Sepuluh Alasan Untuk Percaya Bahwa Allah Menawarkan Hadiah Terindah

Edisi C3I: e-Konsel 173 - Menantikan Natal

Allah Senang Memberi Hadiah Jauh Sebelum Kita Dilahirkan

Pencipta kita telah membuktikan diri-Nya sebagai Pemberi yang luar biasa dari segala sesuatu, jauh lebih dari apa yang dapat kita bayangkan. Sebagai Bapa Surgawi, Dialah yang memberi, "setiap pemberian yang baik dan setiap anugerah yang sempurna" (Yakobus 1:17). Ketika kita berkata bahwa "hal-hal terbaik dalam hidup adalah yang diperoleh dengan cuma-cuma", demikianlah kita mengakui bahwa ketika Allah memberikan hidup, persahabatan, dan keceriaan, Ia sedang menunjukkan bahwa tak ada yang dapat memberikan hadiah yang lebih baik dari apa yang diberikan-Nya. Meskipun pemberian terbaik-Nya sungguh berharga dan ditujukan dengan tepat untuk kebutuhan dan kebahagiaan kita, banyak yang berpikir bahwa pemberian itu tampaknya mustahil untuk menjadi kenyataan.

Hadiah Itu Sudah Dinyatakan di dalam Alkitab

Alkitab, buku yang paling banyak dikutip dibanding buku mana pun, menyatakan tentang hadiah luar biasa penuh misteri yang jauh melebihi apa pun yang pernah atau akan kita terima. Ketika dibuka, hadiah itu meliputi kedamaian pikiran, penerimaan, pengampunan, dan pengangkatan sebagai anak dalam keluarga surgawi, dan hidup yang kekal. Di dalam Alkitab, kesemuanya itu terdapat dalam satu paket yang dinamai keselamatan, dan disebut sebagai "karunia Allah" (Roma 6:23; Efesus 2:8-9).

Hadiah Itu Tidak Dapat Dibayar dengan Apa Pun

Pada umumnya, di berbagai bidang dalam hidup ini, kita bekerja keras untuk memeroleh rasa hormat, kepercayaan, dan kenaikan pangkat. Namun, tidaklah demikian dengan keselamatan yang merupakan hadiah sempurna dari Allah. Keselamatan tidak berasal dari usaha kita sendiri, tetapi merupakan kasih karunia; tidak diperoleh dengan upaya sendiri, tetapi dari memercayai; dan tidak didapat dengan mengusahakannya, tetapi dengan menerimanya. Rasul Paulus mengatakan, "Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri" (Efesus 2:8-9). Dalam suratnya yang lain dalam Perjanjian Baru, Paulus menambahkan, "Pada waktu itu Dia telah menyelamatkan kita, bukan karena perbuatan baik yang telah kita lakukan, tetapi karena rahmat-Nya" (Titus 3:5).

Allah Sendiri yang Membayarnya

Jauh sebelum orang-orang majus datang membawa berbagai hadiah ke palungan Bethlehem, Pencipta kita telah memberikan karunia untuk memilih kepada kita. Mengetahui bahwa kasih yang bermakna haruslah disertai kerelaan, Ia memberi kita kebebasan untuk menerima atau menolak Dia. Akan tetapi, dari semula, Adam dan Hawa memilih untuk meninggalkan-Nya. Bukannya membiarkan mereka dalam pemberontakan, Ia justru menyatakan sebuah rencana penyelamatan, yaitu seseorang yang tak bersalah akan menjadi korban dan mati untuk yang bersalah. Pada waktu yang ditentukan sendiri oleh Allah dan dalam suatu tindakan yang berdampak kekal, Ia melakukan sesuatu yang hanya dapat dilakukan karena kasih -— Ia mengorbankan Anak-Nya untuk membayar dosa kita (Yohanes 1:29; Ibrani 10:5-10).

Ada Bukti Pembayarannya

Fakta sejarah adalah bukti yang kita pegang dari pembayaran yang dilakukan-Nya. Para nabi Yahudi menubuatkan seorang Mesias yang akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka (Yesaya 53; Daniel 9:26). Ketika Ia datang, para penulis Injil memberitahu kita bahwa Ia menyembuhkan yang sakit, membangkitkan yang mati, dan memberi harapan kepada yang tertindas. Kemudian Ia melakukan apa yang tak disangka-sangka oleh orang banyak. Bukannya memanfaatkan dukungan massa untuk memeroleh kekuasaan, dengan membisu Ia menerima hujatan para musuh-Nya, dan dengan rela, mati di tangan para tentara Romawi. Ia bangkit tiga hari kemudian dan berjalan keluar dari kubur yang terjaga ketat (Lukas 24:1-7). Para saksi mata dari Kristus yang telah bangkit ini memilih mati di tangan para musuh daripada menyangkali kebangkitan-Nya.

Hadiah Itu Dibungkus dengan Penuh Perhatian

Allah membungkus hadiah-Nya yang sempurna dalam nubuat-nubuat yang tergenapi, mukjizat-mukjizat yang disaksikan banyak orang, dan penyelamatan demi penyelamatan yang mengagumkan selama ribuan tahun lamanya. Kemudian setelah berabad-abad dalam penantian, Sang Penguasa Surga mengunjungi seorang gadis muda Yahudi bernama Maria, dan dalam mukjizat yang terbesar dari segala mukjizat, membungkus diri-Nya sendiri dalam rahim Maria. Dalam tahun-tahun berikutnya, diri-Nya secara ironis tidak dikenal, diperhatikan oleh para pengikut yang tidak meyakinkan, menimbulkan rasa iri dari para pemimpin agama, dan mengalami kematian yang membuat banyak orang sangat kecewa. Ketika semua hal sepertinya tidak lagi ada harapan, Allah membungkus hadiah-Nya dalam laporan penuh kegirangan dari para saksi yang mengumumkan sebuah berita yang tidak pernah diduga: kebangkitan dari kematian. Sebagai sentuhan akhir, Sang Pencipta mempercantik hadiah keselamatan tersebut dengan pelangi keb hinekaan, yakni semua orang dari setiap bangsa di dunia yang hati dan hidupnya telah diubahkan oleh kasih-Nya (Wahyu 5:9).

Hadiah Itu Diberikan Karena Anugerah Allah

Bagi mereka yang telah menerima tawaran belas kasihan Allah, Rasul Paulus menulis, "Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri" (Efesus 2:8-9). Paulus pernah berusaha menyenangkan hati Allah dengan caranya sendiri (Filipi 3:3-9). Sekarang ia ingin agar para pembaca tulisannya mengetahui apa yang telah diketahui olehnya, bahwa hanya oleh kasih karunia Allah sajalah para malaikat di surga menyambut para pemberontak, yang telah jatuh dan hancur, untuk masuk ke dalam keluarga dan hadirat Allah yang kekal. Dalam suratnya yang lain, Paulus menggambarkan perbedaan antara Adam, yang menyebarkan dosa dan kematian kepada keturunannya, dengan Kristus, yang membawa kasih karunia dan hidup kepada semua yang percaya kepada-Nya. Ia menulis, "Tetapi karunia Allah tidaklah sama dengan pelanggaran Adam. Sebab, jika karena pelanggaran satu orang sem ua orang telah jatuh di dalam kuasa maut, jauh lebih besar lagi kasih karunia Allah dan karunia-Nya, yang dilimpahkan-Nya atas semua orang karena satu orang, yaitu Yesus Kristus" (Roma 5:15).

Hadiah Itu Hanya Dapat Diterima dengan Iman

Berikut adalah kata-kata Paulus yang dipilih dengan hati-hati untuk jemaat Efesus, "Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman." Dalam ungkapan yang mengandung syarat ini, kita diingatkan bahwa Allah datang hanya ketika Ia diundang. Allah, yang menginginkan kita mengalami kebahagiaan dalam keluarga-Nya yang kekal, mengetuk pintu hati kita dengan lembut, menunggu kita untuk menyambut-Nya masuk ke dalam hidup kita (Yohanes 1:12). Karena itu, Yohanes mengatakan, "Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal" (Yohanes 3:16).

Hadiah Itu Tersedia bagi Siapa Saja yang Bersedia Menerimanya

Kebanyakan yang menjadi sahabat Yesus adalah para nelayan, bukan cendekiawan. Salah satunya pernah menjadi pemungut cukai. Ada juga yang pernah dirasuki setan. Ada yang pernah menjual dirinya untuk mencari nafkah. Yang menyatukan mereka semua adalah kerelaan untuk menerima hadiah dari Allah. Bahkan dalam saat-saat-Nya yang terakhir, saat tergantung di atas kayu salib di antara dua orang penjahat, Yesus memberikan karunia hidup kekal. Salah seorang di antara penjahat itu mencemooh-Nya dan berkata, "Bukankah Engkau adalah Kristus? Selamatkanlah diri-Mu dan kami!" Namun, penjahat yang satunya menegur dia, katanya: "Tidakkah engkau takut, juga tidak kepada Allah, sedang engkau menerima hukuman yang sama? Kita memang selayaknya dihukum, sebab kita menerima balasan yang setimpal dengan perbuatan kita, tetapi orang ini tidak berbuat sesuatu yang salah." Lalu ia berkata, "Yesus, ingatlah akan aku, apabila Engkau datang sebagai Raja." Hanya karena keselamatan adalah hadiah berupa kasih karunia, maka Yesus dapat berkata kepadanya: "Sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus" (Lukas 23:39-43).

Hadiah Itu Menimbulkan Ucapan Syukur

Mereka yang tidak bersedia meminta tolong sering kali berbangga diri karena tak pernah merasa berutang pada siapa pun. Namun, mereka yang mau mengakui kebutuhan rohaninya menemukan sesuatu yang lebih bermakna daripada sikap tidak membutuhkan siapa-siapa itu. Mereka termasuk dalam jalinan orang-orang yang mengucap syukur karena mengetahui bahwa mereka berutang budi kepada orang lain. Mereka yang telah diselamatkan dari mobil atau gedung yang terbakar oleh petugas pemadam kebakaran yang berani atau seorang tak dikenal, mengetahui apa artinya menjalani sisa hidup mereka dengan perasaan syukur yang mendalam. Demikianlah juga mereka yang mengetahui bahwa dirinya telah diselamatkan oleh kasih karunia Allah dari api penghakiman, memunyai alasan untuk menjalani sisa hidup mereka dengan ucapan syukur yang meluap-luap kepada Allah (Efesus 2:10). Tak ada hal lain yang dapat menimbulkan senyum di wajah kita atau kasih di hati kita lebih daripada kesadaran bahwa segala sesuatu yang kita butuhkan telah diberikan kepada kita di dalam hadiah yang sempurna dari Allah.

Diambil dan disunting seperlunya dari:

Sumber
Judul Buku: 
Santapan Rohani Edisi Natal -- Hadiah Terindah
Pengarang: 
Tidak dicantumkan
Penerbit: 
RBC Ministries
Kota: 
Jakarta
Tahun: 
2007