Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs C3I
Peranan Gereja dalam Pertumbuhan Rohani
Edisi C3I: e-Konsel 099 - Gereja dan Pertumbuhan Rohani
Banyak orang datang kepada Kristus melalui pekerjaan para pelayan Injil atau melalui uluran tangan kelompok-kelompok khusus. Tetapi, setelah mereka menjadi orang Kristen, mereka memerlukan suatu jemaat setempat untuk mengasuh dan membina mereka. Kelompok-kelompok pekabar Injil itu laksana perahu-perahu kecil yang berhasil menghampiri cukup dekat untuk menembakkan seruit pada ikan paus. Tetapi perahu-perahu itu tidak dapat memproses lebih lanjut ikan paus itu; untuk memprosesnya diperlukan kapal besar yang mempunyai peralatan yang memadai. Sama seperti perahu-perahu kecil itu harus selalu kembali ke kapal yang lebih besar, demikian juga para pelayan Injil harus kembali kepada gereja dan peralatan rohaninya.
Seseorang yang membawa orang lain kepada Kristus juga membutuhkan pangkalan untuk menaungi dan mengasuh dirinya. Walaupun kita datang kepada Kristus sendiri-sendiri, kita tumbuh sebagai anggota satu tubuh. Tanpa suatu wadah untuk pengasuhan, kita mudah diserang musuh. Kita dapat melihat hal seperti ini pada saat timbulnya "Jesus Movement" pada tahun tujuh puluhan. Kita dapat menjangkau kaum hippy melalui pelayanan di jalan-jalan, tetapi begitu mereka menjadi Kristen, mereka harus bergabung dengan jemaat supaya tetap tinggal dalam iman baru mereka.
Gereja memainkan empat peranan khusus dalam pertumbuhan rohani seorang Kristen:
-
Ibadah
-
Pengasuhan
-
Nasihat
-
Pelayanan
Kita dirancang oleh Allah untuk bertumbuh dalam persekutuan dengan sesama orang beriman. Tuhan mengumpulkan kita seperti batu-batu yang hidup untuk membangun suatu rumah yang di dalamnya, Ia berkenan untuk tinggal (1Petrus 2:5). Dalam Kitab Efesus, Paulus mengatakan bahwa kita adalah anggota keluarga Allah dan menjadi suatu rumah kudus. Waktu kita berkumpul bersama, kita menjadi "tempat kediaman Allah, di dalam Roh" (Efesus 2:19-22). Ketika kita berkumpul dengan sesama orang Kristen untuk beribadah, cakrawala kita diperluas dan kita semakin dikuatkan.
Jemaat mendapatkan makanan dan vitamin rohani yang hanya dapat diperoleh dalam kelompok yang lebih besar. Gereja adalah Stasiun Pusat tempat karunia dibagikan, penghiburan diberikan satu kepada yang lain, dan nasihat disampaikan. Kita bukan penyelam laut dalam secara rohani yang masing-masing memakai tabung oksigen sendiri yang dihubungkan dengan Allah. Allah telah merancang kita untuk saling membagi pengalaman dan saling memberi dorongan antara sesama orang Kristen.
Tugas gereja adalah mencari karunia rohani dari setiap anggotanya supaya setiap orang mengetahui kasih karunia yang harus ia berikan kepada orang lain. Sayangnya, banyak pendeta dan kaum awam bertindak seakan-akan karunia-karunia rohani hanya dimiliki oleh para pekerja Kristen yang bekerja purna waktu. Setiap jemaat harus mengusahakan perkembangan dan pemanfaatan karunia rohani setiap anggotanya agar gereja dapat menerima berkat-berkat Allah.
Kalau kita sendirian, maka kita mudah berjalan menyimpang. Di dalam kelompok yang lebih besar, kita dapat saling bertanggung jawab dan saling membagi hikmat kita. Amsal 27:17 menyebutkan, "Besi menajamkan besi, orang menajamkan sesamanya."
Kita hanya seperti bongkahan arang yang akan kehilangan tenaga bila dikeluarkan dari api. Untuk terus menyala, kita membutuhkan orang Kristen lainnya. Kebutuhan kita ini tidak akan terpenuhi dengan sendirinya; kebudayaan kita memupuk sifat individualisme yang tidak sehat. Tetapi tinggal di dalam Kristus berarti tetap berhubungan dengan anggota-anggota lain dari tubuhnya. Bila kita bersekutu dengan sesama orang Kristen, kita memperoleh kekuatan dari mereka, dan hidup kita diperkaya oleh karunia-karunia rohani mereka.
Di dalam jemaat, kita dapat menyatukan dana dan kemampuan kita untuk menjangkau orang lain agar datang kepada Kristus. Kita dapat berhubungan dengan orang Kristen lain yang juga melayani, entah itu kepada mahasiswa internasional, kepada anak-anak belasan tahun, kepada para tunawisma, atau dalam misi dunia. Misalnya, melayani dua puluh orang mahasiswa internasional sangat sulit untuk dikerjakan oleh satu orang saja, tetapi sekelompok orang dari satu gereja dapat bekerjasama dengan mudah merencanakan dan melaksanakan berbagai kegiatan.
Pertumbuhan rohani tidak terjadi tanpa unsur-unsur ini. Kita tidak diasuh hanya dengan tujuan untuk bertumbuh dengan mementingkan diri sendiri. Secara rohani, kita menjadi kuat karena sumbangan kita kepada tubuh Kristus dan juga karena kita dengan sengaja hidup dari makanan rohani.
Sumber diambil dari:
Judul Buku | : | Pola Hidup Kristen -- Penerapan Praktis |
Penulis | : | Richard Lovelace |
Penerbit | : | Yayasan Penerbit Gandum Mas bekerjasama dengan Lembaga Literatur Baptis dan Yayasan Kalam Hidup YAKIN -- 2002 |
Halaman | : | 515 - 517 |