Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs C3I
Tatkala Bahaya Mengancam, Apa yang Harus Diperbuat?
Edisi C3I: e-Konsel 214 - Menghadapi Masalah Hidup
Diringkas oleh: Sri Setyawati
Dalam hidup ini, bahaya selalu siap mengancam setiap orang. Bahaya akan datang kapan saja, di mana saja, kepada siapa saja. Dalam bidang usaha, selalu terbuka kemungkinan untuk ditipu orang. Dalam keluarga, hubungan suami istri bisa saja menjadi tidak harmonis karena pihak ketiga maupun karena merasa tidak puas dengan pasangannya. Tentunya masih banyak ancaman atau masalah hidup lainnya yang siap menghancurkan kehidupan kita jika kita tidak hidup dekat dengan Allah.
Dalam 2 Raja-raja 19:14-20 kita bisa mencermati kisah Hizkia dan belajar dari pengalamannya. Hizkia, Raja Yehuda, akan dikepung oleh Sanherib, Raja Asyur. Sebelum dikepung, Sanherib sudah mengirimkan utusan kepadanya untuk menyampaikan pesan yang bertujuan membuat Hizkia merasa gentar, takut, dan gelisah. Lantas, apa yang Hizkia lakukan ketika bahaya mengancam dirinya? Berikut ini ada beberapa tindakan yang dilakukannya yang bisa kita contoh.
1. Berserulah Kepada Tuhan
Sebelum Sanherib mengepung, Hizkia tidak mengumpulkan tentara dan tidak melakukan perlawanan sama sekali. Sebaliknya, ia justru masuk ke rumah Tuhan dan menyerukan nama Tuhan. Secara sepintas langkah ini mungkin kurang cerdas. Apa hubungan antara perang dan menyerukan nama Tuhan? Sekilas tampaknya, tidak ada hubungan apa-apa, bukan? Beberapa orang mungkin akan berkomentar bahwa Hizkia adalah tipe pemimpin yang pengecut. Kelihatannya saja rohani tapi sangat merugikan rakyat. Atau ada yang mengatakan bahwa Hizkia adalah pemimpin yang hanya memedulikan keselamatan pribadi. Bagaimana menurut Anda? Apakah langkah Hizkia itu keliru?
Jika kita menyimak firman Tuhan di atas, kita akan mengetahui bahwa langkah Hizkia tidaklah keliru. Ia malah telah mengambil langkah raksasa yang spektakuler. Inilah awal dari kemenangan Hizkia. Ketika ia menyerukan nama Tuhan, pada saat itulah Tuhan memihaknya.
Kebanyakan orang akhirnya menyalahkan Tuhan tatkala masalah besar terjadi dalam hidup mereka, padahal saat tidak ada masalah, mereka tidak peduli dan membelakangi Tuhan. Mereka acuh dan pura-pura tidak kenal dengan Tuhan. Bahkan, ada pula orang-orang yang nekat memusuhi Tuhan.
2. Mintalah Nasihat
Hizkia bukanlah orang yang bodoh secara intelektual. Kalau bodoh, mustahil Hizkia dapat memimpin dengan baik dan bijaksana. Meskipun demikian, Alkitab menyatakan bahwa Hizkia tidak mengandalkan kekuatan, kepintaran, kehebatan, kebijaksanaan manusiawinya, dan potensi dirinya. Sebaliknya, dia mengandalkan Tuhan dan firman-Nya. Karena itu, Allah mengirimkan nabi Yesaya kepada Hizkia agar ia tahu apa yang harus dilakukannya. Hizkia sadar bahayanya jika hanya mengandalkan kekuatan manusia. "Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia, yang mengandalkan kekuatannya sendiri, dan yang hatinya menjauh dari pada TUHAN!" (Yeremia 17:5).
Hasil: Allah Bertindak
Kekuatan manusia sangat terbatas. Orang yang hebat dan ahli dalam bidang tertentu sekalipun tetap masih memiliki celah yang belum sempat dipikirkannya.
Dalam kisah Hizkia, kita melihat malaikat Tuhan membunuh 185.000 orang di perkemahan Asyur -- jumlah pasukan yang sangat besar. Mungkin kekuatan tentara Hizkia pun tidak sanggup membunuh laskar sebanyak itu. Jika Hizkia mengerahkan semua kehebatannya, ia tetap tidak akan mampu melakukan hal yang sedahsyat itu. Karena mengandalkan Allah akhirnya Hizkia mendapat kemenangan.
Diambil dan diringkas dari: