Mengapa? Mengapa aku? Mengapa keluargaku? Apa arti penderitaan ini?
Demikianlah pertanyaan-pertanyaan yang biasa dilontarkan baik oleh orang
Kristen maupun bukan. Tak seorang pun kebal terhadap penderitaan dan
kemalangan. Manusia lahir dalam kesusahan (lihat
Kepedihan memuramkan hidup. Bisa terjadi malam-malam penuh siksa batin,
ketika Allah seolah tidak adil dan seolah tidak akan ada pertolongan atau
jalan keluar. Kelepasan sesaat memang bisa menolong, tetapi pemecahan
sejati tidak terjadi karena usaha untuk menyingkirkannya atau dengan
mengertakkan gigi untuk menahannya. Jalan keluarnya ialah dengan bersikap
sedemikian rupa, sehingga kita belajar menang di dalam dan melalui
penderitaan. Ketika rasul Paulus mencari kelepasan dari duri yang ada
dalam dagingnya, Allah tidak mengabulkannya tetapi menghiburnya demikian:
"Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku
menjadi sempurna." (
Kecuali dalam penderitaan jasmani, mengatasi penderitaan nampaknya berpangkal pada masalah sikap: "Apa yang akan kulakukan dalam penderitaanku agar melaluinya aku dapat belajar sesuatu atau memperoleh manfaat sesuai rencana kekal Allah melaluinya?"
"Tak pernah Alkitab mengajarkan bahwa orang Kristen dibebaskan dari penderitaan dan bencana alam yang melanda dunia ini. Alkitab memang mengajarkan bahwa orang Kristen dapat menanggung penderitaan, krisis, bencana dan kesulitan pribadi dengan kuasa adhi kodrati yang tidak bisa diperoleh oleh mereka yang di luar Kristus."
Sebagian besar orang yang nasibnya paling menyedihkan dalam dunia ini, adalah mereka yang ketika mengalami penderitaan, membiarkan diri mereka dihanyutkan oleh kasihan diri dan kepahitan, sambil menyalahkan Allah.
Jadikanlah sikap Ayub menjadi inspirasi: "Walaupun Ia akan membunuh aku,
aku akan tetap percaya kepada-Nya." (
Si penderita akan menerima berkat, jika di tengah kepedihan batin dan kemuramannya yang dalam, dia dapat menatap pada wajah Bapa Surgawinya dan disukakan oleh kasih kekal dan hadirat-Nya. Lagi pula respon kita pada penderitaan seharusnya membuat kita melihat ke balik penderitaan, kepada maksud-maksud Allah yang lebih tinggi dan kepada apa yang ingin diajarkan-Nya.
Apa saja sebab-sebab Penderitaan Manusia?Pesta pora dan kekurangan disiplin, membawa akibat-akibat yang tak membahagiakan. Penyalahgunaan tubuh dalam jangka panjang, menyebabkan penyakit. Pilihan-pilihan salah kelak menghantui kita.
Pembimbing bisa bertanya: "Menurut anda, hal ini terjadi karena keputusan salah atau tindakan tak terkontrol anda sendiri? Tidak adakah langkah yang dapat anda ambil untuk meringankan penderitaan anda?
Sasaran kita hendaknya bukan saja terlepas dari penderitaan, tetapi
belajar menyukakan Allah dengan bersikap responsif dan taat kepada Dia
dan Firman-Nya. (
Kristus tidak mengelakkan Salib agar dapat menghindari penderitaan.
Kita bisa menderita sebentar, atau sepanjang hidup kita. Untuk sementara orang yang menderita, nampaknya deritanya tak akan pernah berakhir. Biar bagaimanapun, janganlah kita membuang pengharapan atau menenggelamkan diri dalam kasihan diri dan kepahitan. Seharusnya kepada hasil akhirnyalah, mata kita tertuju. Berada bersama Tuhan yang di surga, membuat segala sesuatu memiliki makna.
Tidak seperti penderitaan Kristus, penderitaan kita tidak membawa
dampak penebusan. Tetapi bila kita setia dalam penderitaan, kita
mengambil bagian dalam penderitaan-Nya. (
Allah bisa bekerja melalui penderitaan dalam hidup anda, supaya orang
lain mendapat ilham melalui teladan anda dalam penderitaan. Mereka yang
pernah menderita, mampu bersimpati dan menempatkan diri secara lebih
berhasil dalam penderitaan orang-orang lain. Kita belajar menghibur
orang lain, seperti halnya kita pernah dihibur. "Terpujilah Allah, Bapa
Tuhan kita Yesus Kristus, Bapa yang penuh belas kasihan dan Allah
sumber segala penghiburan, yang menghibur kami dalam segala penderitaan
kami, sehingga kami sanggup menghibur mereka, yang berada dalam
macam-macam penderitaan dengan penghiburan yang kami terima sendiri
dari Allah." (
Nyatakan kesukaan anda membantu dia dan kesediaan mencari jalan keluar bersama dia.
Jika dia seorang Kristen yang merasa tertekan oleh kesusahan atau penderitaan yang menimpanya, usahakan untuk membahas beberapa kemungkinan penyebab yang diijinkan Allah.
"Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk
mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka
yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah. Sebab semua orang yang
dipilih-Nya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya dari semula untuk
menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya, supaya Ia, Anak-Nya itu, menjadi
yang sulung di antara banyak saudara." (
"Siapakah yang memisahkan kita dari kasih Kristus? Penindasan atau
kesesakan atau penganiayaan, atau kelaparan atau ketelanjangan, atau
bahaya, atau pedang? Tetapi dalam semuanya itu kita lebih dari pada
orang-orang yang menang, oleh Dia yang telah mengasihi kita."
(
"Saudara-saudaraku, anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu
jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan, sebab kamu tahu, bahwa ujian
terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan. Berbahagialah orang yang
bertahan dalam pencobaan, sebab apabila ia sudah tahan uji, ia akan
menerima mahkota kehidupan yang dijanjikan Allah kepada barangsiapa yang
mengasihi Dia." (
"Janganlah gelisah hatimu; percayalah kepada Allah, percayalah juga
kepada-Ku." (
"Saudara-saudara yang kekasih, janganlah kamu heran akan nyala api siksaan
yang datang kepadamu sebagai ujian, seolah-olah ada sesuatu yang luar biasa
terjadi atas kamu. Sebaliknya, bersukacitalah, sesuai dengan bagian yang
kamu dapat dalam penderitaan Kristus, supaya kamu juga boleh bergembira
dan bersukacita pada waktu Ia menyatakan kemuliaan-Nya."(
"Tetapi, jika ia menderita sebagai orang Kristen, maka janganlah ia malu,
melainkan hendaklah ia memuliakan Allah dalam nama Kristus itu. Karena itu
baiklah juga mereka yang harus menderita karena kehendak Allah,
menyerahkan jiwanya, dengan selalu berbuat baik, kepada Pencipta yang
setia." (
"Dan Ia akan menghapus segala air mata dari mata mereka, dan maut tidak
akan ada lagi: tidak akan ada lagi perkabungan, atau ratap tangis, atau
dukacita, sebab segala sesuatu yang lama itu telah berlalu."
(