Bagian A: Duka Karena Kematian Orang yang dikasihi
Duka Karena Kematian Orang Yang dikasihi
Latar Belakang
Dukacita adalah derita emosional yang; menusuk dalam disebabkan oleh
kematian orang yang dikasihi. Orang akan mengalami kesedihan yang dalam
dan menusuk, penderitaan dan kepedihan. Meninggalnya salah seorang yang
dikasihi, dapat menyebabkan suasana sedih dan sepi.
Masa sedemikian adalah masa sulit. Orang yang ditinggal sering merasa
bahwa pengalamannya unik, tak seorang pun menanggung kehilangan seperti
yang dideritanya. Berangsur-angsur melalui proses waktu, biasanya orang
akan pulih ke keadaan semula. Tetapi orang-orang tertentu terus mengalami
kedukaan berkepanjangan. Dalam arti tertentu, tak seorang pun dapat bebas
sempurna dari merasa kehilangan kekasihnya.
Proses penyembuhan yang disebut di atas, biasanya sebagai berikut:
- Kejutan awal akibat kematian: dampak emosi yang dalam itu
kadang-kadang melumpuhkan seseorang.
- Pelepasan emosi: masa menangis.
- Kesepian dan kemuraman: Perasaan kehilangan sering berkaitan dengan
derajat ketergantungannya pada orang yang meninggal. Depresi bisa
memiliki berbagai gejala.
- Rasa bersalah: "Seharusnya aku bertindak lain," atau "Seharusnya aku
bertindak lebih . . . " dan sebagainya.
- Marah dan berontak: "Mengapa Allah bertindak seperti ini terhadapku?"
- Tahap kehilangan gairah: "Aku tak tahan," atau "Masa bodohlah."
- Berangsur-angsur kembali pada pengharapan: "Hidup harus berjalan
terus." "Aku akan sanggup menanggungnya." "Allah akan membantu
mengatasi semua ini."
- Kembali pada kenyataan dan kewajaran: menerima fakta kehilangan dan
menyesuaikan diri dengannya.
Harus kita ingat, bahwa dukacita tidak teramalkan dan tak pula dapat
diurut tahapannya. Kadang-kadang tahap-tahap duka muncul bersama dan
saling tumpang tindih. Ada kalanya orang yang berduka merasa lepas
sementara dari tahap sedih tertentu, untuk kemudian kembali terulang.
Untuk membimbing orang yang berduka, diperlukan keikhlasan, kepekaan dan
kelembutan khusus, simpati dan empati. Kita perlu bergantung pada pimpinan
Roh Kudus. Terlalu gampang dan banyak bicara menyatakan jawab, adalah
bertindak lancang. Ucapan-ucapan kita harus tulus dan bermakna, peka dan
tepat dengan situasi tersebut, sebab hiburan sejati bagi orang yang
berduka tergantung di mana sesungguhnya dia berada dalam proses dukanya.
Jangan menganggap anda memiliki jawab untuk segala hal. Akui bahwa anda
tidak mengerti mengapa atau bagaimana sampai Allah melakukan itu.
Jangan ucapkan hal-hal klise dan basi tentang kematian dan penderitaan.
Jangan katakan bahwa kalau yang berduka lebih rohani atau lebih akrab
dengan Allah, kedukaannya akan lebih ringan.
Ingat bahwa satu kesempatan singkat melayani, akan tidak memadai untuk
menolong yang berduka. Namun kita layani semampu kita, membagikan Yesus
Kristus dan berita Firman Tuhan, sambil percaya bahwa Allah akan melakukan
bagian-Nya.
Jangan memompakan padanya usaha untuk membuatnya riang dan senang.
Latar Belakang
Ayat Alkitab
Strategi Bimbingan
- Nyatakan kepadanya bahwa anda memperhatikan dia dan ingin menolong.
Silakan dia menceritakan kematian orang yang dikasihinya dan bagaimana
perasaannya. Jadilah pendengar yang sabar. Ini membantu dia mengalirkan
perasaan-perasaan dukanya.
- Katakan bahwa menangis dan berduka adalah sehat. Ia merupakan
pengalaman lazim manusia yang semua kita harus melaluinya. Ada yang
mengatakan bahwa duka adalah "karunia Allah". Ia dapat menjadi jalan
bagi-Nya untuk membantu kita bereaksi terhadap kejutan dahsyat yang
disebabkan oleh kematian dan akibat-akibat emosional yang mengikutinya.
Yesus berkata: "Berbahagialah mereka yang berdukacita, karena mereka
akan dihibur." (Mat 5:4). "Yesus sendiri menangis di depan kubur
Lazarus." (Yoh 11:35).
- Nyatakan kepadanya bahwa mengungkapkan perasaan-perasaan salah, marah,
bingung atau muram, adalah baik. Perasaan tersebut tidak boleh ditekan
olehnya atau ditolak oleh pembimbing. Dorong dia untuk mengungkapkan
apa yang dirasakannya.
- Katakan kepadanya bahwa apa yang dirasakannya adalah wajar dalam proses
berduka dan bahwa penerimaan serta penyembuhan akan datang, walaupun
mungkin perlahan-lahan. Allah ingin memikul kepedihan dan kedukaan kita
serta menghibur, memberi harapan dan kekuatan. Pada saat sedemikian,
hidup akan terasa tak berarti, tetapi ingat -- Kristus tak berubah,
Batu Karang yang teguh, dasar yang di atas-Nya kita dapat membangun
ulang hidup kita.
- Tanyakan dia apakah dia pernah menerima Yesus Kristus menjadi Tuhan dan
Juruselamat pribadinya. Jika belum, jelaskan "Damai dengan Allah",.
Keyakinan kita akan masa depan berdasar teguh pada kenyataan yang Allah
telah buat bagi kita dalam Kristus. Karena Kristus hidup, kita tak perlu
muram, bagai manapun situasi kita. "Jika kita telah mati dengan Kristus,
kita percaya, bahwa kita akan hidup juga dengan Dia. Sebab upah dosa ialah
maut; tetapi karunia Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus,
Tuhan kita." (Rom 6:8,23).
- Katakan bahwa bagi orang Kristen, kematian bukanlah akhir kehidupan.
Melalui kematian dan kebangkitan-Nya, Kristus telah mengalahkan dosa dan
maut, sehingga beriman kepada-Nya kini, berarti: kita "tidak akan mati
selama-lamanya" (Yoh 11:25-26); "kita memiliki hidup kekal"
(Yoh 3:16); "kita punya tempat terjamin di surga"
(Yoh 14:1-6), "kita akan menerima tubuh kebangkitan"
(1Kor 15:51,52). Juga, "jikalau kita percaya, bahwa Yesus telah
mati dan bangkit, maka kita percaya juga bahwa mereka yang telah
meninggal dalam Yesus akan dikumpulkan bersama-sama dengan Dia."
(1Tes 4:14); jadi akan terjadi pertemuan kembali penuh kemuliaan
kelak, antara kita dan semua mereka yang kita kasihi dan yang ada di
dalam Tuhan!
Nasihatkan orang tersebut untuk mulai membaca dan mempelajari Alkitab.
Alkitab adalah sumber kekuatan dan penghiburan.
- Katakan bahwa Allah menganggap hidup kita di bumi sebagai persiapan
untuk kesukaan besar surgawi (Mr 8:36). Karena itu, Dia
mengizinkan ujian, penderitaan dan kematian orang yang kita kasihi,
dalam hidup kita, agar kita menyadari betapa kita perlu percaya
pada-Nya. "Bahkan kami merasa, seolah-olah kami telah dijatuhi hukuman
mati. Tetapi hal itu terjadi, supaya kami jangan menaruh kepercayaan
pada diri kami sendiri, tetapi hanya kepada Allah yang membangkitkan
orang-orang mati." (2Kor 1:9).
- Jika dia mengungkapkan rasa bersalah atas aspek tertentu kematian orang
yang dikasihinya (biasa terjadi pada kasus bunuh diri), nasihatkan dia
untuk tidak mengecam diri berlebihan. Dia tidak perlu memikul rasa
bersalah atas sesuatu yang tidak benar-benar dilakukannya. Semuanya
sudah lewat, dan dia harus belajar menyerahkan semua penyesalannya
kepada Tuhan. Jika ada sesuatu yang ingin diakuinya kepada Tuhan,
lakukanlah, tetapi terimalah keampunan-Nya dalam terang.
1Yohanes 1:9.
- Jika nampaknya dia diliputi oleh perasaan kehilangan, kesepian dan
gelap tentang apa yang harus dilakukannya kelak, anjurkan dia untuk
menceritakan itu pada keluarganya dan mempercayai mereka untuk memberi
dukungan emosional dan kekuatan. Gereja dapat mengisi kekosongan yang
tersisa. Dia harus terlibat dalam persekutuan gereja. Pendeta dapat
memberikan dukungan emosional. Jika dia belum menjadi anggota, dia
harus melibatkan diri dalam suatu gereja yang mementingkan Alkitab.
Belajar menerima kehendak Allah atas apa yang telah terjadi, memiliki
hati yang bersyukur atas apa yang telah dialami bersama dengan orang
yang dikasihi dan atas janji Tuhan tentang hal-hal yang akan dialami
kelak, serta mengulurkan tangan kasih Kristen menolong mereka yang
sedang pedih, akan menjadi cara kesembuhan dan faktor penting untuk
belajar kembali menjalani hidup.
- Berdoalah meminta pengertian, hiburan dan berkat bagi hidupnya,
bersamanya.
Kematian anak:
Kematian anak, khususnya sangat sulit dihadapi oleh orang tua yang masih
mengasihi anaknya. Kematian yang menimpa hidup yang singkat, sering
menghasilkan rasa bersalah, kemurungan dan banyak pertanyaan. Sebagai
tambahan bagi Strategi Bimbingan tadi, kami mengusulkan beberapa hal
berikut:
- Walaupun kita tidak mengerti mengapa anak itu meninggal, kita tahu
bahwa anak-anak sangat bernilai di hadapan Allah. Yesus berkata,
"orang-orang yang seperti itulah yang empunya Kerajaan Surga."
(Mat 19:14). Secara tidak langsung, ini berarti bahwa anak-anak
yang meninggal langsung diambil-Nya masuk ke dalam hadirat-Nya.
- Ketika putra raja Daud meninggal, dia berkata: "Dapatkah aku
mengembalikannya lagi? Aku yang akan pergi kepadanya, tetapi ia tidak
akan kembali kepadaku." (2Sam 12:23). Jadi, jika kita percaya
bahwa Yesus mati dan bangkit kembali, percaya kepada-Nya sebagai Tuhan
dan Juruselamat, memiliki harapan berkat untuk berjumpa kembali dengan
yang kita kasihi.
Latar Belakang
Strategi Bimbingan
Ayat Alkitab
"Dan Ia akan menghapus segala air mata dari mata mereka, dan maut tidak
akan ada lagi; tidak akan ada lagi perkabungan, atau ratap tangis, atau
dukacita, sebab segala sesuatu yang lama itu telah berlalu."
(Wahy 21:4)
"Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan. Aku
didesak dari dua pihak: aku ingin pergi dan diam bersama-sama dengan
Kristus -- itu memang jauh lebih baik." (Fili 1:21,23)
"Jawab Yesus: 'Akulah kebangkitan dan hidup; barangsiapa percaya kepada-Ku,
ia akan hidup walaupun ia sudah mati, dan setiap orang yang hidup dan yang
percaya kepada-Ku, tidak akan mati selama-lamanya. Percayakah engkau akan
hal ini?'" (Yoh 11:25,26)
"Janganlah gelisah hatimu; percayalah kepada Allah, percayalah juga
kepada-Ku. Di rumah Bapa-Ku banyak tempat tinggal. Jika tidak demikian,
tentu Aku mengatakannya kepadamu. Sebab Aku pergi ke situ untuk
menyediakan tempat bagimu. Dan apabila Aku telah pergi ke situ dan telah
menyediakan tempat bagimu. Aku akan datang kembali dan membawa kamu ke
tempat-Ku, supaya di tempat di mana Aku berada, kamu pun berada."
(Yoh 14:1-3)
"Terpujilah Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus, yang karena
rahmat-Nya yang besar telah melahirkan kita kembali oleh kebangkitan Yesus
Kristus dari antara orang mati, kepada suatu hidup yang penuh pengharapan,
untuk menerima suatu bagian yang tidak dapat binasa, yang tidak dapat
cemar dan yang tidak dapat layu, yang tersimpan di surga bagi kamu.
Yaitu kamu, yang dipelihara dalam kekuatan Allah oleh imanmu sementara
kamu menantikan keselamatan yang telah tersedia untuk dinyatakan pada
zaman akhir." (1Pet 1:3-5)
"Karena kami tahu, bahwa jika kemah tempat kediaman kita di bumi ini
dibongkar, Allah telah menyediakan suatu tempat kediaman di surga bagi
kita, suatu tempat kediaman yang kekal, yang tidak dibuat oleh tangan
manusia." (2Kor 5:1)
Mazmur 23:4-6