Natal dan Keluarga

Edisi C3I: e-Konsel 174 - Mari Rayakan Natal

T: Pada akhir tahun seperti ini, biasanya setiap keluarga bersiap-siap menyambut Natal. Namun perlu diakui tidak semua keluarga bisa menikmati atau menyelenggarakannya. Sebenarnya, Natal adalah Tuhan Yesus sendiri yang hadir di tengah-tengah keluarga Yusuf dan Maria. Bagaimana kita mengaplikasikannya pada zaman sekarang?

J: Betul sekali, Tuhan memilih sebuah keluarga untuk menjadi tempat di mana Dia hadir, itu adalah sebuah peristiwa yang tidak bisa kita abaikan begitu saja seolah-olah itu peristiwa biasa. Itu menandakan bahwa memang Tuhan mengerti sesungguhnyalah seorang anak harus dibesarkan di dalam sebuah keluarga yang menyambut dan mengasihinya. Di dalam keluarga, Tuhan Yesus diterima, dibesarkan dalam kasih dan akhirnya menjadi seorang dewasa. Bahkan dikatakan di dalam firman Tuhan bahwa Tuhan makin hari makin bertumbuh. Keluarga memunyai simbol di dalam makna Natal ini, sebab keluarga adalah tempat di mana kasih itu harus menjadi sebuah suasana, jiwa dari sebuah keluarga, dan itu menandakan bahwa anak seharusnya memang bertumbuh di dalam sebuah lingkup yang penuh dengan kasih, barulah dia dapat bertumbuh seperti bagaimana adanya. Ini sedikit banyak merupakan sebuah simbol bahwa di dalam keluarga Allah, seharusnyalah ada kasih yang melimpah, di mana semua anak-anak ak hirnya akan menerima kasih dari Allah Bapa di surga.

Yang kedua, ada yang Tuhan juga ingin lakukan lewat keluarga di dalam Natal ini, yaitu bukankah yang digunakan adalah bahasa keluarga, yaitu Allah Bapa, Allah Putra. Yesus dipanggil sebagai Anak Allah, makanya dikatakan juga bahwa Allah mengasihi sehingga menyerahkan atau memberikan Putra tunggal-Nya. Lewat keluarga, barulah kita memahami sedikit banyak makna pengorbanan kedatangan Kristus ke dalam dunia ini, yaitu demi kasih Allah Bapa kepada kita anak-anak-Nya, Allah Bapa rela mengorbankan Putra tunggal-Nya. Atau kalau kita kaitkan dengan kita ini, Tuhan Allah mengorbankan Putra sulung-Nya agar kita bisa pulang kembali ke rumah Allah Bapa. Bahasa-bahasa ungkapan ini bisa dimengerti oleh manusia karena manusia memunyai keluarga. Jadi, tanpa kita ketahui dari awalnya, Tuhan sudah memunyai sebuah rancangan, mengapa Tuhan menetapkan adanya keluarga di dalam bumi ini. Bukan hanya supaya anak-anak bisa dibesarkan dalam kasih sehingga menjadi manusia-manusia yan g utuh, tapi keluarga sekaligus menjadi sebuah perlambangan antara Allah dan manusia sehingga kita lebih dapat memaknai pengorbanan Allah Bapa yang harus menyerahkan dan melepaskan Putra-Nya untuk kita, supaya akhirnya kita bisa dipersatukan kembali dengan Allah.

T: Apa yang seharusnya menjadi tanggapan kita sebagai orang tua kepada Tuhan saat menjelang memperingati Natal?

J: Yang pertama adalah kita dapat mengajak anak untuk berterima kasih kepada Tuhan atas kasih-Nya yang begitu besar. Kita bisa membacakan kisah Natal yang terdapat di Matius 1:18 hingga Matius 2:12; Lukas 2:1-20, itu adalah peristiwa menjelang Natal. Pada hari Natal, kita bisa membacakan Filipi 2:5-11 untuk keluarga. Di sana dijelaskan makna pengorbanan kedatangan Kristus, bahwa Tuhan Yesus tidak memertahankan hak-Nya, kedudukan-Nya sebagai Allah di surga, Dia rela mengosongkan diri-Nya menjadi seorang Hamba hingga mati di kayu salib, itulah makna dari Natal. Kita bisa memberikan kesempatan kepada setiap anggota keluarga untuk menyatakan syukur kepada Allah Bapa yang telah rela melepaskan Kristus datang ke dunia untuk mati bagi kita.

T: Membacakan kisah-kisah Natal sering kali juga menjadi masalah bagi orang tua karena kebanyakan anak sudah memahami dan sudah mengerti kisahnya. Bagaimana supaya apa yang kita bacakan itu tetap didengar oleh mereka?

J: Kita bisa membuat variasi, misalnya kita meminta seseorang untuk menjadi narator, anak yang satu membacakan dari pihak malaikat atau dia bisa membacakan atau menyuarakan Maria, ibu Yesus, dan sebagainya. Dengan cara-cara seperti itu, saya kira anak-anak akan lebih tertarik untuk membacakannya. Penting sekali setelah membacakan kisah Natal, kita membaca juga Filipi 2:5-11 sehingga anak-anak memeroleh perspektif bahwa kedatangan Tuhan Yesus ke dunia ini bukanlah sebuah kedatangan agar kita bisa merayakan Natal dan bersukacita di hari Natal, tapi supaya kita memunyai hubungan kembali dengan Allah. Katakan kepada anak-anak, "Kalau Yesus tidak datang, kita tidak bisa berdoa kepada Allah Bapa, kita tidak bisa memunyai jaminan bahwa setelah kita meninggalkan dunia ini, kita akan pulang ke rumah Bapa di surga, kita tidak bisa mendapatkan berkat-berkat dari Allah Bapa karena kita akan tetap menjadi orang-orang yang telah berbuat dosa dan telah bersalah kepada Tuh an. Tetapi karena kedatangan Tuhan dan kematian Tuhan, maka semua dosa-dosa itu telah ditanggung oleh Tuhan sehingga kita bisa kembali merajut relasi dengan Allah Bapa." Jadi semua mesti kita jelaskan kepada anak-anak.

T: Untuk doa, kita tidak perlu menuntut mereka berdoa yang panjang, tetapi yang sungguh-sungguh, yakni apa yang mereka syukuri dengan mengingat peristiwa Natal ini?

J: Betul sekali. Jadi kita jangan mengharapkan anak-anak bisa memanjatkan doa-doa yang kompleks dengan kata-kata yang juga manis didengar. Tapi minta mereka menggunakan bahasa anak-anak untuk menyatakan syukur kepada Tuhan.

T: Selain hal mengucap syukur, mungkin ada hal lain?

J: Sebagai orang tua, kita bisa membagikan perasaan kita, bagaimana perasaan kita jika kita harus merelakan kepergian seorang anak agar bisa membawa pulang anak-Nya yang lain. Kita bisa tanyakan kepada anak, bagaimana perasaannya bila harus terjadi pada keluarga ini. Misalkan kita berkata, "Bagaimana perasaan kalian kalau supaya adik pulang, kakak harus pergi dan tidak ada di rumah lagi, bisa tidak kita memilih itu?" Saya duga, anak-anak akan berkata, "Tidak bisa, saya tidak mau kehilangan kakak supaya adik kembali, dan sama, kami juga tidak mau kehilangan adik supaya kakak kembali." Itulah yang Allah Bapa harus lakukan agar kita anak-anak-Nya yang lain kembali kepada Tuhan. Dia harus merelakan, melepaskan Tuhan Yesus. Dengan cerita seperti ini, anak-anak akan tergugah untuk lebih memahami betapa besar pengorbanan seorang ayah, betapa besar pengorbanan seorang Allah Bapa, yang dilandasi atas kasih. Itulah yang kita tekankan kepada mereka, Allah Bapa begitu mengasihi kita sehingga Dia rela melepaskan Putra tunggal-Nya. Jadi, melalui pembahasan seperti ini, anak-anak akan lebih mengerti apa arti Natal bagi mereka.

T: Jadi, momen Natal juga bisa menjadi suatu momen untuk bisa mengintrospeksi diri, mengevaluasi diri, baik secara pribadi maupun secara bersama-sama seperti suatu keluarga?

J: Betul, kita bisa menggunakan kesempatan itu untuk memeriksa, bercermin diri, apakah yang telah kita lakukan untuk Tuhan, berapa banyak, berapa besarkah hal-hal yang telah kita perbuat untuk Tuhan ataukah kebalikannya, kita melakukan hal-hal yang mengecewakan Tuhan. Mungkin anak-anak yang sudah besar dan bisa diajak bicara di waktu Natal itu bisa saling membagikan kelemahan-kelemahan, perbuatan-perbuatan yang telah dilakukan yang tidak menyenangkan hati Tuhan. Kita pada akhirnya meminta ampun kepada Tuhan, mengakui dosa kita, dan kita juga melakukan hal yang sama satu sama lain. Dengan kita memelopori mengakui kesalahan, maka anak-anak pun nantinya termotivasi melakukan hal yang sama kepada kita maupun kepada adiknya atau kakaknya.

T: Mungkin ada hal lain yang ingin disampaikan?

J: Yang terakhir, karena Natal adalah bukti kasih Allah, maka ajaklah anak untuk menyatakan bukti kasih kepada Allah pula. Selain dorongan untuk memberi dan berkorban bagi yang lain, tekankanlah bahwa kehadiran Kristus di hari Natal adalah untuk mengajak anak-anak-Nya yang telah meninggalkan-Nya untuk kembali kepada-Nya. Jadi kita bisa bertanya kepada anak-anak, "Siapakah yang ingin mereka doakan," ajak mereka untuk mengenal Kristus. Sekali lagi kita harus mengingatkan anak-anak bahwa tugas Tuhan belum selesai, pekerjaan Tuhan masih tersisa. Dia sebetulnya mati untuk semua orang, tapi tidak semua orang mengakui dan menerima kematian-Nya. Memang semua orang telah mendengar tentang Tuhan Yesus, tapi tidak semua orang memahami hal ini dan tidak semua orang mengakui-Nya. Kita juga harus meneruskan pekerjaan Tuhan yang belum selesai itu, memberitahukan kepada orang bahwa Tuhan mengasihi kita semua dan Tuhan telah mengirimkan putra-Nya untuk datang dan mati bagi kita, supaya kita bisa membenahi relasi kembali dengan Allah Bapa. Oleh sebab itu, kita tanya kepada anak-anak, siapa teman-teman mereka yang mereka ingin doakan supaya suatu hari kelak, bisa menerima Kabar Baik ini. Kemudian kita bisa berdoa bersama untuk nama-nama yang telah mereka sebutkan itu.

T: Sebelum mengakhiri, ada ayat firman Tuhan yang ingin dibacakan?

J: Yohanes 3:16 mengingatkan bahwa sesungguhnya inilah arti Natal, "Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal." Natal adalah karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal. Itulah Natal.

Sajian di atas kami ambil/edit dari isi kaset TELAGA No. T258A yang telah diringkas/disajikan dalam bentuk tulisan. Jika Anda ingin mendapatkan transkrip lengkap kaset ini lewat e-mail, silakan kirim surat ke: < owner-i-kan-konsel(at)hub.xc.org> atau < TELAGA(at)sabda.org >. Atau kunjungi situs TELAGA di: ==> http://www.telaga.org/transkrip.php?natal_dan_keluarga.htm