Adanya istri, suami, kekasih yang menderita penyiksaan, mengungkapkan wajah buruk masyarakat kita. Hanya sedikit dari kasus sedemikian yang sempat diungkapkan. Sementara itu, tindakan penyiksaan sendiri, entah jasmani, seksual, ucapan maupun emosional, bisa berlangsung bertahun-tahun. Orang yang mengalami penyiksaan itu, dapat kita jumpai pada segala tingkat sosial-ekonomi, pendidikan, suku dan kelompok usia. Dan, Kristen pun tidak luput.
Pribadi penyiksa seringkali menguasai seni melontarkan ucapan-ucapan yang menghina, menjijikkan dan bahasa-bahasa keji lainnya disertai oleh ancaman-ancaman. Kadang-kadang caci maki tadi sedemikian menghancurkan kepribadian orang, sampai korban merasa bahwa dia memang layak menerima siksaan jasmani.
Dia ditandai oleh harga diri rendah, depresi dan berbagai gangguan dan penyakit psikosomatis yang berkaitan dengan masalah tekanan jiwa. Mustahil untuk menentukan secara obyektif posisinya atau mengambil keputusan. Korban sering mengembangkan sikap seolah martir: mempersalahkan diri atas kelakuan pasangannya yang menyiksa dia. Kadang-kadang dia berharap bahwa "sebentar lagi akan terjadi perubahan", atau "nanti ada yang datang untuk menolongku". Pada waktu bersamaan, dia mengalami keterasingan emosional dan tidak ada kontak nyata dengan keluarganya.
Bila menyangkut istri yang disiksa, mungkin perlu tiga sampai empat bulan bimbingan, sebelum berangsur emosinya pulih, walaupun dia sudah pisah dari pasangan yang menyiksanya. Sekali dia dan anak-anaknya sudah berada di tempat aman (karena pasangannya tak dapat menemukan atau tidak mengetahuinya), dan ketika dia berkesempatan memikirkan ulang kejadian yang dialaminya, kerap rasa marah melanda hatinya.
Pihak penyiksa sendiri, jarang berubah kecuali kelakuannya dibongkar dan diserahkan kepada hukum.
Latar BelakangTindakannya mencari pertolongan, sudah tepat. Kami sedia menolong dan senang mendengarkan. Dia tidak sendiri, banyak orang lain mengalami perlakuan yang sama.
Bagaimana perasaan anda terhadap cara anda diperlakukan? Sudah berapa lama hal ini berlangsung? Ceritakan tentang suami atau istri anda. Seperti apakah dia? Bagaimana perasaan anda sendiri tentang diri sendiri? Hal-hal apa dapat anda lakukan untuk mengatasinya?
Berdasarkan data yang kita ketahui tentang Latar Belakang orang yang menerima penyiksaan itu dan kehancuran emosional yang dialaminya, pembimbing mungkin perlu mengajukan pertanyaan-pertanyaan lain. Sasarannya ialah membantu mereka mengungkapkan diri dan menyadarkan bahwa mereka pun memiliki hak-hak tertentu sebagai wanita atau pria, dan sebagai istri atau suami, yang asalnya dari Tuhan.
"Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan
memberi kelegaan kepadamu." (
"Aku telah mencari Tuhan, lalu Ia menjawab aku, dan melepaskan aku dari
segala kegentaranku. Tujukanlah pandanganmu kepada-Nya, maka mukamu akan
berseri-seri, dan tidak akan malu tersipu-sipu." (
"Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu."
(
"Yang hatinya teguh Kaujagai dengan damai sejahtera, sebab kepada-Mulah ia
percaya. Percayalah kepada Tuhan selama-lamanya, sebab Tuhan Allah adalah
gunung batu yang kekal." (
"Percayalah kepada Tuhan dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar
kepada pengertianmu sendiri. Akuilah Dia dalam segala lakumu, maka Ia akan
meluruskan jalanmu." (
Firman Tuhan lain yang diusulkan: