Mengapa Kamu Begitu Takut?

Laut Galilea terkenal sangat menakutkan dan membahayakan. Di laut ini sering terjadi prahara angin ribut. Sewaktu-waktu, laut tersebut dapat membawa bahaya yang sangat mengancam. Kelihatan tenang, tetapi jika ada angin kencang, ia dapat mengamuk luar biasa.

Badai kerap menghantam laut yang panjangnya hanya 20 kilometer (dari Utara-Selatan) dan lebar 12 kilometer (dari Barat-Timur). Markus 4:35-41 menggambarkan kejadian itu dengan istilah angin ribut, berasal dari kata seismos. Angin ribut ini disertai gempa bumi. Peristiwa ini membuat para murid dicekam ketakutan. Namun, menurut Yesus, ketakutan mereka sangat berlebihan. Dia menegur, "Mengapa kamu begitu takut? Mengapa kamu tidak percaya?" Yesus, Guru Agung, sangat memahami kondisi para murid. Yang ingin Yesus tegaskan adalah ketakutan yang berlebihan membuat iman mereka menjadi kerdil.

Akibat ketakutan yang berlebihan:

  1. Ketakutan menghalangi seseorang untuk mengingat firman Tuhan.

    Ide awal bertolak ke seberang danau berasal dari Yesus sendiri. Mereka tidak mungkin mati konyol, terlebih karena Yesus bersama mereka. Jika perahu mereka tenggelam, Yesus tentu ikut tenggelam. Namun, karena sudah dicekam ketakutan, para murid tidak dapat menyadari fakta tersebut. Mereka melupakan mukjizat yang pernah Yesus lakukan. Ketakutan memengaruhi daya ingat seseorang kepada firman Tuhan. Tidak jarang, orang yang takut menjadi sembarangan dalam bertindak.

    Ketika saya ujian skripsi, dosen penguji dari Departemen Agama (Dirjen Bimas Kristen Protestan) Jakarta, memukul meja dan bertanya sambil marah-marah. Saya kaget dan gugup sehingga tidak dapat menjawab pertanyaan dengan lancar.

    Dalam tayangan sebuah kuis di televisi, seorang peserta tidak mampu menjawab ketika ditanya, "Matahari terbit di sebelah mana?" Ia menggunakan alat bantu, membuang dua jawaban yang salah. Namun, peserta ini masih bingung memikirkan jawabannya. Padahal, tanpa sekolah pun kita tahu matahari itu terbit di sebelah Timur. Namun, karena rasa takut sudah menguasai, pertanyaan sederhana itu pun tidak dapat dijawab.

    Orang Kristen yang ketakutan ketika menghadapi masalah akan sukar memanjatkan doa dengan iman. Ia mungkin tetap berdoa, tetapi doa yang dinaikkan bukan lagi doa yang penuh dengan iman, melainkan doa uji coba.

    Tuhan memberi kunci kemenangan. Jika kita berdoa dengan yakin, doa seperti itu sangat besar kuasanya (Yakobus 5:16b).

  2. Ketakutan menghalangi seseorang untuk memahami kemahakuasaan Tuhan.

    Yesus dengan tenang menghardik angin ribut itu, "Diamlah! Tenanglah!" Danau pun menjadi tenang. Yesus membuktikan Dia berkuasa atas alam semesta. Dia Tuhan yang mampu mengendalikan badai. Bagaimana respons para murid menyaksikan hal itu? Mereka heran luar biasa. "Siapa gerangan orang ini sehingga angin dan danau pun taat kepada-Nya?" Itulah komentar mereka.

Menurut saya, komentar ini sangat aneh. Ada beberapa alasan, mengapa saya berani berkata demikian, yaitu:

Pertama, selama ini mereka bersama-sama Yesus dan menyaksikan berbagai perbuatan-Nya yang ajaib. Mereka menjadi saksi hidup bagi semua perbuatan Yesus bahwa Dia adalah Tuhan.

Kedua, mereka kurang memahami ketuhanan Yesus. Kedangkalan pemahaman ini membuat mereka kurang percaya kemahakuasaan Yesus. Intinya, ketika dicekam ketakutan, kita akan sulit melihat kedahsyatan Yesus.

Ada kisah menarik tentang Betsy Holton. Suaminya meninggal mendadak. Betsy harus menghidupi sembilan anaknya yang masih kecil-kecil tanpa harta benda berharga kecuali sebuah Alkitab tua. Karena tidak tega, para tetangga menyarankan Betsy menitipkan mereka kepada orang yang mampu menghidupi. Saran ini sangat logis, tetapi naluri keibuannya menolak. Betsy ingin membesarkan sendiri kesembilan anaknya, tetapi ia tidak punya daya dan dana. Ia mencucurkan air mata dan berdoa. Hatinya sangat pedih melihat penderitaan demi penderitaan yang harus dilalui setiap hari. Dalam keadaan panik, ia membuka Alkitab, satu-satunya harta peninggalan suaminya.

Tiba-tiba, matanya tertuju pada ayat yang tertulis di Kitab Yeremia 49:11. "Tinggalkanlah anak-anak yatimmu, aku akan menghidupi mereka; biarlah janda-jandamu menaruh kepercayaan padaku!" Firman Tuhan ini berbicara secara pribadi, sehingga di samping ayat itu, Betsy menuliskan komentar, "Jika aku menjalankan fungsiku sebaik-baiknya sebagai ibu, aku yakin Tuhan akan menjadi ayah yang baik bagi anak-anakku."

Tekad ini ditepati Betsy sampai akhir hidupnya. Apa yang terjadi kemudian? Salah satu dari sembilan anaknya menjadi hamba Tuhan yang dipakai dengan luar biasa. Dia adalah D.L. Moody.

Tidak ada yang mengira anak perempuan miskin ini akan menjadi hamba Tuhan yang diurapi. Tidak ada yang menduga keturunan perempuan miskin ini akan berpengaruh pada zamannya. Hal ini membuktikan bahwa di tangan Allah, yang hina bisa menjadi mulia.

Firman Tuhan itu ya dan amin. Seperti Betsy Holton yang tidak menyerah begitu saja, seharusnya kita pun bersikap demikian. Masalah sesulit apa pun selalu ada jalan keluarnya. Asalkan kita tetap percaya dan tidak kehilangan pengharapan.

Memasuki zaman yang semakin sulit ini, tidakkah lebih aman jika kita bergantung dan bersandar kepada firman Allah? Ingatlah! "Allah memberikan kepada kita bukan roh ketakutan, melainkan roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban." (2 Timotius 1:7)

Diambil dari:

Judul buku : Pintu Masih Terbuka
Penulis : Manati I. Zega
Penerbit : Penerbit ANDI, Yogyakarta 2006
Halaman : 73 -- 78