Kasih Kristus Sebagai Dasar Hubungan dalam Keluarga

Oleh: Pnt. Robinson Saragih

Kolose 3:18-21; "Hai isteri-isteri, tunduklah kepada suamimu, sebagaimana seharusnya di dalam Tuhan. Hai suami-suami, kasihilah isterimu dan janganlah berlaku kasar terhadap dia. Hai anak-anak, taatilah orang tuamu dalam segala hal, karena itulah yang indah di dalam Tuhan. Hai bapa-bapa, janganlah sakiti hati anakmu, supaya jangan tawar hatinya."

Saudara, terjadinya suatu terobosan dalam membangun pilar-pilar kehadiran Tuhan selalu merupakan kolaborasi atau kerjasama antara manusia atau anak-anak Tuhan yang percaya dengan Roh Kudus. Dia senantiasa bekerjasama dengan orang-orang percaya atau keluarga orang-orang percaya. Itulah sebabnya Dia mengurapi Paulus untuk menuliskan hukum-hukum dalam keluarga Kristen atau keluarga orang percaya. Peraturan ini merupakan suatu aturan yang diberlakukan dalam kasih dan Kasih Kristus merupakan dasar dari hukum yang diajarkan oleh Paulus. Di dalam kitab Efesus hal itu dituliskan lebih jelas dan lebih dalam.

Dari ayat-ayat firman Tuhan ini kita melihat ada empat macam sikap yang diatur oleh Paulus, antara lain:

1. Sikap seorang Istri terhadap suaminya.

Kasih Kristus diwujudkan melalui dasar hidup suami istri yang merepresentasikan suasana keluarga sorgawi di dalam keluarga kita.
  1. Facebook
  2. Twitter
  3. WhatsApp
  4. Telegram

Suami adalah kepala dari Istrinya, oleh karena itu patutlah seorang Istri tunduk dan taat pada suaminya. Seorang Istri digambarkan seperti jemaat bagi Kristus. Jemaat tidak pernah bisa mengajar dan menasihati Kristus. Jemaat yang baik senantiasa taat dan tunduk kepada Kristus, dan tidak usah jemaat takut untuk disesatkan oleh Kristus. Akan tetapi, para suami bukanlah Kristus, lalu bagaimana sikap seorang istri terhadap suami yang menyimpang? Rasul Petrus berkata: "Jika ada di antara para suami yang tidak taat kepada Firman, mereka juga tanpa perkataan dimenangkan oleh kelakuan istrinya, jika mereka melihat, bagaimana murni dan salehnya hidup istri mereka". Jadi ketaatan para istri kepada Tuhan dicerminkan oleh kesalehan mereka, ketundukan mereka pada suami mereka. Hal itulah yang diperkenan Tuhan sehingga Allah yang bertindak untuk mengubah suami dan mempertobatkan mereka. Bukan para istri yang membuat suami berubah, akan tetapi Allah yang melihat kesalehan istri mereka yang mengubahkan para suami, istri tidak sanggup mengubah suami. Jadi untuk mengubah suami, jangan marah pada mereka atau jangan menasehati mereka, ibu-ibu seharusnya menasehati anak-anaknya saja, jangan suaminya. Suami itu urusan gembala dan Tuhan. Jadi sikap seorang istri yang baik adalah tunduk yaitu taat dan hormat kepada suaminya. Tidak atau bukan hanya taat, tetapi juga dengan hormat. Tidak boleh taat sambil melecehkan, taat sambil mencibir, atau menggerutu, taat tidak hormat bukan tunduk.

Istri memang terlihat lemah karena fisik mereka, tetapi Tuhan menyediakan mereka sebagai penolong bagi suami mereka, oleh karena itu Tuhan sudah menetapkan bahwa istrilah yang akan menolong suaminya artinya istri itu lebih kuat dari suaminya, sehingga mereka ditetapkan sebagai penolong. Alangkah naifnya seorang yang wajib menolong seseorang di dalam kehidupannya bercerita tentang kelemahan, kekurangan, kegagalan, kejelekan, dan kelalaiannya. Apa lagi kalau sampai menghinakan dan merendahkan suaminya, yang sepatutnya harus dia tolong agar naik dan maju. Istri adalah penolong yang harus tunduk. Tanpa Roh Kudus pastilah seorang istri akan gagal berfungsi sebagai penolong dan sekaligus harus menghormati dan menaatinya. Hanya dengan pertolongan Kristus melalui Roh Kudus saja seorang istri bisa tunduk pada suaminya.

2. Sikap seorang suami terhadap istrinya.

Suami adalah kepala istri. Suami digambarkan dengan Kristus. Seorang suami merupakan Kristus bagi istri mereka, hal itu yang menyebabkan istri harus tunduk pada suaminya. Sebagaimana Kristus rela menyerahkan diri-Nya bagi jemaat-Nya dan mati bagi mereka, maka selayaknya suami meniru perlakuan Kristus terhadap jemaat menjadi perlakuan suami terhadap istrinya. Kristus tidak berlaku kasar terhadap jemaat-Nya apalagi sampai meninju atau menempeleng jemaat-Nya, tidak pernah dituliskan itu di Alkitab karena memang Dia tidak akan melakukan yang seperti itu. Apa yang Kristus lakukan terhadap murid-murid-Nya, itulah yang seharusnya dilakukan oleh seorang suami terhadap istrinya. Kerelaan Kristus berkorban bagi jemaat merupakan dasar yang kuat untuk para suami rela berkorban bagi istrinya. Suami rela bekerja keras untuk mencari nafkah bagi keluarganya. Dia bertanggung jawab untuk menyediakan seluruh kebutuhan keluarganya. Seorang suami sepatutnya melindungi istrinya dan memelihara, merawat serta mengasuhnya. Kata mengasuh berbicara tentang dua pekerjaan yang dilakukan sekaligus, yakni mendidik dan menjaga. Seorang suami yang menceritakan kelemahan dan kekurangan istrinya merupakan suami yang tidak sadar kekurangan dan kebodohan dan kegagalannya. Kelemahan dan kekurangan seorang istri merupakan akibat suami yang tidak mendidik dan merawat istrinya dengan baik. Seorang suami akan gagal untuk mengasihi istrinya jika dia tidak mengandalkan Tuhan di dalam hubungannya dengan istrinya. Hanya Kristus melalui Roh Kudus yang dapat mengajar para suami untuk mengasihi istri mereka seperti Kristus mengasihi jemaat.

3. Sikap seorang anak di rumah tangga.

Mereka harus menaati orang tua mereka dalam segala hal, kata segala hal menggambarkan ketaatan total seorang anak kepada orang tua mereka. Ketaatan total, kecuali berbuat dosa. Seorang anak sepatutnya menghormati orang tua mereka, perintah ini PENTING. Menghormati orang tua mengakibatkan kita beroleh panjang umur dan bahagia ditanah yang Tuhan berikan kepada orang-orang yang menghormati orang tuanya. Solaiman mengatakan anak-anak yang tidak mengindahkan kata-kata orang tuanya akan mengalami hari-hari malang di dalam kehidupannya kelak. Anak-anak yang tidak mendengarkan pengajaran dan nasihat orang tua mereka atau didikan ayah maupun ibunya akan mengalami kerugian dan kesusahan pada masa tuanya atau juga akan mengalami kekurangan dan kemiskinan. Mengapa? Saudara, orang tua, yakni ayah atau ibu merupakan orang-orang yang Tuhan berikan kepada kita untuk tujuan Allah. Karena Tuhan menciptakan segala sesuatu untuk kemuliaan-Nya. Engkau dan saya diberikan dua orang tua untuk melahirkan kita dan untuk memasyhurkan nama-Nya. Sebab segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia: Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya.

Sikap seorang Bapa terhadap anaknya.

Bapa-bapa jangan menimbulkan sakit hati dan tawar hati pada anak-anaknya. Tuhan sangat memperhatikan amarah anak bukan amarah bapa-bapa, mengapa? Amarah bapa hanya sementara, karena, setelah lewat perasaan kesal dan logikanya jalan, maka dia sudah kembali mengasihi anak-anaknya. Akan tetapi, amarah anak akan membawa anak itu keluar dari rumah atau menjauh dari ayahnya. Ia akan menjauh dari pengaruh bapanya. Kemarahan seorang anak terhadap bapanya sering mendatangkan kutuk bagi dirinya sendiri. Hal inilah yang Tuhan tidak sukai. Jika ada seorang anak marah pada bapanya, maka dia tidak akan lagi menghormati ayahnya itu. Pemberontakan mungkin bisa terjadi. Pemberontakan menyebabkan anak tidak lagi ingin menaati orang tuanya. Banyak anak-anak pemberontak akan melakukan apa yang tidak disukai atau yang dilarang oleh orang tua mereka. Mereka tahu bahwa itu sangat dibenci oleh ayah mereka, justru itu yang ia lakukan, mengapa? Itulah kutuk. Ia ingin memuaskan dirinya dengan mempermalukan orang tuanya. Itulah sebab mengapa Maleakhi menuliskan jika hati bapa tidak balik pada anak-nya dan hati anak tidak balik pada bapanya, maka Aku akan datang membinasakan bumi. Oleh karena itu sepatutnya bapa-bapa menahan dan mengawasi dirinya agar tidak menimbulkan kepahitan kepada anak-anaknya.

Untuk menjaga agar aturan-aturan ini dapat dilaksanakan maka tidak ada yang lebih baik agar setiap keluarga memiliki mazbah ditengah keluarga mereka. Mezbah yang menyebabkan Tuhan hadir di dalam keluarga itu Kehadiran Allah yang akan menyebabkan timbulnya keharmonisan. Oleh karena itu adalah sangat penting untuk setiap kita mendorong agar ditiap-tiap rumah kita ada mazbah yang berasap, artinya ada korban yang sedang di persembahkan. Persembahan berupa pujian, nyanyian maupun ketaatan kepada perintah Tuhan menyebabkan kehadiran Allah yang Maha Kudus. Ketaatan adalah persembahan yang menyenangkan Tuhan. Ketaatan artinya mendengar dan melakukan, merupakan persembahan yang melebihi korban sembelihan dan lebih baik dari lemak domba-domba jantan. Mari kita bangunkan mazbah yang diatasnya ada korban yang terbakar.

Implementasi:

Gambar: Keluarga

Kasih Kristus diwujudkan melalui dasar hidup suami istri yang merepresentasikan suasana keluarga sorgawi di dalam keluarga kita. Bagaimana kita dapat mewujudkan nilai-nilai kekeluargaan sorga di rumah kita? Berikut 10 langkah praktis yang dapat kita mulai terapkan untuk mewujudkan Kasih Kristus di dalam keluarga kita:

* Bersepakatlah untuk mewujudkan suasana keluarga sorgawi terjadi di rumahmu.

* Mulailah dengan sikap istri yang tunduk kepada suami, seperti kepada Tuhan.

* Posisikanlah dalam hatimu, pikiran dan perbuatanmu bahwa suami adalah kepala bagi istri.

* Sesulit apa pun untuk mengasihi, suami harus dapat mengasihi istrinya dan menyerahkan dirinya.

* Kasih suami harus dinyatakan melalui kehidupan yang senantiasa kudus.

* Kasih suami harus direalisasikan dalam mengajarkan kebenaran firman dikeluarganya.

* Kasih suami harus ditunjukkan dengan merawat, serta memperhatikan kebutuhan istri dan keluarganya.

* Mentaati dan menghormati orang tua, merupakan sikap respon kepada kerinduan Allah.

* Ketaatan dan hormat kepada orang tua dapat memberi umur panjang dan kebahagiaan. Rindukanlah hal itu!

* Bangunlah pilar kehadiran Allah di dalam rumahmu, melalui dasar kasih yang Allah kehendaki.

Go extra miles!

Edison PR Sitorus

[Sumber: http://www.gkkdbp.org/index.php/]

Tanggal akses: 24 Januari 2012

 

Unduh Audio