab Tuhan Allah adalah gunung batu yang kekal." (Yes 26:3,4)

"Percayalah kepada Tuhan dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri. Akuilah Dia dalam segala lakumu, maka Ia akan meluruskan jalanmu." (Ams 3:5,6)

Firman Tuhan lain yang diusulkan:
Mazmur 23:1-6; Mazmur 42:11