Anak saya yang pertama laki-laki berusia 9 tahun termasuk lamban dan
pendiam bila dibandingkan dengan adiknya perempuan yang baru berusia
5 tahun. Ia tidak suka melakukan hal-hal yang baru, termasuk
beberapa jenis permainan, alasannya selalu mengatakan "tidak bisa."
Dalam kegiatan ekstra-kulikuler di sekolah ia juga tidak berminat
sama-sekali. Saya kuatir kreativitasnya tidak berkembang dengan
baik. Bagaimana menurut Ibu?
Kreativitas dan potensi anak seharusnya berkembang sejak kecil, dan
masa usia pra-sekolah merupakan masa-masa yang paling efektif. Pada
usia ini mereka memiliki kreativitas alami yang seringkali muncul
dalam keinginan tahu yang besar, mereka sering bertanya, senang
meniru dan tertarik menjajaki lingkungannya. Bahkan dalam permainan,
anak pra-sekolah sudah dapat mengembangkan imajinasi dan potensi
yang ada dalam dirinya.
Pada saat-saat seperti inilah peranan orang-tua sangat besar dalam
menyediakan sarana yang cocok, memberikan waktu dan perhatian yang
besar bagi anak. Ahli pendidikan Beck (1997) mengatakan,
Studies of the backgrounds of talented children and highly
accomplished adults often reveal homes rich in reading materials
and other stimulating activities and parents who emphasizes
intellectual curiosity and are highly accepting their
youngster's individual characteristics.
Penelitian yang dilakukan pada anak-anak yang berbakat dan orang-
orang yang berprestasi ternyata menunjukkan bahwa mereka
kebanyakan berasal dari keluarga yang kaya dengan bacaan,
aktivitas-aktivitas yang merangsang pemikiran, juga orang-tua
yang menekankan keingintahuan serta yang menerima keunikan
pribadi setiap anak.
Di pihak lain kreativitas orang-tua sering bersangkut-paut dengan
pemilihan jenis permainan anak-anak mereka. Memang memilih permainan
yang edukatif merupakan tantangan yang tersendiri. Banyak orang-tua
yang tidak terlatih, sehingga permainan-permainan edukatif yang
mereka pilih justru menghilangkan bagian penting dari jiwa anak yang
menikmati, bercanda dan bermain dengan riang gembira. Orang-tua
seharusnya waspada bahwa tidak setiap alat permainan yang mahal
mempunyai unsur edukatif yang sehat, sesuai dengan keunikan si anak
dan fase pertumbuhan jiwanya.
Memang satu pihak orang-tua melihat makin beragamnya jenis permainan
yang ditawarkan di toko-toko, tetapi dipihak lain mereka sulit
memilih jenis mainan yang dapat membantu perkembangan daya kreatif
anak. Jadi,
Perlu bagi orang-tua untuk mengenali keunikan pribadi setiap
anak. Banyak anak yang tidak menaruh minat pada apa yang orang-tua
anggap"sangat menarik." Dalam hal ini orang-tua tidak perlu
memaksakan kehendak mereka. Mungkin ada anak-anak yang lebih lambat
dalam hal-hal tertentu. Biarkan secara natural selera mereka
berkembang sendiri, karena sikap memaksa dari pihak orang-tua
seringkali menghambat atau justru memperlambat keinginan si anak
untuk belajar dengan memakai sarana-sarana yang baru.
Orang-tua juga perlu konsisten dan menciptakan suasana yang
kondusif bagi anak untuk belajar. Hal ini sebaiknya dimulai pada
usia sedini mungkin, dan secara khusus pada usia 3-5 tahun di mana
keinginan tahu (curiosity) anak sedang berkembang dan potensi
kreativitas mereka siap untuk dikembangkan. Jangan sampai usia-usia
kritis ini terlewatkan begitu saja, karena orang-tua seringkali
tidak menyadari betapa pentingnya kehadiran mereka untuk merangsang
kreativitas. Akibatnya, mereka baru sadar setelah anak masuk ke
sekolah formal atau sekolah dasar dan potensi kreativitas anak yang
sudah mulai menurun bahkan mandeg pada tahun-tahun setelah
itu.
Tidak dapat disangkali bahwa setiap orang-tua mengharapkan anak-
anak dapat melakukan yang terbaik dan sukses di kemudian hari. Namun
perlu disadari, seringkali keinginan ini membuat orang-tua melakukan
tekanan yang berlebihan terhadap anak. Tekanan untuk membuat anak
hebat, bahkan memaksakan kehendak agar anak-anaknya melebihi anak-
anak lain, seringkali menjadi kebanggaan semu yang ada dalam batin
orang-tua. Sukses orang-tua dianggap identik dengan sukses anak,
sehingga banyak orang-tua yang cenderung selalu mencampuri dan
mengambil alih tanggung jawab si anak. Dengan demikian orang-tua
merebut inisiatif anak dengan menentukan apa yang mereka harus
dipelajari, kapan, dan kepada siapa mereka harus belajar. Tanpa
sadar mereka sendirilah yang sebenarnya menjadi sumber penghambat
perkembangan kreativitas anak.
Patut disayangkan bahwa banyak program untuk anak-anak balita yang
berorientasi pada achievement (hasil yang dapat dicapai) namun bukan
pada pengembangan imajinasi anak. Kreativitas anak biasanya
dikembangkan melalui daya imajinasi baik dalam bentuk permainan
ataupun membiarkan pikiran melayang mengikuti apa yang ia bayangkan,
seperti yang dikatakan oleh Gross (1991),
Imagination involves play, letting the mind wander and seeing
what it comes up on its own. Since imagination is crucial to
creativity, it should come as no surprise that creativity is just
as playful...
Imajinasi termasuk permainan, membiarkan pikiran melayang dengan
bebas membentuk apa saja yang muncul dalam angan-angan mereka.
Imajinasi sangat penting untuk pengembangan kreativitas, sehingga
tidak mengherankan jikalau kreativitas seharusnya berkembang
melalui permainan-permainan yang menyenangkan...
Akhir-akhir ini memang banyak orang-tua seperti anda, yang gelisah
melihat anak-anak mereka kurang kreatif. Hal ini seringkali baru
disadari setelah kesulitan-kesulitan belajar muncul. Penyebabnya
bisa bermacam-macam antara lain,
Orang-tua yang terlalu melindungi anak dan ini biasanya terjadi
banyak pada anak pertama, sehingga kesempatan bagi dirinya untuk
belajar justru berkurang. Mungkin anda tanpa sadar, seringkali
memaksa anak menyesuaikan diri dengan imajinasi dan fantasi anda
sebagai orang-tua. Misalnya, saja pada saat mengajar anak untuk
menggambar gunung dan sawah selalu dengan pola dua gunung, petak-
petak sawah dan matahari. Pada saat anak mempunyai imajinasi yang
berbeda, keinginan anda untuk menegur dan mengkoreksi sangat besar.
Padahal imajinasi dan fantasi dari dirinya sendirilah yang mendorong
si-anak untuk bertindak kreatif. Pada anak kedua anda sudah lebih
rileks dan fleksible, sehingga kreativitasnya tumbuh dengan lebih
baik. Anak pertama biasanya segan mencoba sesuatu yang asing karena
ia merasa kurang mampu dan keberhasilannya tidak dapat ia pastikan.
Mungkin juga dulu ia pernah beberapa kali mencoba tetapi kurang
berhasil dan mendapatkan celaan, sehingga ia kurang berani beresiko
lagi.
Setiap anak unik, jangan dibanding-bandingkan. Apabila anda
membandingkan dengan adiknya justru menghasilkan perasaan inferior
sehingga ia merasa diri bodoh. Seringkali bagi anak-anak semacam ini
orang-tua perlu untuk dapat menciptakan suasana yang kondusif untuk
supaya anak berani mencoba sesuatu yang baru. Anda dapat mulai lebih
sering bermain dan berusaha untuk mensejajarkan diri dengannya.
Keikutsertaan anda sebagai orang-tua akan dapat menciptakan semangat
yang baru, dan ada keinginan untuk berpartisipasi. Setelah hal ini
menjadi pola dalam dirinya anda dapat sedikit demi sedikit
membiarkan anak mengembangkan kreativitasnya. Keberhasilan yang anda
ungkapkan dalam bentuk pujian, dan dorongan seringkali menjadi
perangsang untuk anak lebih berprestasi lagi. Doa saya
adalah kiranya Tuhan menolong memberikan keberanian dan ketekunan
dalam menerapkan prinsip-prinsip kebenaran yang telah anda
ketahui.