Pelawatan Anggota Jemaat

Ada banyak pelawatan pastoral yang dilakukan dalam dan melalui kegiatan pelawatan anggota jemaat. Namun, mustahil bagi pendeta untuk melakukan lawatan kepada semua jemaat. Untuk itu, gereja seyogianya membentuk tim pelawatan jemaat atau konseling, sehingga setiap jemaat yang mendapatkan masalah atau perlu dukungan bisa segera dilayani. Selain itu, para penatua, diaken, dan jemaat yang potensial perlu didorong untuk terlibat dalam pelayanan ini. Gereja sebaiknya mengupayakan agar tidak ada jemaat yang terlantar atau terabaikan dan akhirnya meninggalkan gereja. Dua contoh lawatan yang perlu diperhatikan sehubungan dengan memelihara jemaat adalah lawatan bagi jemaat baru dan anggota jemaat yang jarang beribadah.

Pelawatan Anggota Jemaat Baru

"Saya pernah kecewa sebagai anggota baru di suatu jemaat. Saya tidak dikunjungi, nama saya sekeluarga juga tidak diumumkan dalam jemaat sebagai anggota baru. Apalagi saya diperkenalkan kepada anggota jemaat yang lain yang sudah lama. Tetapi saya sikapi hal itu dengan sabar. Saya berinisiatif ikut ambil bagian dalam kegiatan jemaat. Sehingga saya pelan-pelan dikenal oleh anggota jemaat yang lain. Coba kalau saya bersikap negatif bagaimana akhirnya? Saya tidak mau aktif, malas aktif karena para pemimpinnya demikian? Pasti saya akan hilang dari peredaran dan tidak dikenal dalam jemaat." Demikian pengakuan seorang anggota jemaat yang sempat kecewa dengan gerejanya.

Sebab itu, anggota jemaat yang baru perlu diumumkan namanya dalam warta jemaat. Diperkenalkan dalam ibadah minggu (diminta berdiri). Perlu juga dikunjungi. Tujuan kunjungan itu, untuk berkenalan, menanyakan keadaan keluarga, pekerjaan, kegiatan selama di gereja sebelumnya, potensi dan minatnya. Data itu penting bagi gereja. Kalau ia seorang aktivis dan potensial, ajak dia bergabung dalam kegiatan gereja. Kalau dia seorang pejabat, doakan agar dia dapat mengemban tugas dan membawa terang Kristus, tidak hanyut dalam kegelapan lingkungannya. Kalau dia kurang aktif di jemaat sebelumnya, inilah kesempatan kita menawarkan dan mengajak dia aktif dalam kegiatan gereja. Jangan sampai terjadi seperti kesaksian di atas. Coba kalau dia terus kecewa dan tidak berinisiatif? Lalu jadi anggota yang pasif? Padahal dia potensial, siapa yang salah?

Pelawatan Anggota yang Jarang Beribadah

Saya mendengar kesaksian dari satu jemaat kecil. Ketika seorang hamba Tuhan ditugaskan di tempat itu, keadaan keuangan gereja agak seret. Rupanya hamba Tuhan yang masih muda ini mengembangkan kiat rajin mengunjungi anggota jemaat, terutama yang malas dan jarang datang dalam kegiatan jemaat. Setelah beberapa waktu, pelan-pelan jumlah jemaat yang hadir dalam ibadah bertambah. Persembahan syukur juga ikut bertambah, sehingga keuangan gereja pelan-pelan membaik.

Lawatan itu penting, bukan untuk menambah jumlah jemaat yang beribadah atau jumlah persembahan syukur, tetapi untuk memelihara jemaat. Penambahan jumlah jemaat dan persembahan hanyalah dampak dari hasil lawatan. Yang utama dari lawatan adalah mereka yang lalai, kurang memedulikan iman dan persekutuan kini telah sadar -- sadar perlunya iman, kasih, dan persekutuan. Mereka kini sudah berhasil dirangkul dan dibawa masuk ke dalam persekutuan jemaat. Iman, kasih, dan pengharapan bertumbuh. Akhirnya, pertumbuhan tersebut berdampak baik bagi ibadah dan persembahan syukur.

Sumber
Halaman: 
175 -- 178
Bab: 
Bentuk Konseling Pastoral
Judul Artikel: 
Pelawatan Pastoral
Judul Buku: 
Dasar-Dasar Konseling Pastoral
Pengarang: 
Tulus Tu'u, S.Th, M.Pd
Penerbit: 
Penerbit ANDI
Kota: 
Yogyakarta
Editor: 
Eva Yunita
Tahun: 
2007