Bimbingan Terhadap Anak

Telah kita lihat bahwa demi tercapainya manusia yang dewasa, sehat jasmani dan rohani, maka ia perlu dicegah dari pengaruh negatif dan timbulnya gangguan dalam perkembangan kepribadiannya.

Sebagai suatu cara dalam usaha pencegahan gangguan perkembangan kepribadian, maka bimbingan dan penyuluhan telah banyak peranannya dalam ikut membentuk manusia dan masyarakat yang sehat mentalnya.

Pengertian Bimbingan dan Penyuluhan

Bimbingan (guidance) dan penyuluhan (counseling) oleh beberapa ahli psikologi dan pendidikan, diberikan beberapa perumusan sesuai dengan aspek yang mereka tekankan. Menurut A.J. Jones: Bimbingan merupakan pemberian bantuan oleh seseorang kepada seorang lain dalam menentukan pilihan, penyesuaian dan pemecahan permasalahan. Bimbingan bertujuan membantu si penerima agar bertambah kemampuan bertanggung jawab atas dirinya. Tekanan di sini diberikan pada bantuan, sehingga orang yang dibimbing lebih berperan dalam menentukan arah bantuan itu.

Sama halnya dengan Jones maka L.D. Crow dan A. Crow juga mengemukakan bantuan atau pendampingan dengan tambahan bahwa pembimbing harus memperoleh latihan khusus agar pemberian bantuannya bertanggung jawab, karena erat hubungannya dengan perubahan hidup dan nasib seseorang. Menurut L.D. Crow dan A. Crow: Bimbingan merupakan bantuan yang dapat diberikan oleh pribadi yang terdidik dan wanita atau pria yang terlatih, kepada setiap individu yang usianya tidak ditentukan untuk dapat menjalani kegiatan hidup, mengembangkan sudut pandangannya, mengambil keputusannya sendiri dan menanggung bebannya sendiri.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan, bimbingan adalah bantuan yang diberikan kepada seseorang, agar memperkembangkan potensi-potensi yang dimiliki di dalam dirinya sendiri dalam mengatasi persoalan-persoalan, sehingga dapat menentukan sendiri jalan hidupnya secara bertanggung jawab tanpa harus bergantung kepada orang lain.

Seorang pembimbing yang baik tidak menentukan jalan yang akan ditempuh seseorang, melainkan hanya membantu dalam menemukan dan menentukan sendiri jalan yang akan ditempuhnya.

Cara ini merupakan cara "tidak terarah" (non directive), yang dikemukakan oleh Carl Rogers. Agar tujuan ini berhasil, perlu pemahaman yang mendalami mengenai orang yang akan diberi bimbingan; misalnya umur, taraf kecerdasan, latar belakang keluarga, pendidikan dan lain-lain mengenai latar belakang kehidupannya sebelum bimbingan diberikan.

Penyuluhan atau counseling (konseling) merupakan teknik dasar dalam bimbingan. L.R. Wolberg mengatakan bahwa penyuluhan merupakan suatu teknik yang dipakai oleh anggota suatu bidang keahlian tertentu, khususnya pekerjaan sosial, psikologi, pendidikan dan agama.

Penyuluhan biasanya dirumuskan sebagai suatu bentuk wawancara, yang mana klien dibantu untuk mengerti dirinya secara mantap supaya ia dapat memperbaiki suatu kesulitan lingkungan atau persoalan penyesuaian.

Cara konseling ini dapat menjadi kegiatan perawatan yang sangat besar manfaatnya bila syarat-syarat pelaksanaan cara ini dilakukan dengan sebaik-baiknya.

Bimbingan dan penyuluhan sebenarnya terutama diberikan di rumah. Rumah dan keluarga adalah lingkungan hidup pertama, tempat anak memperoleh pengalaman-pengalaman pertama yang sudah memengaruhi jalan hidupnya. Jadi lingkungan hidup pertama yang memberi tantangan pada anak supaya dapat menyesuaikan diri terhadap lingkungan hidupnya itu. Di sinilah tugas orang tua untuk menjadi pembimbing anaknya, supaya perkembangan anak yang dialami pada permulaan hidup, dapat berlangsung sebaik-baiknya tanpa ada hambatan atau gangguan yang berarti.

Tanggung jawab orang tua dalam pendidikan anak, sebagian diserahkan kepada pihak sekolah, kita melihat akhir-akhir ini seorang anak mulai usia 4 tahun sudah mulai sekolah. Selama kurang lebih 14 tahun anak akan menjalani pendidikan di TK, SD, SMP dan SMA. Justru masa antara 4-18 tahun merupakan masa yang penting dalam perkembangan anak menuju masa dewasa. Sebagian kehidupan anak sehari-hari berada dalam lingkungan sekolah, dengan kegiatan kurikuler dan ekstrakurikuler. Uluran tangan dan bimbingan yang sangat diperlukan, sebagian besar harus diperolehnya dari sekolah, antara lain dari guru, guru pembimbing atau konselor di sekolah. Dengan demikian, tidaklah mengherankan, bahwa pemerintah memasukkan bimbingan dan penyuluhan dalam kurikulum-kurikulum di sekolah.

Dengan "bimbingan di sekolah" diartikan suatu proses pemberian bantuan kepada anak didik, yang dilakukan secara terus-menerus supaya anak didik dapat memahami dirinya, sehingga sanggup mengarahkan diri dan bertingkahlaku wajar, sesuai dengan tuntutan dan keadaan lingkungan sekolah, keluarga, dan masyarakat.

Tujuan daripada bimbingan adalah memberi bantuan kepada anak didik supaya mencapai:

  • kebahagiaan hidup pribadi,
  • kehidupan yang efektif dan produktif,
  • kesanggupan hidup bersama dengan orang lain,
  • keserasian antara cita-cita anak didik dengan kemampuan yang dimilikinya.

Tujuan tersebut di atas dapat kita perinci lagi dalam program bimbingan yang bertujuan, supaya anak didik memperoleh:

  1. kemampuan berprestasi di sekolah,
  2. sikap menghormati kepentingan dan harga diri orang lain,
  3. cara-cara mengatasi kesulitan dirinya,
  4. pemahaman tentang kesulitan sekolah,
  5. penyelesaian kesulitan dalam hal belajar,
  6. pengarahan dalam mengatasi masalah dalam hal melanjutkan sekolah,
  7. persiapan bidang kerja yang tepat untuk hari kemudian.
  1. Banyak masalah anak sekolah berkisar pada kemampuan berprestasi. Setelah anak menerima rapor semester atau tengah semester, maka orang tua sering dikagetkan oleh angka-angka rapor yang menunjukkan angka 5 atau kurang. Sering kali mereka langsung menanyakan guru atau wali kelas mengapa anaknya memperoleh nilai-nilai yang mengecewakan itu. Mungkin orang tua segera pergi ke psikolog atau Biro Konsultasi Psikologi dengan tujuan mengetes anak untuk mengetahui I.Q. anak tersebut. Sebenarnya orang tua tidak perlu terlalu panik, karena dapat meneliti dulu faktor-faktor manakah yang mungkin telah menyebabkan rendahnya prestasi anak.

    • Apakah anak sudah cukup berusaha dan belajar dengan teratur.
    • Apakah anak sungguh-sungguh belajar atau banyak melamun dan berkhayal.
    • Apakah anak ketat dalam disiplin belajar.
    • Apakah anak sudah mengerti bahan yang harus dipelajari.
    • Bagaimanakah sikap anak di dalam kelas sewaktu ada pelajaran.

    Bilamana ternyata anak kurang ketat dalam disiplin belajar, maka anak diingatkan kembali akan waktu belajar yang sudah ditentukan baginya. Mula-mula hal ini agak sulit, karena sesudah belajar anak memunyai keinginan untuk meninggalkan meja belajar dan bermain atau mengobrol dengan saudara-saudaranya. Dalam hal ini, perlu meningkatkan waktu belajar. Cara-cara yang dapat dilakukan adalah: Mula-mula anak harus berusaha setengah jam penuh belajar atau membuat latihan, baru istirahat 10 menit, lalu belajar lagi. Sesudah ia berhasil mengatur waktu belajar selama setengah jam, baru waktu belajar diperpanjang menjadi 3/4 jam, dan diteruskan sampai ia berhasil belajar selama satu setengah jam dengan konsentrasi penuh. Anak SMA dapat membuat Pekerjaan Rumah dan belajar selama satu setengah jam dengan waktu istirahat 15 menit, lalu belajar lagi. Bagi anak SD waktu belajarnya lebih pendek, dan pada permulaan belajar disiplin, orang tua perlu mendampingi anak, supaya anak tidak dapat mengikuti keinginannya. untuk meninggalkan buku pelajarannya. Baru setelah ternyata anak dapat ditinggal, maka secara berangsur orang tua dapat meninggalkan dan memercayakan anaknya belajar sendiri.

  2. Sikap menghormati kepentingan dan harga diri orang lain, sudah harus dipupuk sejak kecil. Anak perlu dibimbing dalam hal belajar bersabar. Belajar, untuk tidak selalu mengatakan saja apa yang diinginkan. Perlu belajar menimbang bagaimana perasaan seseorang. Sering terlihat bahwa anak-anak masih terbuka sekali dalam mengkritik atau memberikan komentar mengenai apa yang dilihatnya. Misalnya, seorang anak melihat seorang yang berjalan timpang, langsung bertanya: Mengapa orang itu jalannya aneh? Orang yang bersangkutan sebenarnya justru sedang berusaha berjalan sebaik mungkin untuk menutupi cacatnya, sehingga ketika mendengar pertanyaan itu, ia merasa sedih, dengan kemungkinan tersinggung harga dirinya.

    Maka anak tersebut sedikit demi sedikit dibimbing supaya dalam spontanitasnya, turut mempertimbangkan perasaan dan harga diri orang lain.

  3. Cara mengatasi kesulitan pada dirinya. Membantu mengatasi kesulitan, tidak selalu mudah. Bagi anak yang masih kecil pada umumnya pihak yang memberi bantuan lebih banyak mengarahkan dan lebih banyak usaha untuk mengatasi kesulitan yang berat. Pada kesulitan yang mudah atau ringan, yang memerlukan perubahan kebiasaan, acapkali diperlukan pengawasan.

  4. Contoh: seorang anak kecil yang mengalami kesulitan untuk bangun pagi, sehingga selalu terlambat tiba di sekolah. Setelah beberapa minggu dibangunkan dan mandi tanpa banyak bicara atau komentar, anak akan terbiasa bangun pagi dan tidak mengalami kesulitan keterlambatan tiba di sekolah. Tentunya perlu diperhitungkan waktu tidur yang cukup dan tidak terlalu malam tidurnya. Demikian pula waktu sarapan, dan lamanya perjalanan ke sekolah termasuk kemacetan-kemacetan di jalan.

    Bagi anak yang sudah lebih besar, maka bantuan dalam mengatasi persoalan memerlukan prosedur yang lebih mendalam. Pada umumnya setiap persoalan harus dicarikan sumber penyebab. Pada anak yang masih di SD biasanya orang tua, pendidik, dan pembimbing masih harus menunjukkan apa yang harus dilakukan untuk mengatasi kesulitan anak tersebut.

    Bantuan bagi anak remaja di SMP harus lebih banyak diarahkan untuk memberikan kebebasan dalam hal memilih suatu usaha atau cara pemecahan.

    Lebih lagi pada anak remaja yang sudah di SMA, persoalan dan latar belakang sumber persoalan perlu dicari bersama. Dalam hal menyelesaikan persoalan, anak bisa mencari jalan sendiri bilamana anak cukup pintar. Bilamana kurang berhasil maka pendidik, pembimbing harus lebih aktif dalam menunjukkan cara penyelesaiannya.

  5. Sering pula seorang anak tidak memahami kesulitan atau kekesalan yang dialaminya di sekolah. Kadang-kadang masalah pergaulan membuat suasana belajar di sekolah sebagai suatu keadaan yang mencekam dirinya. Ia ingin bergaul, tetapi tidak dapat bergaul. Karena tidak ada teman, kesepian itu menyebabkan keadaan dirinya kurang menguntungkan untuk belajar, ada semacam hambatan tetapi tidak tahu menghilangkannya. Bilamana ia lebih terbuka dan dapat mengerti serta dimengerti oleh teman-temannya, maka akan terangsang untuk belajar dan berlomba-lomba dengan teman-teman untuk memperoleh hasil yang baik. Acapkali persoalan di dalam keluarga menyebabkan anak tidak dapat belajar dan mengalami kesulitan di sekolah. Dengan memahami sumber kesulitan tersebut, untuk kemudian berusaha membuang sumber penyebabnya, maka kesulitan tersebut dapat diatasi.

  6. Membantu menyelesaikan kesulitan dalam hal belajar biasanya memerlukan data yang lebih luas mengenai prestasi anak di sekolah. Misalnya, mata pelajaran manakah yang sulit dipelajari oleh anak. Apakah kesulitan belajar disebabkan oleh keadaan lingkungan sebagaimana diterangkan di atas, ataukah kesulitan berprestasi di sekolah disebabkan oleh faktor-faktor pada dirinya sendiri, yakni
    a) kurang berusaha untuk berkonsentrasi diri terhadap pelajaran-pelajaran yang dihadapi,
    b) kurang melatih diri dalam menjawab atau menyelesaikan soal-soal,
    c) kurang banyak mengulang dan menghafal bahan pelajaran,
    d) terlalu banyak kegiatan lain yang mendesak kegiatan belajar,
    e) kurang dapat mengerti penjelasan atau uraian yang diberikan oleh guru di sekolah,
    f) kurang cermat dalam menangkap apa yang diterangkan secara klasikal di sekolah,
    g) kurang tinggi kemampuan inteleknya sehingga terhambat dalam belajar,
    h) kurang dapat membagi waktu belajar dan waktu bersantai.

  7. Dalam hal kebanyakan faktor "kurang" pada pihak anak, tentunya masih ada kemungkinan untuk memperbaiki "kekurangan" tersebut dengan mengaturnya lebih tepat, disesuaikan dengan keperluannya dan sifat pelajarannya. Misalnya Berhitung, Aljabar, Matematika memerlukan ketelitian melalui latihan. Dengan banyak latihan terhadap soal-soal yang sama cara pemecahannya, sedikit demi sedikit akan tumbuh pengertian-pengertian dan pemahaman-pemahaman.

    Dalam hal kekurangan kemampuan intelek, tidak mudah menambah atau menyempurnakan kekurangan tersebut. Tergantung dari derajat berat-ringannya kekurangan kemampuan tersebut, semakin ringan kekurangan kemampuan intelek, semakin mudah untuk diusahakan pemberian bantuan mengatasi kesulitan-kesulitan belajar.

  8. Membantu memberikan pengarahan kepada anak dalam mengatasi masalah melanjutkan sekolah. Masalah ini biasanya dialami pada akhir SD, akhir SMP, pertengahan kelas I di SMA dan akhir SMA.

  9. Tidak setiap anak dapat melanjutkan pendidikannya ke SMP atau SMA. Kadang-kadang terlihat ada faktor biaya, yang menyebabkan orang tua terpaksa menghentikan dan mengambil anaknya dari sekolah SD atau SMP. Sering kali terlihat juga anak sudah berulangkali mengulang kelas dan belum memperlihatkan hasil yang memuaskan atau mungkin tetap gagal sama sekali, sehingga daripada membuang biaya sekolah, anak dihentikan dari sekolah. Dalam hal ini, orang tua atau pendidik perlu memikirkan langkah yang paling baik bagi anaknya. Pertanyaan-pertanyaan yang timbul berkisar pada: Apakah anak sama sekali dilepaskan dari bangku dan lingkungan sekolah? Mungkinkah suatu pendidikan kejuruan lain masih dapat diikuti anak tersebut dengan berhasil?

    Demikian pula menjelang akhir pendidikan di SMP anak mengalami lagi suatu pilihan yang cukup berat dan menentukan hari depannya. Apakah meneruskan pendidikan ke SMA ataukah lebih baik menghentikan saja pendidikannya, sehingga bekal dari SMP harus cukup untuk berjuang dalam hidupnya kelak. Pada pertengahan SMA kelas I, mereka menghadapi lagi suatu pilihan: ke jurusan Bahasa, IPS, atau IPA. Pilihan yang bijaksana, berdasarkan kemampuan si anak, sangat perlu dalam pertimbangan pilihan jurusan ini, di samping tentu memerhatikan faktor-faktor lain.

    Mungkin saja anak tersebut memilih jurusan hanya berdasarkan pengaruh teman-teman akrabnya. Atau pilihan dilakukan tanpa meninjau kemampuan diri sendiri. Justru salah memilih jurusan sering mengakibatkan kegagalan pada pendidikan selanjutnya.

    Menjelang akhir pendidikan di SMA anak menghadapi persimpangan yang lebih rumit lagi. Ke jurusan manakah yang harus dipilihnya? Apakah lebih baik mengambil pendidikan yang singkat, supaya cepat dan dapat bekerja dan berdiri sendiri atau membantu orangtua. Atau meneruskan ke pendidikan akademis atau mungkin Perguruan Tinggi. Tambahan pula, masing-masing pendidikan terbagi lagi atas sekian banyaknya cabang ilmu dan bidang keahlian yang mungkin sama menariknya.

  10. Dalam persiapan memilih bidang kerja di kemudian hari, perlu turut dipertimbangkan berapa lama kesanggupan belajar, kemampuan belajar dan bakat tertentu yang perlu dimiliki untuk pekerjaannya kelak. Tentunya perlu dipertimbangkan juga kesediaan orang tua, yang masih harus membiayai sampai tingkat pendidikan tertentu, apakah 2, 3, mungkin 5 tahun, atau lebih. Bagaimana kemungkinannya untuk belajar dan sambil bekerja untuk meringankan beban biaya orang tua. Mungkin pula orang tua sudah hampir mencapai usia pensiun dan masih banyak anak yang menjadi tanggungan.

Dalam hal membimbing anak melalui pemberian bantuan kepada anak, maka dapat disimpulkan, bahwa peranan bimbingan dapat dibagi dalam 4 kelompok:

  1. Berperan sebagai pencegah, yang membantu anak menemukan cara-cara mengatasi persoalan, yang mungkin akan menjurus ke penyimpangan perkembangan mental atau tekanan jiwa atau timbulnya kelainan atau pun gangguan jiwa.
  2. Berperan memelihara anak sebagai pribadi yang sudah mencapai perkembangan, baik keseimbangan emosi maupun keserasian kepribadian, agar merupakan suatu kesatuan kepribadian yang kuat.
  3. Berperan dalam membantu pembentukan penyesuaian diri, yakni dengan jalan membantu anak menghadapi, memahami dan memecahkan masalah untuk mencapai hasil yang optimal, baik dalam jenjang karier maupun dalam hubungan sosial.
  4. Berperan memperbaiki atau menyembuhkan bila terjadi penyimpangan atau kesulitan yang sudah berakar membantu mencari akar daripada penyimpangan kenakalan, gangguannya, supaya dapat disembuhkan dan tercapai taraf kehidupan normal.

Secara umum dapat kita simpulkan, bahwa bimbingan ini sangat penting bagi perkembangan dan jalan kehidupan seseorang anak mencapai masa depannya.

Baik di rumah oleh orang tua, maupun di sekolah oleh guru, pembimbing (konselor), pembina dalam kepramukaan, atau siapa saja dapat memberikan bimbingan, asal saja dilakukan dengan bijaksana dan bertanggung jawab.

Diambil dan disunting seperlunya dari:

Sumber
Halaman: 
11 -- 21
Bab: 
Bimbingan Terhadap Anak
Judul Buku: 
Psikologi untuk Membimbing
Pengarang: 
Dra. Ny. Y. Singgih D. Gunarsa dan Dr. Singgih D. Gunarsa
Penerbit: 
PT. BPK Gunung Mulia
Kota: 
Jakarta
Tahun: 
1988