Sedikit Tentang Kecemasan

Ada banyak gangguan kejiwaan namun kebanyakan bersumber dari satu akar: kecemasan. Kecemasan dibedakan dengan ketakutan dalam hal objeknya; kecemasan tidak mempunyai objek yang jelas sedangkan ketakutan memiliki objek yang relatif lebih jelas. Jadi, apabila saya tidak belajar sebelum menempuh ujian dan khawatir mendapat nilai yang buruk, ini adalah ketakutan karena alasan kekhawatirannya jelas atau tertentu. Sebaliknya, apabila saya sudah belajar dan merasa mampu dalam ujian, namun tetap mengalami rasa khawatir, ini baru kecemasan karena kekhawatiran saya tidak mempunyai sumber atau objek yang jelas.

Kecemasan biasanya muncul akibat beberapa sebab. Kecemasan yang umum diderita adalah kecemasan karena kekurangan informasi. Misalnya, seseorang diberitahu oleh dokter bahwa ada gangguan medis pada dirinya, namun belum diketahui jenis penyakitnya. Reaksi yang biasanya timbul adalah kecemasan karena ia tidak mengetahui jenis gangguan fisiknya. Pada umunmya kekurangtahuan menyediakan ruangan untuk kecemasan karena membuat kita menduga-duga... yang buruk, bahkan yang terburuk!

Kecemasan yang lain berhulu dari rasa kurang percaya diri. Dari contoh di atas, kita bisa melihat bahwa kekhawatiran mendapat nilai buruk bagi yang sudah belajar dan merasa mampu mengerjakan ujian adalah kecemasan yang bersumber dari meragukan diri. Dalam batas tertentu, meragukan diri sebenarnya adalah suatu reaksi yang wajar dan sehat. Meragukan diri muncul dari kesadaran bahwa kita tidak menguasai segala sesuatu dan bahwa segala sesuatu dapat berakhir berbeda dari yang kita perkirakan. Seseorang yang tidak pernah meragukan diri, sama sekali, justru mencemaskan saya, karena rasa percaya atau keyakinan diri yang seperti ini mungkin timbul dari kebutaan terhadap diri dan sekelilingnya atau muncul dari penyangkalan terhadap keterbatasan pribadi. Sebaliknya, meragukan diri yang berlebihan biasanya keluar dari rasa kurang percaya diri yang besar. Pada umumnya hal ini disebabkan oleh pengalaman kegagalan yang datang bertubi-tubi atau muncul akibat perlakuan figur-figur penting dalam hidupnya yang meremehkan kemampuannya. Alhasil, setiap kali ia dituntut untuk mengerjakan suatu tugas atau melaksanakan suatu kepercayaan, ia merasa cemas. Cemas karena ia khawatir gagal dan tidak dapat memenuhi harapan yang ia sendiri atau orang lain tetapkan padanya. Semakin keras ia berusaha memenuhi tuntutan dirinya atau orang lain, semakin besar pula kecemasan yang melandanya.

Baik kecemasan akibat kurang tahu maupun kurang percaya diri, keduanya mempunyai dampak yang serupa. Dampak yang paling umum adalah keresahan, di mana seseorang yang dikuasai oleh kecemasan mengalami kesulitan untuk berpijak pada suatu keadaan untuk kurun yang lama. Hidupnya bagaikan sebuah roda yang terus menerus berputar dan harus diputar dalam upayanya mencapai ketenangan. Ia ingin lebih "tahu" atau lebih "meyakinkan diri" dan biasanya ia melakukan hal ini dengan cara menguasai lingkungan atau situasinya. Misalnya, seorang ibu yang mencemaskan keadaan anak remajanya akan berusaha memancing si anak untuk membeberkan "rahasia" pergaulannya. Atau, seorang pria yang mencemaskan kesetiaan kekasihnva akan berupaya membuat si kekasih terus mencintainya dengan cara melakukan semua yang diinginkan si kekasih tersebut.

Dampak lain dari kecemasan yang sering pula terjadi adalah kelumpuhan. Sebenarnya dampak kelumpuhan ini merupakan tahap berikutnya setelah dampak keresahan. Kecemasan melumpuhkan penderitanya karena pada hakikatnya kecemasan menguras energi. Banyak energi yang harus dibuang untuk menguasai kecemasan yang pada awalnya meresahkan itu. Seseorang yang terns menerus dicekam kecemasan untuk jangka waktu yang panjang pada akhirnya merasa lumpuh, yakni ia merasa lemah, tidak dapat berbuat apa pun untuk mengubah keadaan hidupnya, bahkan tidak lagi bergairah untuk mencobanya. Produk akhir dari kecemasan adalah keputusasaan di mana seseorang merasa bahwa ia sudah kalah. Hidup terlalu berat baginya, terlalu banyak yang membuat kepalanya pening, terlalu banyak yang membuat hatinya gundah gulana, dan terlalu banyak yang merobek-robek kalbunya. Ia tidak tahu lagi apa yang harus ia lakukan dan hari lepas hari langkah yang hams diayunkannya terasa makin berat. Ia pun mulai tergoda untuk menyerah. Tetapi, jangan dulu!

Mungkin Saudara sudah menduganya. namun, ya. Saudara benar. Sava mengingatkan bahwa janji Tuhan tidak pernah bohong. Janji-Nya yang dicatat dalam 1 Petrus 5:7 tetap mengaung dan berkuasa sampai kini. Simaklah baik-baik, "Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu." Dalam terjemahan bahasa Inggris New International Version (VII), bagian keduanya berbunyi, "because he cares for you". Imbauan untuk menyerahkan segala kecemasan atau kekuatiran kita dilandaskan atas satu janji dan juga satu penjelasan tentang karakter Tuhan, yakni bahwa Ia adaiah Allah yang mempedulikan dan mengasihi kita. Dengan kata lain, janji yang berdasarkan karakter Allah ini menyadarkan kita bahwa segala yang kita serahkan kepada-Nya (dalam hal ini kecemasan), akan Ia terima dengan tangan terbuka dan dalam pelukan yang hangat.

Yang acapkali menjadi masalah adalah harapan kita akan respons Tuhan yang tidak sama dengan respons Tuhan itu sendiri. Biasanya yang menjadi harapan kita ialah perubahan situasi dan kita mengidentikkan hal ini dengan kebaikan atau pertolongan Tuhan. Tuhan menepiskan anggapan ini dengan Firman-Nya yang dicatat hanya 13 ayat sebelum ayat yang tadi kita baca, "...janganlah kamu heran akan nyala api siksaan yang datang kepadamu sebagai ujian (painful trial you are suffering-NIV), seolah-olah ada sesuatu yang luar biasa (something strange-NIV) terjadi atas kamu." Kebaikan atau pertolongan Tuhan pada masa kecemasan dapat berbentuk kekuatan batiniah, damai sejahtera, iman yang diperkuat, hati yang lebih berserah, kesadaran akan keterbatasan kita, pengenalan akan kuasa Tuhan yang melampaui akal, kerinduan dan keberanian memperbaiki kelemahan kita, lebih percaya dan membuka diri terhadap orang lain yang mengasihi kita, dan mungkin ada bentuk lain yang Saudara sendiri pernah alami dan terima dari Tuhan. Ada seribu satu macam cara yang Tuhan gunakan untuk mengatakan, "Aku mempedulikan engkau!" Mengangkat kesakitan hanyalah satu di antaranya. Ingat, pangkal kecemasan adalah kurang tahu dan kurang percaya diri; jadi, ujung kecemasan (seharusnya) adalah berserah, bukan menyerah. Berserah kepada Tuhan dalam ketidaktahuan dan keraguan adalah suatu langkah, atau lebih tepat lagi saya sebut, lompatan iman. Tatkala kita melompat, sering kali sesuatu yang aneh terjadi - kita tidak terlalu resah atau lumpuh lagi. Mau coba?

Sumber
Halaman: 
2 - 3
Judul Artikel: 
Parakaleo, Januari Maret 1995, Vol. II, No. 1
Penerbit: 
Departemen Konseling STTRII
Kota: 
Jakarta
Editor: 
Dr. Paul Gunadi, Dr. Yakub B.Susabda
Tahun: 
1995