Jika Hidup Dengan Pasangan yang Tidak Seiman

Menikah dengan pasangan yang tidak seiman memang seringkali menjadi dilema dan tidak jarang malahan menimbulkan konflik dalam rumah tangga. IPetrus 3:1-7 memberikan kita petunjuk bagaimana harus bersikap pada pasangan kita yang tidak seiman, di sini memang yang dibicarakan adalah tentang suami yang tidak beriman dan istrinya yang beriman. Nasihat rasul Petrus adalah :

1. "Demikian juga kamu hai istri-istri tunduklah kepada suamimu." Ayat 7 dikatakan "Juga kamu hai suami-suami, hiduplah bijaksana dengan istrimu, hormatilah mereka sebagai teman pewaris dari kasih karunia." Dengan kata lain, tunaikan kewajibanmu baik sebagai istri maupun sebagai suami. Kalau engkau suami, misalkan istrimu bukan orang yang percaya pada Tuhan Yesus, Tuhan meminta si suami tetap menghormati si istri. Efesus 5:33 mengatakan, "kasihilah istrimu seperti dirimu sendiri dan istri hendaklah menghormati suaminya", ini yang Tuhan minta.

2. Prinsip kedua adalah hematlah dengan kata-kata. Alkitab berkata tanpa satu kata pun engkau bisa memenangkan suamimu, dengan cara apa ? Jangan melalui kata-kata. Bukankah kata-kata lebih sering memancing perdebatan. Firman Tuhan berkata, "Jika ada di antara mereka yang tidak taat kepada Firman, mereka juga tanpa perkataan dimenangkan oleh kelakuan istrinya."

3. Hiduplah dengan saleh. Ada dua hal yang saya tekankan: Pertama, adalah bahwa kehidupan kita harus lebih baik dari pada kehidupannya. Orang yang dikuasai roh Tuhan sewaktu bertengkar pun dia tidak kasar, atau dia akan lebih cepat meminta maaf atau dia akan lebih dahulu berdamai.

Kedua, pasal 3:4, "Tetapi perhiasanmu ialah manusia batiniah yang tersembunyi dengan perhiasan yang tidak binasa yang berasal dari roh yang lemah lembut dan tenteram, yang sangat berharga di mata Allah." Bagi istri, nasihat Tuhan adalah pertahankanlah atau perlihatkanlah roh lemah lembut, roh yang tidak kasar dan tenteram yaitu roh yang tidak argumentatif.

Bahasa Inggrisnya 'quiet spirit' yaitu jiwa yang tenang, yang tidak mau marah-marah, berdebat-debat, berdalih-dalih, bersitegang, bersilat lidah. Menurut saya, sebagai seorang wanita kalau dia bisa menjaga emosi dan lidahnya, maka hal itu menjadi suatu ciri kesalehan yang mengundang rasa kagum dan hormat dari suaminya.

Kalau suami orang adalah orang yang beriman sementara istrinya tidak, firman Tuhan di ayat 7 mengatakan, "Demikian juga kamu hai suami-suami, hiduplah bijaksana dengan istrimu sebagai kaum yang lebih lemah."

Hidup dengan bijaksana dapat diterjemahkan hiduplah dengan penuh pengertian kepada istri sebagai kaum yang lebih lemah. Tuhan meminta agar suami memahami, mengerti istri, mengerti bahwa dia adalah kaum yang lemah.

Wanita diibaratkan sebagai bejana yang mudah pecah, artinya mudah bereaksi secara emosional tatkala stres menimpanya. Cukup banyak wanita yang memang mengalami kesulitan dengan stres yang menekannya, kalau ada stres dia mungkin perlu marah, perlu menangis, perlu dia cetuskan.

Stres yang masuk menggoyangkan dia dan goncangan itu terlihat dengan jelas, inilah yang dimaksud sebagai bejana yang mudah pecah, yang mudah retak. Jadi pria diminta Tuhan untuk mengerti, jangan dimarahi, jangan dibentak, jangan dihina-hina, justru suami perlu memahaminya.

Oleh Pdt. Dr. Paul Gunadi