Meninggalkan yang Lain: Mencegah Para Penyusup Memasuki Pernikahan Anda.

Saat Ini Satu Dari Setiap Dua Pernikahan Berakhir Dengan Perceraian

Tapi lebih banyak lagi jumlah orang yang melanggar janji pernikahan mereka untuk "meninggalkan yang lain", dan sebaliknya menjadi tidak setia terhadap pasangan mereka. Beberapa kritikus menyalahkan masalah ini pada menurunnya moralitas atau nilai-nilai yang dianut oleh generasi ini. Tetapi orang-orang Kristen yang memegang teguh keyakinan melawan ketidaksetiaan sekalipun, juga termasuk dalam statistik menyedihkan ini. Hidup dalam dunia di mana ketidaksetiaan pernikahan menjadi norma kehidupan, kita sebagai umat Kristen harus lebih berhati-hati dalam melindungi pernikahan kita di masa-masa ini. Cara-cara apa saja yang dapat Anda lakukan untuk mencegah para penyusup memasuki pernikahan Anda? Mari kita lihat bersama-sama.

Tetap Siaga: Dengarkan Dering Beker

Kalau Anda bicara dengan orang-orang yang pernah berselingkuh, kebanyakan akan berkata bahwa mereka tidak pernah mencari-cari kesempatan untuk membohongi pasangan mereka. Malahan, banyak yang menceritakan rasa terkejut mereka atas ketertarikan mereka pada seseorang yang entah bagaimana membuat mereka "menjadi hidup" dan bersentuhan dengan emosi yang tidak mereka rasakan selama bertahun-tahun. Perasaan terhubung dan kasih sayang ajaib serupa ini membuat tindakan melanjutkan perasaan itu dengan membangun hubungan terlarang, entah bagaimana tampak benar. Yang sering tidak disadari oleh individu-individu ini ialah bahwa awal kejatuhan mereka biasanya terletak pada kegagalan untuk menyadari bahwa ketertarikan mereka pada orang lain adalah suatu tanda bahaya. Mereka tidak melihatnya seperti apa adanya suatu dering beker yang menyuarakan peringatan mendesak dan serius untuk membenahi kehampaan emosi dalam pernikahan mereka. Kehampaan ini mungkin sudah berlangsung tanpa diketahui dan diperhatikan selama bertahun-tahun, dan sudah membuat mereka rentan terhadap pencobaan.

Kalau dibiarkan tidak dipenuhi, kebutuhan emosional kita memuluskan jalan bagi kerinduan menggebu dan kerentanan. Kita khususnya jadi mudah menjalin perselingkuhan sewaktu tidak puas dengan pernikahan kita sendiri. Ketidakpuasan semacam ini sering kali terbentuk sebagai akibat dari tidak terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan dan keinginan-keinginan, yang mengarah pada kekosongan emosional yang bisa berkembang tanpa terdeteksi dalam pernikahan kita. Sejalan dengan waktu, kekosongan ini menjadikan kita rawan terhadap perhatian dan kasih sayang orang lain. Tindakan-tindakan penuh perhatian, tak peduli betapa pun tak berdosanya, yang diberikan oleh orang selain pasangan kita, bisa saja ternyata memenuhi kekosongan emosional di dalam diri kita, menciptakan suatu ilusi tentang keakraban dan menumbuhkan rasa tertarik pada orang tersebut.

Perjodohan mungkin ditetapkan di surga, tapi pernikahannya dibangun di dunia. Setiap pernikahan, yang terbaik sekalipun, punya "kelemahan", kekosongan emosional, dan hal-hal negatifnya sendiri- sendiri yang rawan terhadap para penyusup. Tetapi, yang memisahkan pernikahan yang berhasil dengan yang gagal ialah bagaimana rasa tertarik pada seorang calon penyusup ditangani. Mereka yang terus melanjutkan perselingkuhan, menerjemahkan ketertarikan yang mereka rasakan terhadap seseorang di luar pernikahan sebagai tanda bahwa mereka dan pasangan mereka sudah terpisah jauh dan tak mungkin berbaik lagi.

Sebaliknya, mereka yang memegang teguh janji pernikahan, dengan serius memperhatikan rasa tertarik semacam ini sebagai suatu dering beker untuk melakukan beberapa perbaikan pada pernikahan mereka. Mereka menyadari bahwa suatu kekosongan emosi telah berkuncup dalam pernikahan mereka dan perlu dipangkas sebelum sempat berakar dan merusak berkat pernikahan yang telah diberikan Tuhan kepada mereka.

Berkomunikasi Dengan Pasangan Anda dan Memperoleh Kembali Sikap Serius

Dalam suatu acara komedi situasi televisi Amerika yang terkenal, "Mad About You", seorang istri muda berperang batin untuk memberitahu suaminya setelah ia berciuman dengan seorang pria rekan kerjanya. Ia ingin diam saja karena berbagai alasan: "Oh, itu bukan apa-apa." "Ini takkan terjadi lagi." "Buat apa mengungkit-ungkit hal ini dan menyakitinya padahal tidak ada apa-apa." Daftarnya terus berlanjut. Seperti dia, kebanyakan dari kita akan memilih untuk merahasiakan rasa tertarik kita terhadap orang lain dari pasangan kita. Sesulit apa pun mengemukakan secara terang-terangan topik ini kepada pasangan kita, ini adalah langkah penting pertama jika kita benar-benar ingin menyelesaikan masalah pernikahan yang mungkin terletak di bawah bendera merah ketertarikan.

Alkitab mengajar kita untuk berkomunikasi secara jujur dengan pasangan kita. Komunikasi adalah senjata penting melawan hubungan- hubungan terlarang, yang hanya bisa dimulai sewaktu seseorang membohongi pasangannya. Namun demikian, hanya ketika kita secara jujur mengakui perasaan kita kepada pasangan kitalah kita bisa mulai membahas kekosongan-kekosongan emosional yang mungkin berkembang dalam pernikahan kita. Tetapi pertama-tama kita harus mengenali kekosongan-kekosongan itu dulu sebelum perbaikan dapat dilakukan. Seperti didapati oleh si istri dalam "Mad About You", mengungkapkan masalah ciuman itu kepada suaminya memang menciptakan gelombang yang tak diinginkan dalam pernikahan mereka, tetapi juga membantu menempatkan masalah-masalah hubungan yang sebelumnya tak terlihat pada titik pusat perhatian.

Salah satu bagian tak terpisahkan dalam menyembuhkan diri dari pencobaan perselingkuhan ialah memperoleh kembali naluri keseriusan. Kapan saja kita mulai merasa tertarik terhadap orang selain pasangan kita, kita perlu mengambil langkah penting untuk memperoleh kembali hati dan pikiran yang serius. Kita dapat memadamkan perasaan yang tak sepantasnya kita rasakan terhadap seseorang ini hanya sewaktu kita meniadakan kondisi-kondisi yang memicu rasa tertarik ini sejak mula. Selain berkomunikasi dengan pasangan kita, hal ini hampir selalu berarti sebisa mungkin menghentikan hubungan lebih lanjut dengan calon penyusup tersebut.

Yang tak kalah pentingnya ialah melepaskan kenangan-kenangan tentang rasa sayang dan perasaan-perasaan serta kerinduan-kerinduan terhadap orang itu. Meskipun sang penyusup tidak lagi hadir secara fisik, kenangan-kenangan dan kekangenan-kekangenan ini bisa terpaut di hati kita. Kecuali kita langsung menghentikannya cermat-cermat dengan pertolongan Tuhan, perasaan-perasaan ini akan menghambat kapasitas kita dalam mengembangkan kedekatan dengan pasangan kita.

Jagalah Ucapanmu

Pasangan yang pernikahannya berhasil biasanya memiliki jaringan sehat pendukung yang terdiri dari teman-teman dan keluarga. Persahabatan dan hubungan dengan berbagai orang merupakan bagian kehidupan yang penting dan alami. Tentu saja, tidak ada salahnya menyalurkan rasa frustrasi Anda kepada para sahabat sehingga Anda tidak perlu hanya bergantung pada pasangan untuk mendapatkan dukungan. Dalam dunia kita yang berteknologi maju, komunikasi dengan orang lain tidak mengenal batasan geografis. Dengan menekan beberapa tombol, Anda sudah bisa mencapai seseorang di seberang bola dunia, entah dengan telepon atau internet. Sekarang mencurahkan isi hati Anda tentang satu masalah filosofis tertentu ataupun tantangan khusus dalam hidup Anda bisa dilakukan tanpa susah payah. Tetapi sebagaimana kenyamanan teknologi ini bisa menjadi berkat, ia juga dapat menjadi kutukan. Jika Anda tidak berhati-hati, Anda bisa saja bicara terlalu banyak sehingga tidak lagi mendatangkan kebaikan bagi pernikahan Anda.

Pada umumnya perselingkuhan terjadi dengan seseorang yang sudah Anda kenal. Sering kali dengan seorang sahabat, rekan kerja, atau bahkan sesama jemaat gereja. Pemicunya biasanya adalah rasa sayang pada seseorang. Karena kasih sayang tumbuh bersama perbincangan antar dua orang, kita terutama harus berhati-hati tentang apa yang kita ungkapkan kepada lawan jenis. Kita harus waspada agar tidak berkomunikasi dengan sahabat atau orang lain sedekat komunikasi kita dengan pasangan kita. Kunci untuk melindungi pernikahan kita ialah tidak mengizinkan para talon penyusup memperoleh akses ke hati kita. Lindungilah hati Anda, sang sumber kedekatan emosional, karena hanya pasangan Andalah yang boleh memiliki akses ke pemikiran-pemikiran, kerinduan-kerinduan, impian-impian, dan keputusasaan-keputusasaan Anda yang terdalam.

Menjaga ucapan kita artinya tidak mengeluh tentang pasangan kita kepada para sahabat, rekan kerja, atau bahkan hamba Tuhan yang berlawanan jenis di belakang punggung pasangan kita. Mengapa? Karena di saat-saat paling rapuh, dengan mengeluh tentang pasangan kita kepada siapa pun yang berlawanan jenis, kita menyingkapkan keinginan dan harapan kita yang tak terpenuhi kepada mereka. Kalau pengungkapan ini terjadi di belakang punggung pasangan kita, pada intinya kita mengundang si orang lain ini untuk memenuhi kebutuhan kita, dan mencoba menciptakan suatu ilusi kedekatan yang telah hilang dari pernikahan kita. Orang tersebut mungkin malah tidak menyadari bahwa dia juga menciptakan suatu rasa keterikatan atau ketertarikan pada diri kita. Tetapi sekali satu saluran komunikasi eksklusif nan mesra terbentuk, ia membuka pintu lebar-lebar bagi Iblis untuk mencobai kita dengan mengaburkan bahkan tindakan yang paling tak berdosa atau dengan menciptakan pemikiran-pemikiran dan perasaan-perasaan tidak patut yang pada mulanya tidak ada sama sekali.

Itulah sebabnya saran yang paling bijak bagi kita ialah mencurahkan hati kita dan membahas masalah-masalah pernikahan kita dengan teman- teman sesama jenis. Kita semua membutuhkan dukungan dan penghiburan dari orang lain sewaktu sedang membutuhkan. Tetapi kita harus berhati-hati agar tidak mengundang Iblis mengambil keuntungan dari kerentanan kita dengan mencobai kita untuk berpaling pada seseorang yang bisa menjadi calon penyusup dalam pernikahan kita.

Menjadi Penolong yang Bijaksana

Hal yang sebaliknya juga sama pentingnya. Kita perlu sama berhati- hatinya dalam mengulurkan tangan atau telinga kepada seseorang yang membutuhkan. Ingatlah bahwa orang-orang yang sedang membutuhkan merasa rapuh dan memiliki keinginan yang tak terpuaskan. Sewaktu kita menawari mereka bantuan, kita memberikan kesempatan kepada diri kita sendiri untuk memenuhi kebutuhan mereka, dan hal ini sering memunculkan rasa kedekatan dalam diri mereka terhadap kita.

Mengembangkan ikatan dengan sahabat-sahabat sesama jenis dan dengan saudara-saudari seiman adalah hal-hal yang menjadi tujuan diadakannya persahabatan dan persekutuan. Tetapi menyuburkan kemesraan di luar pernikahan dengan seorang yang berlainan jenis hanya menciptakan pencobaan. Sekalipun pernikahan kita bahagia dan kita tidak punya niat menjalin hubungan terlarang, sangatlah tidak bertanggung jawab jika kita membiarkan diri kita dianggap sebagai satu-satunya orang yang bisa dipercaya oleh seorang sahabat yang emosinya sedang rapuh. Ini sama seperti mengundang seorang penyusup mencari kita untuk memenuhi kebutuhan mereka dan menantang pernikahan kita sendiri dalam prosesnya.

Oleh karena itu, kita harus menjadi penolong yang bijaksana. Kita harus ekstra hati-hati khususnya ketika menolong orang yang berlawanan jenis. Tujuan bimbingan kita adalah menolong orang lain untuk mendekat pada pasangan mereka dan kepada Tuhan - bukan pada kita. Itu artinya, kapan pun kita mencoba untuk menolong, kita harus juga melibatkan pasangan orang tersebut. Ini juga berarti kita menghindari mendekati orang yang membutuhkan itu sendirian, sehingga suatu ikatan yang eksklusif tidak dapat terbentuk. Kita mungkin perlu membawa seorang teman, sesama jemaat, atau anggota keluarga, tetapi yang paling penting adalah kita tetap waspada dalam memberikan dukungan kepada seseorang yang berlainan jenis.

Dengan tidak memberikan kesempatan bagi calon-calon penyusup untuk menumbuhkan rasa terikat pada diri kita, kita melindungi pernikahan kita sendiri.

Berdoa Memohon Penyertaan Ilahi

Karena perjuangan kita bukanlah melawan darah dan daging, tetapi melawan pemerintah-pemerintah, melawan penguasa-penguasa, melawan penghulu-penghulu dunia yang gelap ini, melawan roh-roh jahat di udara. (Ef. 6:12-13)

Kita bertempur dalam peperangan rohani. Jangan sekali-kali berpikir bahwa kita dapat melawan taktik-taktik dan serangan-serangan Iblis terhadap pernikahan kita sendirian tanpa pertolongan Tuhan. Memang, kita harus siaga dan berbuat apa saja semampu kita untuk melindungi dan memelihara pernikahan kita, tetapi tindakan-tindakan ini saja belumlah cukup. Kita juga perlu terus memantau keterbatasan- keterbatasan upaya kita. Kita tidak dapat bertempur dan memenangkan peperangan rohani sendirian. Dengan rendah hati, kita harus datang ke hadapan Tuhan dan terus menerus memohon supaya Dia melindungi, memberkati, dan membimbing pernikahan kita. Kita membutuhkan perlindungan dan hikmat ilahi untuk mengalahkan pencobaan-pencobaan Iblis, yang jadi semakin gencar sewaktu pekerjaan, keadaan keluarga, atau perjalanan penginjilan memisahkan kita dari pasangan kita selama jangka waktu tertentu.

Bahkan sewaktu tantangan-tantangan yang jelas belum tampak di batas pandang, kita tetap harus berdoa memohon kekuatan untuk memperbaiki banyak kekurangan dalam pernikahan kita, sehingga kita tidak meninggalkan pijakan kaki bagi Iblis untuk mencobai kita. Kita harus berdoa memohon kelembutan hati ketika kita masih terlalu keras kepala untuk mengubah kebiasaan-kebiasaan kita yang merusak. Dan kita selalu perlu berdoa memohon kekuatan dari Tuhan untuk menjauhkan para penyusup yang memikat kita menjadi tidak setia pada pasangan kita.

Kesimpulan

Pernikahan tidaklah dapat menyokong diri sendiri. "Sadarlah dan berjaga-jagalah! Lawanmu, si Iblis, berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya" (1 Ptr. 5:8). Berulang-ulang dan berulang kali lagi, kita harus melindungi pernikahan kita dari berbagai macam pencobaan yang diletakkan oleh iblis. Kita hanya bisa berhasil kalau kita terus- menerus memelihara hubungan pernikahan kita, tetap siaga melihat tanda-tanda peringatan, mengambil langkah-langkah untuk mencegah para penyusup masuk, dan melakukan semua ini dengan pertolongan Tuhan. Hanya Tuhan yang memiliki kuasa untuk mengalahkan kekuatan si jahat. Dan hanya dengan penyertaan Tuhanlah kita dapat tetap setia pada pasangan kita dan "meninggalkan yang lain", tidak pernah membiarkan mereka menyusup ke dalam persatuan yang telah diberikan Tuhan sebagai berkat bagi kita.

Saran ini diadaptasi dari artikel: Willard F. Harley Jr., "Coping with infidelity (Part 1) How Do Affairs Begin?" dari www.marriagebuilders.com

Jangan Sekali-Kali Berpikir Bahwa Kita Dapat Melawan Taktik-Taktik dan Serangan-Serangan Iblis Terhadap Pernikahan Kita Sendirian Tanpa Pertolongan Tuhan.

Diambil dari:

Sumber
Halaman: 
35 -- 41
Nomor Edisi: 
50/3
Tahun Edisi: 
2006
Judul Buku: 
Warta Sejati
Penerbit: 
Departemen Literatur Gereja Yesus Sejati
Kota: 
Jakarta
Tahun: 
2006