Manajemen Konflik Alkitabiah

Pendahuluan

Dalam kehidupan ini kerap terdengar bagaimana individu, keluarga, tim, perusahaan, bahkan gereja mengalami kerusakan dan kehancuran karena berbagai masalah dan konflik. Orang-orang yang tadinya saling mengasihi, membantu dan mendukung satu sama lain kini menjadi musuh, dan saling membenci.

Bahkan, tidak jarang berakhir di pengadilan. Dari pengamatan, diketahui bahwa sebagian besar konflik terjadi karena orang-orang gagal menangani konflik yang terjadi. Kegagalan itu mengakibatkan hidup banyak orang menjadi tidak nyaman dan kehilangan damai.

Definisi

Berkaitan dengan konflik, ada beberapa kata yang perlu didefinisikan agar dapat diketahui pemahaman yang sebenarnya. Masalah adalah sesuatu yang harus diselesaikan. Sedangkan konflik berarti percekcokan, perselisihan, dan pertentangan. Dari arti tersebut dapat disimpulkan bahwa konflik merupakan sesuatu yang membuat keadaan menjadi tidak nyaman, menimbulkan friksi antara dua pihak atau lebih.


Arti Konflik

Konflik menjadi bagian yang memberi warna tersendiri dalam kehidupan setiap orang. Sesungguhnya konflik dapat memberi efek positif jika konflik tersebut dapat diselesaikan dengan baik. Pengaruhnya pada tiap-tiap pribadi cukup baik, selain memberi pengalaman dalam mengatasi berbagai konflik yang ada, dapat juga meningkatkan kepercayaan diri dalam menghadapi situasi bermasalah. Akan tetapi, di sisi lain, ia dapat memberi efek negatif apabila tidak diselesaikan dengan baik sebab akan menghasilkan terganggunya hubungan dengan sesama, menimbulkan kebencian dan sikap permusuhan, bahkan bisa menimbulkan gangguan baik secara mental maupun fisik. Oleh sebab itu, penanganan terhadap konflik merupakan sesuatu yang harus menjadi prioritas. Itu sebabnya, konflik perlu dipahami, dipelajari, dan dicarikan solusinya sebab selain akan bermanfaat untuk menolong diri sendiri tatkala menghadapi konflik, juga akan berguna untuk menolong orang lain di sekitar kita yang sedang mengalami berbagai macam konflik.

Penyebab Konflik

Konflik dapat disebabkan oleh beberapa hal, sebagai berikut:

  1. Terjadinya perubahan
  2. Dunia berputar dengan cepat, zaman pun berganti. Begitu cepatnya perubahan yang terjadi sehingga makna kehidupan ini mengalami pergesaran dan pemaknaan baru. Hal-hal yang dulu dianggap "tabu", kini telah menjadi pemandangan yang biasa di mata kita. Tidak heran, konflik sering terjadi antara orang tua dengan anak-anak dalam memandang setiap segi kehidupan. Karena mereka hidup dalam zaman dan budaya yang berbeda. Perubahan zaman membuat terjadinya pergesekan tata nilai. Budaya orang tua cenderung dianggap "old fashioned" oleh generasi muda.

  3. Adanya keragaman
  4. Dalam konteks Indonesia, negeri ini memiliki beragam suku, budaya, agama, dan pandangan hidup. Dalam satu sisi, pluralisme itu merupakan hal yang baik dan dianggap sebagai kekayaan bangsa ini. Namun di sisi lain, tidak dapat dimungkiri menjadi sumber konflik bagi golongan tertentu yang berpikiran radikal. Berbagai masalah keagamaan, seperti perusakan dan pemboman gereja telah merenggut banyak nyawa sebagai akibat dari radikalisme agama. Perang antara suku Dayak dan Madura di Kalimantan juga dapat disebutkan sebagai contoh lain dari konflik yang terjadi sebagai akibat rasa kesukuan yang fanatik.

  5. Pergeseran menuju pemberdayaan (struktur organisasi)
  6. Setiap organisasi, baik itu perusahaan, instansi pemerintah, gereja, dan macam organisasi lainnya akan selalu berusaha mengadakan pembenahan ke arah yang lebih baik. Dalam konteks ini, biasanya ditandai dengan adanya pergeseran jabatan atau posisi-posisi tertentu dalam organisasi. Meskipun hal itu merupakan proses yang alamiah, namun tidak dapat disangkal bahwa konflik antar individu kerap terjadi di antara orang-orang yang digeser maupun yang mendapat promosi jabatan.

  7. Psikologis manusia
  8. Ketidakmatangan emosi akan menimbulkan berbagai macam konflik dalam hubungan dengan orang lain. Sikap dan perilaku tidak dewasa, kurang berpikir panjang, emosional, kekanak-kanakan (childish), merupakan sebab-sebab yang kerap memicu konflik antar pribadi. Sebaliknya, kematangan emosi akan membuat suatu pribadi menjadi lebih bijaksana dalam menanggapi masalah maupun konflik yang terjadi. Kematangan emosi dipengaruhi oleh berbagai macam hal, di antaranya pendidikan, pelatihan, dan pengalaman hidup yang terjadi dalam diri seseorang. Semakin banyak pengalaman yang dilalui dan dirasakan seseorang akan turut membentuk kepribadiannya. Hanya saja pengalaman seperti apa yang dialami dan dirasakan, seperti apakah pengalaman tersebut lebih banyak ketakutan, kekhawatiran, rasa tidak aman, dikhianati, kepahitan, kesedihan, penderitaan atau sebaliknya perasaan tenang, aman, berkecukupan, kebahagiaan, dan sebagainya akan sangat menentukan kepribadian dan tingkat emosi seseorang. Itu sebabnya, latar belakang seseorang akan sangat menentukan bagaimana ia bersikap, menilai sesuatu, dan bertingkah laku.

  9. Komunikasi
  10. Seperti salah pengertian berkenaan dengan bahasa atau kalimat yang digunakan, bahasa yang sulit dimengerti, informasi yang tidak lengkap maupun gaya pimpinan yang tidak konsisten.

  11. Hubungan pribadi
  12. Meliputi ketidaksesuaian antara tujuan-tujuan organisasi dan nilai-nilai sosial pribadi, serta adanya perbedaan dalam nilai-nilai atau persepsi.

  13. Konflik yang disengaja
  14. Ada juga konflik yang memang disengaja. Biasanya hal ini dilakukan oleh pimpinan untuk "mengokohkan" posisi kepemimpinannya. Mereka sengaja memicu perseteruan di antara bawahan sehingga membuat terjadinya perasaan tidak nyaman dalam organisasi, saling mencurigai, dan sebagainya. Hal-hal itu biasanya membuat semua orang pada akhirnya berharap pada sang pemimpin sebagai "peace maker" (pembuat kedamaian). Di satu sisi, hal itu akan melanggengkan posisi kepemimpinan seseorang, namun di pihak lain akan menghancurkan jalinan hubungan antara bawahan. Organisasi tidak lagi dipandang sebagai tempat berbagi pikiran, perasaan, dan potensi diri. Salah seorang pemimpin yang terkenal dengan strategi manajemen konfliknya adalah mantan presiden RI, Soeharto (alm).

Jenis-jenis konflik:

    Konflik dalam diri pribadi (individu).
  1. Konflik antar individu.
  2. Konflik antara individu dan kelompok.
  3. Konflik antar kelompok dalam organisasi yang sama.
  4. Konflik antar organisasi.

Langkah-Langkah keliru dalam penyelesaian konflik:

  • Menekan.
  • Sekadar memohon.
  • Menjadi penentu/memilih satu pihak.
  • Menunda-nunda.
  • Menyuap.

Landasan Alkitab untuk penyelesaian konflik:

  1. Tawarkan perdamaian (Imamat 9:7; Ulangan 20:10).
  2. Ada mediator yang bersedia mendamaikan (Matius 5:9; 1 Timotius 3:2-3).
  3. Kita harus berinisiatif untuk berdamai dengan pihak lain (Matius 5:23-25; Lukas 12:57-58).
  4. Agar tidak terjadi konflik, masing-masing pihak harus mengendalikan diri.

Ayat-ayat Alkitab berkenaan dengan konflik antara lain: Mazmur 34:15; Markus 9:50; Roma 12:18; Kolose 3:13; 1 Tesalonika 5:13, 15; dan Ibrani 12:14.

Solusi konflik

  1. Libatkan diri pada semua pihak sebagai pimpinan yang netral (bila dalam kapasitas sebagai leader).
  2. Bersikap bijaksana.
  3. Jadilah pendengar yang baik.
  4. Jelaskan solusi kepada pihak yang berkonflik. Dalam hal ini, diupayakan terjadi "win-win solution" (menguntungkan kedua belah pihak).
  5. Pantaulah kesepakatan yang telah dicapai.

Diambil dan disunting seperlunya dari:

Nama situs : Ps Bobby Butar Butar blog
Alamat URL : http://psbobby.wordpress.com/2008/07/03/manajemen-konflik-alkitabiah/
Judul asli artikel : Manajemen Konflik Alkitabiah -- Mengatasi Konflik dgn menggunakan prinsip Firman Tuhan
Penulis : Ps Bobby MTh
Tanggal akses : 17 Oktober 2013