Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs C3I

Tip untuk Menjadi Suami yang Sehat

Dr. Gary Chapman memberikan tip-tip untuk menjadi "suami yang sehat" (healthy husband) sebagai berikut:

  1. Suami yang sehat akan memandang istri sebagai mitra (partner) hidup yang melengkapi.

    Saya mengenal istri saya sebagai pribadi yang memiliki banyak sekali perbedaan dengan saya; baik dari cara pandang, kemampuan, maupun kebiasaan-kebiasaannya. Namun, semakin lama saya semakin bersyukur bahwa ternyata perbedaannya itu justru melengkapi saya. Ah, betapa bosannya hidup saya yang sistematis dan rasional ini tanpa kehadiran istri saya yang berjiwa seni dan punya cara berpikir random, serta lebih memakai emosi dalam setiap aspek hidupnya. Sebab itu, jadilah kami satu tim manajemen keluarga yang saling melengkapi dan mengingatkan.

  2. Suami yang sehat akan berkomunikasi dengan baik kepada istrinya.

    Menurut beberapa riset, rata-rata wanita berbicara 25.000 kata per hari. Sedangkan pria berbicara sekitar 12.500 kata per hari. Berbagi hidup berarti berbagi pikiran, perasaan, dan keinginan. Yang paling sulit saya pelajari ketika menjadi seorang suami adalah acap kali istri saya mengeluh, "Kamu terlalu pendek-pendek menjawab!" atau "Ceritamu terlalu pendek!" Kebanyakan pria seperti halnya saya, lebih senang menyimpan dulu sebuah masalah yang ia hadapi dan mencoba menyelesaikannya. Setelah selesai, baru seorang pria dapat menceritakannya. Namun, dalam banyak perkara itu tidaklah tepat. Istri sering merasa tersingkir dan tidak dilibatkan saat suami diam seribu bahasa dan tidak mau menceritakan masalahnya.

    Oleh karena itu, alangkah baiknya kalau istri mau mengerti dengan memberi waktu bagi suaminya untuk berpikir dan menenangkan diri. Dan sebagai suami, mari kita coba berbagi kesulitan dengan minta didoakan oleh istri. Pada saat itulah istri akan merasa dipercaya. Suami merasa dimengerti oleh istrinya saat ia bercerita pendek dan minta didoakan, sementara sang istri tidak merasa perlu memaksanya bercerita lebih panjang lagi.

  3. Suami yang sehat akan menempatkan relasi dengan istri sebagai prioritas utama.

    Bagaimanakah prioritas hidup Anda? Bagi saya, cara mudah untuk menjawab pertanyaan ini adalah dengan bertanya, "Bagaimana saya menghabiskan waktu saya selama ini? Bagaimana saya menginvestasikan waktu dan uang saya?"

    Bagi banyak pria, pekerjaan adalah segalanya dan harga dirinya. Benarkah itu? Saya mempunyai beberapa teman yang akhirnya mengatakan bahwa seluruh akumulasi kekayaan dan kesuksesan dalam pekerjaan tidak ada artinya karena istrinya meninggalkannya atau karena anaknya terkena narkoba. Dan kebanyakan dari mereka berkata, semua itu terjadi karena "aku tidak memberikan prioritas dan waktu yang cukup untuk istri dan anak-anakku".

    Dr. Chapman mengatakan bahwa kebanyakan arti hidup yang dikaruniakan Tuhan ditemukan dalam relasi, khususnya relasi dengan istri, sang partner hidup. Saya percaya seluruh akumulasi kekayaan dan kesuksesan tidak akan ada artinya bila saya gagal mempunyai hubungan yang menyenangkan dengan istri dan anak-anak.

  4. Suami yang sehat mencintai istri dan keluarganya dengan sepenuh hati.

    Saya kagum sekali kepada seorang rekan senior dalam pelayanan. Sebagai seorang dokter jantung yang begitu sibuk, ia masih dapat menata prioritas dan memberi waktu seimbang untuk istri, keluarga, dan pelayanannya. Saya yakin kuncinya adalah komitmen diri akan "cinta tanpa syarat" (unconditional love), yaitu kasih besar yang mau berusaha dan bertekad baja untuk melawan dirinya yang cenderung egois, serta mau bersusah payah mengadakan waktu dan memakai setiap kesempatan di tengah kesibukan untuk menyenangkan istri dan anak-anaknya. Saya belajar memberi perhatian kepada istri saya walaupun dengan cara-cara sederhana seperti mengirimkan short message (sms) kepadanya, makan siang bersama, atau dengan menikmati liburan hanya bersama keluarga inti (istri dan anak-anak) untuk dapat mendengar, memperhatikan, dan menyayangi mereka.

  5. Suami yang sehat akan menjadi model nilai hidup spiritual dan moral bagi keluarganya.

    Terakhir, saya bersyukur kalau firman Tuhan sendiri mengatakan bahwa pria adalah kepala keluarga, dan harus menjadi contoh nilai spiritual dan moral bagi istri dan anak-anaknya. Inilah yang juga sangat berat dijaga oleh seorang pria. Menjadi model hidup berarti siap untuk hidup secara transparan di hadapan istri dan anak-anak, bukan malah menjadi orang munafik yang bermuka dua. Beberapa suami dapat bertahan dengan memakai dua muka dalam hidupnya. Di depan keluarganya, ia bertindak sebagai suami yang alim dan papa yang baik, tetapi di kantor ia adalah pria "playboy" dan punya wanita simpanan!

    Saya mengingat sebuah ilustrasi, yakni bahwa menjalani hidup ini seperti memainkan 2 macam bola: bola pertama adalah sebuah bola karet yang saya sebut "pekerjaan" dan bola kedua terbuat dari gelas dan saya sebut "relasi dengan istri dan anak-anak; nilai moral, spiritualitas, dan kesehatan." Saat kita memainkan bola pertama, semakin keras kita melempar, maka semakin keras ia memantul balik dan terus memantul dan memantul. Namun, bola yang lain sangat berbeda karakteristiknya. Sewaktu kita melemparkan bola ini, ia dapat pecah dan hancur berkeping-keping. Itulah hidup kita; seperti bejana yang gampang sekali retak dan hancur. Hanya karena anugerah Tuhan, maka dari hari ke hari kita dapat terus berjuang menjadi suami yang sehat, yang rela dibentuk Tuhan melalui setiap pengalaman hidupnya. Semakin dekat seorang suami kepada Tuhan, istri dan anak-anaknya pun akan semakin menaruh respek kepadanya.

Selamat berjuang menjadi suami yang sehat, bukan suami yang lumpuh! Tuhan memberkati!

Diambil dari:

Judul buku : How to Enjoy Your Parenting Time
Judul bab : Ketika Suamiku "Lumpuh" ...
Judul asli artikel : Tips untuk Menjadi Suami yang Sehat
Penulis : Christian Kartawijaya, M.B.A.
Penerbit : Gloria Graffa, Yogyakarta 2006
Halaman : 49 -- 54

Komentar