Menangkap Optimis

Edisi C3I: e-Konsel 171 - Optimis

Mengapa beberapa orang dibanjiri dengan masalah-masalah mereka, sedangkan orang lain justru tertantang untuk menghadapi masalah? Mengapa beberapa orang mundur, menyerah, dan berhenti saat menghadapi tantangan, godaan, dan kesulitan, sedangkan orang lain dengan latar belakang yang sama dan menghadapi masalah yang sama justru berani dan mengejar keberhasilan? Itu semua kembali pada pola pikir Anda. Sikap adalah hal kecil yang membuat perbedaan besar.

Optimis

"Research" yang dilakukan oleh para psikolog di Carnegie-Mellon University, Pittsburgh, menunjukkan bahwa orang yang optimis lebih bisa mengatasi stres daripada orang yang pesimis. Para psikolog ini mendapati bahwa orang yang optimis cenderung memberi respons terhadap kekecewaan dengan membuat rencana tindakan dan minta bantuan serta nasihat orang lain. Sedangkan orang yang pesimis, bila menemui kesulitan, sering kali berusaha melupakan segalanya dan menganggap tidak ada yang bisa mereka lakukan untuk mengubah keadaan.

Apakah Anda merasa sebagai orang yang optimis atau pesimis? Kebanyakan orang yang berhasil adalah orang yang optimis.

Orang-orang yang berhasil sering kali menjadikan sikap positif sebagai alasan utama atas keberhasilan mereka. Seperti yang dikatakan oleh Winston Churchill, "Saya adalah orang yang optimis. Tidaklah berlebihan untuk menjadi apa saja."

Terpengaruhlah

McGinnis menyebut orang yang benar-benar optimis sebagai orang yang "berpikiran optimis". Menjadi optimis akan menolong Anda menjaga semangat dan tindak lanjut Anda meskipun menghadapi kekecewaan dan kemunduran. Anda bisa benar-benar menangkap penyakit optimis ini dengan terus membuka diri terhadap virus-virus pikiran positif. Menjadi optimis dan bersemangat, seperti penyakit cacar air, gondong, dan flu, sangat menular. Anda bisa menulari orang lain dengan rasa optimis Anda dan mereka bisa menginfeksi Anda. Beradalah di lingkungan orang yang optimis dan Anda akan menjadi lebih optimis.

Penulis dan terapis terkenal, Alan Loy McGinnis, dalam bukunya yang berjudul "Power of Optimism", memberikan dua belas ciri orang yang optimis.

  1. Orang yang optimis jarang terkejut bila ada masalah.
  2. Orang yang optimis tidak melihat masalah secara sebagian saja.
  3. Orang yang optimis percaya bahwa mereka punya kuasa untuk mengendalikan masa depan mereka dan tidak menjadi korban keadaan.
  4. Orang yang optimis bisa menghentikan pikiran negatif mereka.
  5. Orang yang optimis mempertinggi kekuatan mereka dalam memberikan penghargaan.
  6. Orang yang optimis menggunakan imajinasi mereka untuk melatih keberhasilan.
  7. Orang yang optimis tetap ceria meskipun mereka tidak bahagia.
  8. Orang yang optimis percaya bahwa mereka punya kapasitas yang hampir tak terbatas untuk melebarkan sayap.
  9. Orang yang optimis membangun banyak kasih dalam hidup mereka.
  10. Orang yang optimis senang bertukar berita gembira.
  11. Orang yang optimis menerima apa yang tidak bisa diubah.
  12. Orang yang optimis biasanya memunyai pembaharuan fisik dan mental yang rutin.

Bagaimana dengan Anda, apakah ciri-ciri ini sesuai dengan gaya hidup Anda? Kita semua bisa menjadi lebih positif dan optimis dengan belajar untuk membangun gaya hidup di atas. McGinnis mengatakan:

"Orang yang berpikiran optimis ini mungkin memiliki tingkat intelegensi dan penampilan rata-rata, tetapi mereka tahu bagaimana menjaga diri mereka tetap termotivasi, dan mereka menghadapi masalah-masalah mereka dengan filosofi bahwa mereka sanggup melakukan sesuatu. Mereka ahli dalam membangun semangat positif untuk mencapai keberhasilan yang kuat dalam keluarga mereka atau dalam tim mereka, dan mereka muncul dari tragedi-tragedi yang mungkin lebih kuat dan menarik."

"Tidak diragukan lagi bahwa pikiran seperti ini memampukan orang untuk bangkit meraih puncak keberhasilan dalam bidang mereka. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa orang yang optimis pandai di sekolah, punya kesehatan yang lebih baik, punya penghasilan lebih, membangun pernikahan yang awet dan bahagia, tetap dapat menjalin hubungan dengan anak-anak mereka, dan bahkan mungkin hidup lebih lama." (The Power Of Optimism; hal. 1)

McGinnis menunjukkan bahwa setiap orang bisa belajar lebih optimis dengan membangun kebiasaan pikiran-pikiran optimis. Dia menjelaskan bahwa ini tidak berarti menjadi "muluk-muluk, serta tidak mendengar dan juga melihat yang jahat. Ada satu jenis pola pikir yang bodoh yang menutupi rasa optimis, tetapi cukup berbeda dengan pendekatan praktis menuju keberhasilan." (ibid., hal. 6-7)

Pikiran Optimis

McGinnis menyebut orang yang benar-benar optimis sebagai orang yang "berpikiran optimis". Contoh yang tepat adalah Winston Churchill. Pada Februari 1901, Winston yang masih muda, kurus, dan perlente berusia 26 tahun, bangkit untuk memberikan pidato pelantikan di Gedung Parlemen. Ini adalah langkahnya menuju 50 tahun ke depan. Pada pidato itu, dia menerima banyak kritikan, namun menghadapinya dengan kerendahan hati. Pada awal 50 tahun itu, dia mungkin menjadi orang yang paling dibenci di Gedung Parlemen. Musuh-musuhnya menyebutnya sebagai "Tikus Blenheim".

Churchill

Lalu, 38 tahun kemudian, saat Britania Raya di ambang kehancuran karena serangan Adolf Hitler, Raja George VI meminta Churchill untuk membentuk pemerintahan baru. Ketika itu ia berusia 65 tahun -- menjadi kepala negara tertua di Eropa. Politikus yang kaku dan gigih ini sudah terlalu banyak makan asam garam untuk tidak memasang senyum palsu dan mengatakan sesuatu yang muluk-muluk dan tidak realistis mengenai masa depan rakyatnya. Namun, pidatonya menguatkan optimismenya yang gigih dan realistis. "Saya tidak menawarkan apa-apa kecuali darah, kerja keras, air mata dan keringat," menjadi salah satu kata-kata terkenalnya dalam pidato pertamanya kepada rakyatnya saat menjadi perdana menteri di Gedung Parlemen pada hari Minggu malam bulan Mei 1940. Dalam kenyataan yang buruk, terdapat semangat optimisme yang berani dan suatu keyakinan bahwa negara Inggris yang putus asa dan tak berdaya dapat mengendalikan nasibnya dan akhirnya berjaya.

Dia menutup pidato itu dengan visi optimis yang tak ada hentinya: "Anda bertanya, apa tujuan kita? Saya bisa menjawabnya dengan satu kata: kejayaan -- kejayaan dalam segala bidang, kejayaan melawan semua teror, kejayaan yang mungkin membutuhkan jalan yang panjang dan sulit; tanpa kejayaan, tidak ada pertahanan." (The Last Lion, William Manchester, hal. 678)

Churchill menginfeksi seluruh negeri dengan sikap optimisnya dan membawa rakyatnya menuju kepada kejayaan dalam menghadapi rintangan-rintangan yang tidak dapat dipercayai.

Optimism Quotient

Seberapa optimis atau pesimiskah Anda? Lowell Peacock merangkumkan pentingnya menjadi optimis. "Sikap adalah kualitas pertama yang menunjukkan mana orang yang berhasil. Bila orang itu memiliki sikap positif dan berpikiran positif, yang menyukai tantangan dan situasi yang sulit, maka dia telah mencapai setengah dari keberhasilan. Dengan kata lain, bila dia adalah orang yang berpikiran negatif yang berpikiran sempit dan menolak menerima ide-ide baru dan memiliki sifat yang menentang, maka dia tidak akan mendapatkan kesempatan."

Dalam skala 1 sampai 10, berapakah tingkat optimisme Anda? Sediakan waktu untuk memerhatikan sikap Anda dalam sehari. Apakah berpikiran positif dan optimis atau jatuh dan pesimis? Bila kita tidak berhati-hati, mudah bagi kita untuk menjadi pesimis dan sinis. Anda bisa menjadi orang yang realistis dan tetap optimis bila Anda belajar mengendalikan pikiran, hati, dan jiwa Anda (Amsal 4:23).

Orang yang pesimis membuat Anda jatuh; orang yang optimis membuat Anda bersemangat. Presiden Lincoln pernah berkata, "Orang yang pesimis melihat kesulitan di dalam setiap kesempatan, sedang orang yang optimis melihat kesempatan di setiap kesulitan." Bila seseorang menanyakan kabar Anda dan akhirnya Anda mengatakan kepada mereka bahwa kabar Anda buruk, maka orang-orang tidak akan mau berada di sekeliling Anda. Orang yang optimis hampir tidak pernah berkata "malangnya aku"; menjadi orang yang mengasihani diri sendiri.

Carilah Pertolongan dari Tuhan

Tuhan memberi kita tanggung jawab pribadi untuk melakukan yang terbaik yang mampu kita lakukan dalam apa saja yang harus kita lakukan dalam segala keadaan, kemampuan, dan kesempatan (Efesus 6:8; Wahyu 20:15). Bila kita menjadi terlalu pesimis dan berperilaku menentang, kita bisa gagal dalam meraih keberhasilan.

Saat kita tahu ada tujuan yang lebih tinggi untuk hidup, kita bisa tetap lebih optimis dan positif. "Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah." (Roma 8:28)

Tuhan ingin kita memakai sikap baru yang dipenuhi dengan iman, pengharapan, dan tindakan positif (Efesus 4:22-24). Rasul Paulus mengingatkan kita untuk tetap positif dan optimis dalam fokus kita (Filipi 4:8).

Kehidupan Yesus Kristus memberikan contoh sempurna -- contoh yang harus kita usahakan (Filipi 2:5). Dia tidak pernah sombong, egois, atau merasa diri pandai. Dia sering mengajarkan kepada murid-murid-Nya untuk menghindari jebakan-jebakan mental ini (Matius 20:26-27; 23:6-8, 10-12). Dia tidak pesimis atau menyerah saat menghadapi pencobaan yang sulit.

Tertularlah dengan penyakit optimis dan jangan pernah melepaskannya. (t/Ratri)

Diterjemahkan dari:

Sumber
Judul Artikel: 
Catch the Disease of Optimism