Pahlawan-Pahlawan Iman

  • Hak 4:1-10
  • Maz 123
  • 1 Tes 5:1-11
  • Mat 25: 14-30

Pertanyaan:

  1. Apa sih maksud pahlawan iman?
  2. Bagaimana seseorang dapat dikatakan sebagai pahlawan iman? (kriteria)
  3. Apa pandangan orang masa kini tentang pahlawan?

"Siapa yang tidak kenal Batman, Superman, Spiderman, hingga Wonder woman? Saya rasa semua orang kenal pahlawan-pahlawan super ini yaa.... tentu saja aksinya telah kita saksikan sejak kita masih kecil. Walaupun mereka hanyalah tokoh fiksi, namun membaca kisahnya membuat kita jauh lebih bergairah dibandingkan harus membaca kisah Jendral Sudirman, Teuku Cik Ditiro hingga Raden Ajeng Kartini."

Berbicara soal pahlawan, siapa sih yang tidak ingin jadi pahlawan, walau mungkin juga banyak yang tidak mau menjadi pahlawan. Banyak dari manusia masa kini berusaha menjadi pahlawan walau akhirnya nasibnya hanya sampai pada pahlawan kesiangan. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, pahlawan dapat diartikan menjadi: orang yang menonjol karena keberanian dan pengorbanannya membela kebenaran. Sedangkan manusia masa kini lebih banyak yang menajdi pahlawan kesiangan: orang yang baru mau bekerja setelah peperangan berakhir atau orang yang ketika masa perjuangan tidak melakukan apa-apa tetapi setelah peperangan menyatakan diri pejuang.

Bahkan lebih dari itu makna pahlawan juga menjadi bias. Bila pada awalnya pahlawan menjadi sosok yang dipuja karena keberaniannya membela kebenaran, kini gelar atau sebutan kepahlawanan hanya diberikan kepada mereka yang sejalan, seia dan sekata oleh yang berkuasa memberi sebutan pahlawan. Kebenaran sudah semakin rancu dan ambigu. Mereka yang seharusnya mendapatkan sebutan pahlawan malah dibungkam, dibunuh, dihilangkan segala hak hingga jejaknya, termasuk ketika para teroris yang membunuh ratusan orang mengatakan bahwa merekalah yang layak disebut Pahlawan Iman karena merekalah para pejuang iman yang memberantas kemaksiatan dan kekafiran.

Namun apa sih yang sebenarnya dikatakan sebagai pahlawan iman?

Hak 4: 1-10

Era hakim-hakim adalah era dimana kepemimpinan bangsa Israel dipegang oleh hakim. Era ini adalah era yang muncul setelah Musa dan Yosua. Istilah hakim ini berasal dari kata shaphat yang artinya menghakimi, menjelaskan, mengatur, mengarahkan dan memerintah, memisahkan, menghukum , bahkan untuk memutuskan. Hakimlah yang bertugas dan berkuasayang menjaga bangsa Israel baik itu dalam hal menjaga keadilan, menetapkan perang ataupun damai. Hakim jualah yang memimpin dan mengatur segala sesuatu. Seorang hakim dipilih dengan cara yang supranatural dan ia bekerja justru pada masa-masa genting, seperti pada saat penindasan oleh bangsa lain. Tentu menjadi hakim atas bangsa pilihan Allah ini bukanlah sesautu yang mudah. Karena seorang haakim dikenal sebagai orang yang memiliki hubungan yang dekat dengan Allahnya, tidak hanya sekedar dekat, namun para hakim ini memiliki hubungan langsung dengan Allah yang memberikan perintah dan pengarahan langsung kepada mereka. Dengan begitu seorang hakim dipercaya memiliki hikmat yang luar biasa. Ia menjadi guru spiritual dimana orang mencari nasihat dan pertimbangan. Namun tugasnya tidak hanya meliputi hubungan dengan Allah, lebih dari itu seorang hakin juga dituntut untuk dapat mengatur strategi perang dan bahkan mereka juga menjadi orang yang terjun langsung dalam peperangan.

Sebagai hakim, Debora bukan hanya menjadi tempat meminta nasehat dan petuah, namun ia juga menjadi orang yang sangat disegani karena kepandaiannya mengatur strategi perang. Sebagai seseorang yang ‘dekat’ dengan Allah debora tahu pasti bahwa Allah akan menyerahkan Sisera bersama seluruh prajuritnya ke tangan mereka. Barak sebagai komandan utama pasukan sekutu Kanaan setuju ikut serta dalam peperangan hanya bila Debora ikut serta dengannya (8). Debora menegaskan bahwa kehormatan tidak akan diterima oleh Barak, karena sesungguhnya Tuhan akan menyerahkan kehormatan ini kepada seorang perempuan...perempuan mana yang dimaksud oleh Debora? Dia adalah Yael, isteri Heber. Walau cara membunuhnya dapat dinilai sebagai khianat, karena sebenarnya Yael berjanji melindungi Sisera, bahkan memberi ia minum susu dan menyelimutinya.dan apa yang dilakukan Yael sebenarnya lebih dari kebiasaan Timur dalam memberi tumpangan Yael membunuh Sisera dengan mematokkan patok tanah di pelipis hingga tembus ke belakang kepalanya

Sisera, panglima tentara Yabin, memiliki peran besar dalam peperangan melawan Debora dan Barak. Ia memiliki perlengkapan perang yang luar biasa yaitu 900 kereta besi- kereta katu yang diperkuat dengan besi-besi tajam di sisi-sisinya. Ia juga memiliki prajurit yang tidak hanya kuat namun juga sangat terlatih. Namun apa yang dimiliki ternyata tidak sanggup memberinya kemenangan atas bangsa Israel. Ia kalah, melarikan diri dan tidur di kemah Yael

1 Tesalonika 5: 1-11

Menjadi pahlawan iman tidak harus melakukan apa yang dilakukan Debora ataupun Yael. Dengan memimpin peperangan atau dengan membunuh mereka yang dianggap sebagai musuh iman. 2 Tesalonika mengajarkan kita bahwa untuk menjadi pahlawan iman kita harus:

Berjaga-jaga, dan tentunya juga membuat orang terjaga. Karena pada dasarnya yang dianggap pahlawan adalah orang yang tidak hanya berani namun juga mau berkorban. Maka kita harus memberikan diri kita untuk juga membuat orang berjaga-jaga. Namun untuk itu kita juga harus melatih diri kita untuk dapat berjaga-jaga. Menjaga iman, menjaga perbuatan, menjaga perkataan, menjaga hati, menjaga seluruh diri kita dan memotivasi orang juga untuk berjaga-jaga. Bagaimana kita dapat dikatakan pahlawan bila kita sendiri lengah. Tesalonika mengatakan bahwa kita adalah anak-anak siang, maka hiduplah dalam terang. (5-7)

  • Seorang pahlawan yang maju ke medan perang tentunya perlu mempersiapkan dirinya dengan matang. Ia harus diperlengkapi baik itu dengan strategi, kemampuan, dan tentunya peralatan. Begitu juga kita, ketika kita dipanggil untuk menjadi para pahlawan-pahlawan iman , maka kita juga diajak untuk tidak hanya belajar stategi, namun juga melengkapi diri kita dengan segala yang kita butuhkan: baju jirah iman dan kasih, ketopong keselamatan. Mengapa iman dan kasih? Karena pada manusia yang telah jatuh ke dalam dosa menjadi manusia yang tidak beriman dan tidak memiliki belas kasih. iMan kita peroleh sebagai anugerah dari Allah, sedangkan kasih juga meruapakan karunia Roh Kudus dalam hidup kita, karena Allah adalah kasih dan tentunya kita tidak akan mampu mengasihi dan memiliki kasih bila Allah tidak berada di dalam diri kita.
  • Seorang pahlawan juga adalah orang yang patut diteladani. Orang yang menjadi contoh. Bukan hanya bisa memerintah, bukan juga menjadi orang yang hanya mampu berkata namun tak mampu berbuat. Tesalonika meminta kita untuk dapat saling mengingatkan dan menasehati, namun terutama tentunya melakukannya terlebih dahulu.
  • Seorang Pahlawan juga adalah orang yang berani tampil beda, berani mengambil resiko. Ketika Debora maju ke medan perang dan ketika Tuhan sudah berjanji bahwa kemenangan akan diperoleh bukan berarti ia tidak beresiko tewas di medan pertempuran bukan? Bangsa Israel akan tetap menang namun bukan berarti orang kepercayaanNYa tidak akan mati. Kemenangan kita atas maut juga didasarkan oleh kemenangan Yesus. Yesus hadir sebagai pahlawan yang memenangkan pertarungan, pertandingan dengan kematianNya. Oleh karena itu seorang pahlawan juga harus berani keluar dari zona amannya. Ia juga harus berani berkorban bahkan berani mati. Itu yang hendak diingatkan oleh Matius 25: 14-30. orang yang hanya berani menyimp[an talenta adalah orang yang tidak berani mengambil resiko. (Talenta adalah ukuran uang yang sangat besar) Tuhan memberi kita modal yang besar untuk dapat berkarya. Dalam dunia dagang tentunya perdagangan dapat menghasilkan keuntungan ataupun kerugian. Begitu juga dalam menggunakan talenta, banyak orang yang merasa rugi bila talenta yang ia miliki hanya digunakan untuk pelayanan dan bukan untuk memperkaya diri. Merasa rugi bila ia gunakan untuk kepentingan orang lain dan bukan untuk kepentingan dirinya sendiri.

Seorang pahlawan adalah orang yang mau memberikan apapun yang ia miliki tanpa melihat untung dan rugi. Ia hanya mau memberi dan tidak mengharap kembali. Memang dalam dunia kita, kita mengenal pahlawan tanpa tanda jasa, mereka adalah para guru. Namun melihat realita nampaknya tidak ada orang yang mau disebut pahlawan tanpa tanda jasa. Semua perbuatan dinilai dari seberapa menguntungkannya bagi diri sendiri dan bukan bagi orang lain. Namun sebagai pahlawan iman, kita diajak dan diajar untuk menggunakan segala yang kita punya, yang sebenarnya juga bukan milik kita namun anugerah yang Tuahn berikan bagi hidup kita untuk dap[at berkarya dan menjadi pahlawan2 bagi orag lain. Maukah kita disebut sebagai pahlawan-pahlawan iman?

Sumber: KambingGunungPertama