Mengasihi Sesama Manusia

Salah satu tindakan nyata dari mengasihi Allah adalah mengasihi sesama. Rasul Yohanes mencatat bahwa seseorang tidak dapat berkata ia mengasihi Allah jika ia tidak mengasihi saudaranya (1 Yohanes 4:19-21).

Yesus menempatkan pentingnya kasih terhadap sesama manusia langsung setelah hukum untuk mengasihi Allah. Kasih Allah memampukan orang-orang Kristen untuk saling mengasihi, bahkan dalam keadaan sukar sekali pun. Kasih itu tidak berasal dari sumber-sumber manusiawi, melainkan dari Allah sendiri karena Ia tinggal di dalam orang percaya dan mengasihinya (1 Yohanes 4:16-17). Dalam Kolose 3:12-14 Paulus berkata, "Karena itu, sebagai orang-orang pilihan Allah yang dikuduskan dan dikasihi-Nya, kenakanlah belas kasihan, kemurahan, kerendahan hati, kelemahlembutan dan kesabaran. Sabarlah kamu seorang terhadap yang lain, dan ampunilah seorang akan yang lain apabila yang seorang menaruh dendam terhadap yang lain, sama seperti Tuhan telah mengampuni kamu, kamu perbuat jugalah demikian. Dan di atas semuanya itu: kenakanlah kasih, sebagai pengikat yang mempersatukan dan menyempurnakan." Pertama-tama Paulus mengingatkan orang-orang percaya akan kedudukan mereka dalam hubungan dengan Allah sebagai "orang-orang pilihan Allah yang dikuduskan dan dikasihi-Nya," sebelum ia menggambarkan cara mereka harus saling mengasihi.

Dalam Tubuh Kristus, orang-orang yang dibimbing/konseli belajar cara-cara mengasihi sebagaimana yang diperintahkan Yesus (Yohanes 15:12). Kasih Yesus tidak pasif. Ia mengajar dan menyembuhkan banyak orang, dan Ia sendiri menanggung hukuman karena dosa kita, ketika Ia mati di kayu salib. Kasih dalam tindakan, juga dinyatakan oleh Yakobus ketika ia mengimbau orang-orang Kristen untuk bertindak sesuai dengan iman mereka, dan dengan demikian mengasihi dengan tindakan (Yakobus 2:15-16).

Mengasihi tidak selalu berarti merasa kasihan atau simpati terhadap sesama. Ketika Yesus menceritakan perumpamaan orang Samaria sebagai suatu contoh tentang mengasihi sesama manusia, Ia menyebutkan perhatian orang Samaria kepada seseorang yang dipukul oleh para penyamun, dan pertolongan praktis orang Samaria terhadap orang itu. Orang Samaria itu mendahulukan kesejahteraan orang lain di atas kesejahteraan dirinya, dan berusaha supaya kebutuhan orang itu terpenuhi. Meskipun demikian, Yesus tidak menyebutkan sama sekali tentang perasaan yang penuh kasih, yang mungkin dimiliki orang Samaria itu.

Cara lain yang diajarkan Yesus tentang konsep mengasihi sesama seperti dirinya sendiri adalah melalui hukum utama: Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka. Itulah isi seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi (Matius 7:12).

Yesus tidak hanya mengajar orang-orang bagaimana hidup bertanggung jawab; Ia mengajar mereka bahwa kebahagiaan adalah hasil ketaatan kepada Allah. Suatu penyelidikan yang sangat menarik terhadap prinsip hukum utama dilakukan oleh Bernard Rimland, direktur dari Institute for Child Behavior Research. Rimland menemukan bahwa "orang-orang yang paling bahagia adalah orang-orang yang menolong orang lain". Sementara manusia cenderung menghabiskan waktu untuk kesenangan dan kesejahteraan pribadi -- tidak bersedia untuk disusahkan demi kepentingan orang lain mereka sebut egoisme. Dalam mengategorikan hasil-hasil itu, Rimland mendapatkan bahwa semua orang yang digolongkan bahagia, juga digolongkan tidak egois. Ia menuliskan, mereka "yang kegiatannya diabdikan bagi kebahagiaan diri sendiri jauh lebih tidak bahagia dibandingkan dengan mereka yang usahanya diabdikan untuk membuat orang lain bahagia". Rimland menyimpulkan: "Perbuatlah kepada orang lain sebagaimana kamu kehendaki orang lain perbuat kepada kamu." (Bernard Rimland, "The Altruism Paradox," Psychological Reports 51 (1982): 522)

Sementara seorang yang dibimbing/konseli memilih untuk mengasihi Allah melalui iman dan ketaatan, memilih untuk mengasihi sesama manusia melalui kehidupan yang aktif dan berorientasi kepada orang lain, ia tidak hanya menemukan cara untuk menyelesaikan masalah, tetapi ia juga akan menemukan buah Roh dalam kelimpahan yang lebih banyak. Jika ia menilai tindakannya dalam kaitan dengan kasih kepada Allah dan sesama manusia, dan dalam kaitan menaati Yesus dalam konteks kasih-Nya, ia pasti akan menemukan kesempatan untuk bertumbuh. Alkitab menyediakan keperluan-keperluan dasar bagi kehidupan yang berada dalam kepercayaan dan ketaatan yang ilahi sesuai dengan kasih Allah. Karena itu, "cara" dalam Alkitab dan "cara" dalam bimbingan sama: setiap orang harus hidup dalam persekutuan dengan kasih Allah dan harus menerapkan "hukum yang pertama dan yang terutama" dalam tindakan (Matius 22:38).

Fokus dari seluruh bimbingan haruslah pada hubungan kasih yang mendalam. Setiap masalah dapat dipecahkan melalui kesadaran akan kasih Allah, dan melalui respons terhadap kasih-Nya. Pada saat dua orang percaya datang bersama-sama kepada Allah untuk mencari cara penyelesaian masalah, mereka akan memeriksa pikiran, emosi, dan tindakan dalam konteks kasih Allah dan firman Allah. Mereka akan menilai hal-hal tersebut dalam kaitan dengan penciptaan, yang meliputi keadaan manusia secara rohani, keunikan setiap orang, dan kehendak bebas. Mereka akan menilai hal-hal tersebut, dalam kaitan dengan bagaimana orang yang dibimbing mungkin akan bereaksi menurut cara yang lama, seakan-akan ia masih terpisah dari Allah, ia bertingkah laku sebagai orang yang tidak percaya, yang memunyai harapan yang tersesat, atau mengasihi diri sendiri. Mereka akan menilai hal-hal itu dalam kaitan dengan pemulihan hidup baru yang diberikan melalui kematian dan kebangkitan Yesus, Roh Kudus yang mendiami, dan firman Allah. Namun di atas dan melalui semuanya itu, mereka akan menilai pikiran, emosi, dan tindakan dalam kaitan dengan hubungan: kasih Allah dan "hukum yang utama dan yang terutama".

Diambil dan disunting seperlunya dari:

Judul asli buku : How To Counsel From Scripture
Judul buku terjemahan : Bimbingan Berdasarkan Firman Allah
Judul asli artikel : Menerima dan Memberikan Kasih
Penulis : Martin dan Deidre Bobgan
Penerjemah : Dra. Tan Giok Lie
Penerbit : Yayasan Kalam Hidup, Bandung 1996
Halaman : 167 -- 171

Comments

Counseling is very important

Counseling is very important to lessen the burden you feel. - Scott Safadi

Counseling is very important

Thanks for your comment Mr. Scott,

Yup, I'm agree with you. Counseling could help us to find out the alternative ways to solve our problems. Besides God, we need others' help as well. :)