III. TENTANG GEREJA DAN PELAYANAN
T/J Kontemporer:
[Ke Atas]
1. Apakah arti, sifat dan tujuan gereja?
Konsep tentang gereja merupakan hal yang hakiki di dalam sejarah agama Kristen. Namun demikian sampai hari ini masih ada ajaran-ajaran yang simpang siur, sehingga mengaburkan pandangan orang Kristen. Karena itu, kita wajib menyelidiki secara saksama doktrin gereja yang terdapat di dalam Perjanjian Baru.
Arti kata gereja
Arti Linguistik
Kata "gereja" sebetulnya tidak terdapat dalam Alkitab bahasa Indonesia, tetapi kata ini sama dengan "jemaat" atau "sidang jemaat" (
Arti Sekuler
Di masyarakat Yunani kuno, ekklesia merupakan sebagian rakyat setempat yang berkumpul untuk menyelesaikan persoalan-persoalan mereka di bawah pimpinan pemerintahan yang bersifat demokrasi. Dalam
Arti di dalam Perjanjian Lama
Di dalam Septuaginta (Perjanjian Lama bahasa Yunani), kata Ibrani "Qahal" diterjemahkan sebagai "ekklesia." Qoahal menunjukkan sidang bangsa Israel di hadapan Allah. Misalnya: Jemaah/Congretation (
Arti di dalam Perjanjian Baru
Tatkala Yesus mengatakan "Aku akan membangun jemaat-Ku (Ekklesia)" (
Sifat dasar gereja
Kata "ekklesia" dipakai di Perjanjian Baru sebanyak 115 kali, di mana 92 kali dipakai untuk menunjukkan gereja setempat (local Chruch). Yang lain menunjukkan gereja di dalam pengertian yang umum. Dengan demikian kita megenal dua ganda sifat dasar gereja:
Dalam pengertian umum Ekklesia
"Ekklesia" mencakup semua orang yang beriman di dalam Kristus, tanpa menyinggung perbedaan waktu dan lokalitas (
Dalam pengertian lokal
"Ekklessia" merupakan gereja setempat, gereja yang berkaitan dengan waktu dan tempat dan merupakan sebagian dari gereja yang kudus dan am.
Tatkala Yesus mengatakan: "Aku akan membangun jemaat-Ku, kepadamu Aku berikan kunci Kerajaan Surga" (
Tujuan Gereja
Tujuan gereja tercantum dalam
Koinonia
Yaitu persekutuan (Fellowship) yang mempunyai arti "sharing" di dalam persahabatan, iman, pelayanan bahkan harta benda (
Diakonia
Yaitu pelayanan orang Kristen. Hal ini dijelaskan oleh D.I. Moody sebagai berikut: "Gereja adalah misi, tanpa misi berarti tanpa gereja. Tuhan memanggil dan mengasingkan gereja dan keduniawian dan kemudian mengutusnyakembali ke dunia dengan suatu misi."
Memang bentuk organisasi dan liturgi boleh senantiasa berubah menurut kebutuhan masing-masing tetapi tujuan gereja adalah sama yaitu melalui Koinonia dan Diakonia kita memuliakan Tuhan.
[Lanjutkan] [Sebelumnya]
T/J Kontemporer:
[Ke Atas]
2. Bolehkah kaum wanita mengajar atau menjadi pemimpin dalam gereja?
Berbicara tentang kaum wanita dalam kepemimpinan gereja, ada tiga bagian Alkitab yang selalu menjadi bahan perdebatan di antara orang Kristen. Ayat-ayat tersebut adalah:
Karena interpretasi-interpretasi yang berbeda terhadap ayat-ayat bersangkutan, maka selama beberapa abad yang lalu kaum wanita telah menderita banyak diskriminasi dalam pelayanan gereja. Banyak dokumentasi yang membuktikan hal-hal tersebut.
Ada beberapa argumentasi yang akan kita bahas:
"Tetapi tiap-tiap perempuan yang berdoa dan bernubuat dengan kepala yang tidak bertudung, menghina kepalanya ..." (
"Sama seperti dalam jemaat orang-orang kudus, perempuan-perempuan harus berdiam diri dalam pertemuan jemaat. Sebab mereka tidak diperbolehkan untuk berbicara ..." (
Maka perkataan "tidak diperbolehkan untuk berbicara" yang terdapat dalam ayat 34, adalah "menanyakan" sesuatu sewaktu kebaktian berlangsung. Kalau di tengah-tengah kebaktian mereka dengan spontan mengacungkan tangan untuk bertanya, hal ini akan mengganggu suasana kebaktian. Interprestasi sedemikian dapat kita yakinkan dengan ayat
"Aku tidak mengizinkan perempuan mengajar dan juga tidak mengizinkannya memerintah laki-laki, hendaklah ia berdiam diri" (
Belakangan ini banyak gereja di benua Amerika beranggapan bahwa pemakaian "exclusia language" (misalnya: policeman) adalah diskriminasi terhadap kaum wanita, sehingga mereka menganjurkan pemakaian "inclusive language" (misalnya: police officer). Bagaimana tanggapan gereja kita terhadap hal ini? Pada hakekatnya kita tidak menentang anjuran ini, tetapi kita pun tidak menentang pemakaian "exclusive language." Jadi kita bersikap netral terhadap isu tersebut, tergantung pemakai bahasa secara individual.
Tetapi hal yang kita anjurkan adalah berdasarkan firman Tuhan yang tertulis dalam
Kesimpulan
Berdasarkan apa yang telah kita bahas tadi, kita dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut:
Dalam pelayanan dan jabatan gereja tidak boleh terjadi diskriminasi terhadap perbedaan kelamin. Tuhan pun memanggil wanita terjun dalam pelayanan sebagai majelis, tua-tua, misionari dan pendeta.
Kaum wanita hendaknya melayani dalam gereja menurut panggilan dan karunia yang Tuhan berikan, misalnya dalam suatu gereja ada seorang saudari yang berkarunia untuk mengajar, hendaknya ia diberi kesempatan untuk mengajar.
Sesungguhnya kita mempunyai pandangan yang Alkitabiah terhadap segala isu yang sedang bergolak dalam masyarakat kita pada umumnya dan khususnya tentang kaum wanita dalam pelayanan gereja. Sekaligus kita anjurkan bagi kaum wanita yang mempunyai talenta rohaniah untuk terjun ke dalam pelayanan gereja secara aktif dan produktif.
[Lanjutkan] [Sebelumnya]
T/J Kontemporer:
[Ke Atas]
3. Apakah setiap orang Kristen dipanggil untuk melayani? Bagaimana mengetahui panggilan Tuhan?
"Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah" (
Ayat tersebut di atas memberitahu kita dua hal:
Orang-orang yang mengasihi Tuhan adalah mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana-Nya.
Tuhan berjanji bahwa Ia turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka.
Dalam Perjanjian Baru, istilah "dipanggil" (Kletos) dan "panggilan" (Klesis) timbul 22 kali. Semuanya menyatakan panggilan Tuhan kepada umat-Nya untuk sesuatu maksud yang rohani. Panggilan-panggilan ini tidak melulu panggilan untuk menjadi seorang pendeta atau missionari, melainkan seluruh jemaat dipanggil oleh Tuhan dimana "kletos" + kata depan "ek" = "ekklesia." Istilah "ekklesia" timbul dalam Perjanjian Baru sebanyak 115 kali, yang berarti "the called-out ones" dan diterjemahkan sebagai "gereja."
Suatu gereja yang didirikan oleh Tuhan pasti terdiri atas individu-individu yang dipanggil oleh Tuhan. Mereka dipanggil ke luar dari keduniawian dan masuk ke dalam Kristus. Segala aktivitas dan cara hidup dalam gereja seharusnya tidak "serupa dengan dunia" (
Paulus mengatakan bahwa ia "dipanggil menjadi rasul dan dikuduskan untuk memberitakan Injil Allah" (
Dengan istilah-istilah yang sama Paulus mengatakan bahwa anggota-anggota di jemaat Roma dan Korintus juga dipanggil oleh Kristus dalam pelayanan-Nya (
Secara praktis, banyak orang Kristen mempunyai alasan yang masuk akal untuk tidak terjun ke dalam pelayanan. Misalnya: "Aku tidak mempunyai talenta: Aku tidak berpendidikan tinggi; Aku lemah dan bodoh" dan lain-lain. Saya anjurkan orang-orang yang demikian membaca
Dalam masyarakat modern yang berkompetisi tinggi, perusahaan-perusahaan dan organisasi-organisasi dunia hanya mau memakai orang-orang yang "pandai, cakap, kuat dan mulia." Tetapi Tuhan memanggil segala macam orang yang "mengasihi Dia" (
Ada banyak orang yang melayani Tuhan secara "temprary." Artinya, kalau ia "senang hati, lancar, banyak berkat, dipuni" maka ia mau melayani Than. Tetapi kalau keadaan memburuk, maka ia tidak lagi berminat untuk melayani. Ini adalah sifat manusia yang egois. Ingatlah bahwa "Allah tidak menyesali kasih karunia dan panggilan-Nya" (
Yang terakhir, bagaimana kita mengetahui panggilan Tuhan atas diri kita masing-masing?
"Berusahalah sungguh-sungguh" (
"Jika kamu melakukannya (taat), kamu tidak pernah tersandung" (
Mintalah (berdoa) ... supaya Ia menjadikan mata hatimu terang, agar kamu mengerti pengharapan apa yang terkandung dalam panggilan-Nya (
Semakin kita mengasihi Tuhan, semakin kita meyakini panggilan Tuhan. Menurut
Setelah kita mengerti panggilan Tuhan, marilah kita siap untuk terjun ke dalam pelayanan dengan segenap hati dan pengucapan syukur. Sebagaimana ada sebuah poster yang mengatakan: "Uncle Sam needs you" demikian pula "we (our chruch) need you" Gereja membutuhkan orang Kristen yang mengasihi Tuhan dan rela melayani-Nya.
[Lanjutkan] [Sebelumnya]
T/J Kontemporer:
[Ke Atas]
4. Apakah gereja salah merayakan hari Natal?
Aspek-aspek yang negatif tentang perayaan Natal
Belakangan ini banyak gereja yang memberikan konotasi negatif terhadap perayaan Natal. Bahkan mereka melarang anggota-anggotanya untuk berpartisipasi dalam perayaan tersebut. Mereka mempunyai beberapa alasan yang boleh saya simpulkan sebagai berikut:
Dalam Perjanjian Baru tidak ada indikasi bahwa gereja-gereja pada abad permulaan merayakan hari Natal. Demikian pula, pohon terang dan sinterklaas adalah tidak Alkitabiah.
Menurut pendapat beberapa sarjana Alkitab, kelahiran Tuhan Yesus bukan pada musim dingin (bulan Desember), tetapi pada awal musim rontok (September).
Dewasa ini hari Natal sudah terlalu komersial. Banyak yang menggantikan "Christmas" sebagai "Holiday Season."
Banyak pemabukan dan kecelakaan terjadi karena orang merayakan "Holiday Season."
Hal-hal yang mereka katakan itu memang benar. Perayaan Natal yang sudah dikomersialkan memang tidak sesuai dengan tradisi Kristen, bahkan lebih menyerupai festival. Saturnalia yang dirayakan oleh gereja kafir pada zaman dahulu. Tetapi, apakah gereja salah memperingati kelahiran Tuhan Yesus? Mengapa setiap tahun gereja kita merayakan hari Natal? Marilah kita bahas hal ini.
Aspek-aspek yang positif tentang perayaan Natal
Walaupun perayaan Natal tidak terdapat di dalam Alkitab, kita pun boleh mengesahkan aplikasi Natal yang sehat tentang arti kelahiran Tuhan Yesus kepada dunia. Terutama dalam masyarakat yang semakin duniawi dan fragmental ini, alangkah baiknya kalau setiap tahun kita dapat memperingati suatu fakta yang terbesar di dalam sejarah manusia secara universal, sehingga di dalam hal inilah kasih Allah dinyatakan di tengah-tengah kita, yaitu bahwa Allah telah mengutus Anak-Nya yang tunggal ke dalam dunia, supaya kita hidup oleh-Nya" (
Di dunia Barat kita lazim mengadakan reuni dalam perayaan Natal, di mana anggota-anggota keluarga (mungkin disertai oleh teman-teman atau sanak saudara) berhimpun bersama di bawah pohon terang, kita menyanyi bersama atau mendengarkan lagu-lagu Natal sambil tukar-menukar kado. Inilah suatu komunikasi yang indah antar anggota keluarga dan sanak saudara. Banyak salah paham dan perbedaan pendapat yang sanggup didamaikan. Memang, tukar-menukar kado dapat menjerumuskan kita ke dalam ketamakan atau keduniawian. Namun kalau kita lakukan hal tersebut dengan kasih, tukar-menukar kado mengingatkan kita akan hadian yang terbesar, yang Allah Bapa karuniakan kepada kita, yaitu Tuhan Yesus (
Melalui perayaan Natal, kita pun boleh memberitakan cerita Natal kepada anak-anak kita. Banyak orang yang sudah meninggalkan Tuhan, bertahun-tahun tidak pernah ke gereja, namun mereka masih teringat cerita-cerita tentang orang majus dan bintang terang, kandang dan palungan, malaikat dan gembala di padang rumput, dan lain-lain. Kesan-kesan Natal inilah yang sering mengembalikan mereka yang terhilang untuk pulang ke rumah Bapa.
Pohon terang memang tidak terdapat di dalam Alkitab. Namun kini pohon terang sudah menjadi suatu simbol perayaan Natal. KIta boleh memakai simbol ini dengan aplikasi yang benar. Misalnya, pohon terang melambangkan Kristus sebagai terang dunia (
Bilamana Tuhan Yesus dilahirkan? Sebagian sarjana Alkitab "mengusulkan" 29 September sebagai hari Natal. Hal ini lebih masuk akal, sebab bertepatan dengan perayaan Tabernakel orang Yahudi. Tetapi sebenarnya tidak ada seorang pun yang mengetahui dengan tepat bilamana Yesus dilahirkan. Walaupun demikian, kita percaya bahwa Yesus sungguh telah dilahirkan oleh anak dara Maria di Betlehem. Jadi Ia pasti mempunyai hari ulang tahun, walaupun kita tidak tahu tanggal berapa Yesus dilahirkan, melainkan sikap dan tujuan kita merayakan hari Natal.
[Lanjutkan] [Sebelumnya]
T/J Kontemporer:
[Ke Atas]
5. Mengapa kita harus mengabarkan Injil? Bagaimana caranya mengabarkan Injil?
Mengapa kita mengabarkan Injil?
Karena mengabarkan Injil merupakan bahagian dari amanat Kristus yang agung kepada murid-murid-Nya. Amanat agung ini tercantum di dalam
Karena Injil adalah kuasa Allah untuk menyelamatkan manusia (
Karena Injil Kristus adalah satu-satunya jalan untuk menyelamatkan umat manusia (
Karena yang mengabarkan Injil itu sedikit (
Oleh karena sebab-sebab yang telah kita sebutkan, gereja harus memobilisasi setiap anggotanya untuk berbeban dan terjun ke dalam pekabaran Injil.
Bagaimana kita mengabarkan Injil?
Teladan jemaat di Filadelfia (
Walaupun gereja ini kecil dan kekuatan mereka "tidak seberapa" (
Dengan demikian kita mengetahui, pekabaran Injil tidak tergantung atas kemampuan kita. Kalau Tuhan tidak membuka jalan, gereja yang bersar pun tidak dapat mengabarkan Injil. Sebaliknya, kalau Tuhan berkenan membuka jalan, gereja yang tidak mampu pun sanggup berfungsi dalam pekabaran Injil. Kita harus berdoa agar Tuhan membuka pintu pekabaran Injil, sehingga kita dapat menunaikan amanat yang agung.
Teladan Andreas
Dalam Injil Yohanes, Andreas pernah tiga kali membawa orang untuk datang ke hadapan Tuhan. Andreas merupakan "jembatan" yang menghubungkan orang-orang tersebut dengan Tuhan:
Andreas telah membawa saudaranya, yaitu Simon Petrus kepada Tuhan (
Andreas telah membawa seorang anak ke hadapan Tuhan untuk mempersembahkan roti dan ikan (
Andreas telah membawa beberapa orang Gerika untuk menemui Tuhan Yesus (
Kiranya kita mengambil teladan Andreas untuk membawa sanak saudara, keluarga dan teman-teman kepada Tuhan Yesus. Dalam hal ini, kita harus selalu memperhatikan kebutuhan orang lain dan selalu bersedia untuk sewaktu-waktu sanggup memperkenalkan orang kepada Tuhan. Rasul Petrus menganjurkan kita: "Siap sedialah pada segala waktu untuk memberi pertanggungan jawab kepada tiap-tiap orang yang meminta pertanggungan jawab dari kamu tentang pengharapan yang ada padamu, tetapi haruslah dengan lemah lembut dan hormat" (
Pekabaran Injil melalui persahabatan
Belakangan ini banyak orang membicarakan tentang "friendship evangelism" yaitu pekabaran Injil melalui persahabatan. Memang hal ini sangat menggembirakan. Sebab menurut stastitik yang kami dapatkan, 70% - 80% dari orang yang pertama kali mengikuti kebaktian di gereja, adalah hasil ajakan teman-teman mereka. Maka jangan lupa untuk selalu menyisipkan Injil Tuhan di dalam pergaulan Saudara.
Kita harus "pergi" mengabarkan Injil
Banyak orang tidak sempat atau tidak mungkin datang ke gereja. Karena itu janganlah membuang waktu untuk mengganggu kedatangan mereka. Sesuai dengan amanat agung, kita harus "pergi" ke tempat mereka untuk memberitahu bahwa Kristus adalah Tuhan. Di dalam missiologi, kita sering membaca istilah "Hidden People" yaitu "orang-orang yang tersembunyi." Siapakah mereka itu? Yang dimaksud dengan "the hidden people" bukan hanya orang-orang yang hidup di hutan atau di daerah yang tertutup, tetapi ada kemungkinan bahwa mereka berada di tengah-tengah masyarakat kita. Oleh karena sesuatu sebab yang tertentu, mereka tidak pernah mendengarkan berita Injil, atau tidak pernah berhubungan dengan gereja, atau bergaul dengan orang Kristen. Pernahkan Anda memperhatikan orang-orang yang demikian! Bersediakah Anda menjangkau mereka dengan kasih Kristus? Inilah tantangan yang kita hadapi: "Pergilah memberitakan Injil ke segala penjuru" (
[Lanjutkan] [Sebelumnya]
T/J Kontemporer:
[Ke Atas]
6. Mengapa gereja beribadah pada hari Minggu?
Banyak umat Kristen bertanya: "Mengapa gereja beribadah pada hari Minggu? Bukankah hal ini bertentangan dengan hukum Tuhan di dalam Perjanjian Lama?" Memang hal ini bukan suatu isu yang baru, namun banyak orang Kristen yang masih kabur dengan makna hari Minggu yang berkaitan dengan KEBANGKITAN Tuhan Yesus. Marilah hal ini kita bahas bersama:
Di dalam Perjanjian Lama
Hari Sabat adalah hari yang ketujuh menurut kalender kita adalah hari Sabtu. Di dalam Alkitab Perjanjian Lama tercantum hukum-hukum yang ditetapkan oleh Tuhan tentang hari Sabat sebagai berikut:
Hari Sabat dikuduskan oleh Tuhan: "Allah memberkati hari ketujuh itu dan menguduskannya, karena pada hari itulah Ia berhenti dari segala pekerjaan penciptaan yang telah dibuat-Nya itu." (
Tuhan memerintahkan umat Israel untuk memegang hari Sabat: "... enam hari lamanya engkau akan bekerja dan melakukan segala pekerjaanmu, tetapi hari ketujuh adalah hari Sabat ..." (
Sekali lagi Tuhan memerintah umat Israel untuk merayakan hari Sabat: "Tetaplah ingat dan kuduskan hari Sabat ... Sebab haruslah kau ingat, bahwa engkau pun dahulu budak di tanah Mesir dan engkau di bawa ke luar dari sana oleh Tuhan ..." (
Di sini kita boleh mengambil kesimpulan bahwa dalam Kitab Keluaran, merayakan hari Sabat merupakan suatu upacara keagamaan yang harus dijalankan oleh umat Israel. Tetapi dalam kitab ulangan makna hari Sabat sudah berubah, bukan untuk memperingati karya penciptaan Tuhan, tetapi untuk memperingati pelepasan dari perbudakan. Mereka tidak perlu bekerja seminggu tujuh hari, mereka boleh menikmati liburan pada hari yang ketujuh. Jadi hari Sabat mengandung makna perikemanusiaan, bukan melulu syarat agama.
Di dalam Perjanjian Baru
Tuhan Yesus berkata: "Bapa-Ku bekerja sampai sekarang, maka Aku pun bekerja juga" (
Pada suatu hari orang-orang Farisi mengecam Tuhan Yesus, sebab murid-murid-Nya memetik bulir gandum pada hari Sabat. Sebab itu Yesus mengutarakan ajaran yang penting tentang hari Sabat: "Hari Sabat diadakan untuk manusia dan bukan manusia untuk hari Sabat. Jadi Anak manusia adalah juga Tuhan atas hari Sabat" (
Rasul Petrus berkata: "... mengapa kamu mau mencobai Allah dengan meletakkan pada tengkuk murid-murid itu suatu kuk, yang tidak dapat dipukul, baik oleh nenek moyang kita maupun oleh kita sendiri?" (
Setiap hukum di dalam Sepuluh Hukum Musa disebutkan di dalam surat-surat Perjanjian Baru kecuali hukum yang keempat, yaitu tentang hari Sabat. di dalam Perjanjian Baru, orang Kristen tidak pernah dinasihati untuk memegang hari Sabat. Bahkan Paulus memperingati orang-orang Kristen yang secara formalitas memegang hari Sabat (
Sebaliknya orang-orang Kristen pada abad permulaan berhimpun pada hari Minggu untuk berbakti kepada Tuhan:
Tuhan Yesus bangkit pada hari Minggu (
"Pada hari pertama dalam minggu itu (hari Minggu), ketika kami berkumpul untuk memecah-mecahkan roti, Paulus berbicara dengan saudara-saudara di situ, ..." (
"Pada hari pertama dari tiap-tiap minggu, hendaklah kamu masing-masing ~~ sesuai dengan apa yang kamu peroleh ~~ menyisihkan sesuatu dan menyimpannya di rumah, supaya jangan pengumpulan itu baru diadakan kalau aku datang" (
Nubuat tentang hari Minggu sebagai Hari Tuhan
"Batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan telah menjadi batu penjuru. Hal itu terjadi dari pihak Tuhan, suatu perbuatan ajaib di mata kita. Inilah HARI yang dijadikan Tuhan, marilah kita bersorak-sorak dan bersukacita karenanya" (
Kesimpulan
Gereja di dalam zaman Perjanjian Baru tidak pernah diperintahkan untuk memegang hari Sabat. Sebaliknya, untuk memperingati hari KEBANGKITAN Tuhan, sejak abad pertama orang-orang Kristen beribadah kepada Tuhan pada hari Minggu.
Kesimpulan
Gereja di dalam zaman Perjanjian Baru tidak pernah diperintahkan untuk memegang hari Sabat. Sebaliknya, untuk memperingati hari KEBANGKITAN Tuhan, sejak abad pertama orang-orang Kristen beribadah kepada Tuhan pada hari Minggu.
[Lanjutkan] [Sebelumnya]