Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs C3I
Kegunaan Baru Pohon Natal
Edisi C3I: e-Konsel 053 - Natal
Pohon yang berada di sebelah serambi tampak kosong pada hari Minggu pertama bulan Desember di Gereja Kristus Titusville, (Pensylvania). Tetapi menjelang Natal, cabang-cabang dari pohon itu sudah mulai bergelantungan dengan bermacam-macam kartu-kartu yang dipasang oleh para anggota gereja. Pada tiap kartu telah dituliskan suatu perbuatan baik yang ingin dilakukan oleh penulisnya untuk orang lain.
"Seorang anggota yang ahli dalam dunia salon biasanya menawarkan perawatan rambut tanpa bayar," kata pendeta John W. Morris. Orang lain yang bekerja sebagai penghias kue tart profesional menawarkan menghias kue tart apa saja pada perayaan Natal ini. Sedangkan yang lain menawarkan makan bersama di restoran -- lalu kaum muda juga ingin berpartisipasi dengan menawarkan bantuan untuk memotong rumput taman atau mencuci kendaraan."
Pada hari Minggu sesudah hari Natal, setiap anggota yang telah memasang kartunya pada pohon itu diminta untuk mengambil salah satu kartu lain dan mendapatkan pesan-pesan menarik. Semenjak saat itu, kebiasaan menggantungkan kartu Natal dengan pesan-pesan perbuatan baik ini menjadi tradisi dalam jemaat kami selama sepuluh tahun berikutnya," kata Morris.
Gereja lain lagi, yaitu Gereja Peninsula Covenant di Redwood City, California, mengikhtiarkan cara lain. Hari Minggu sesudah Hari Pengucapan Syukur (Thanksgiving Day), sebuah pohon cemara yang tinggi di depan rumah ibadah dihiasi dengan untaian-untaian kertas yang berwarna-warni, yang masing-masing bertuliskan nama dari satu keluarga setempat yang berkekurangan, dengan beberapa catatan tentang kebutuhan mereka. Setelah beberapa minggu, anggota-anggota yang mengambil seuntai berarti telah memilih membantu keluarga yang bersangkutan untuk merayakan Hari Natal bersama. Patokannya ialah sebelum malam Natal pohon itu sudah kosong kembali. Nama-nama yang tertera pada untaian kertas itu berasal dari orang-orang Kristen yang melayani di tengah lingkungan yang berkekurangan. Banyak di antara keluarga-keluarga itu yang salah satu orang tuanya atau kedua-duanya sedang menganggur. Sedangkan yang lainnya merupakan keluarga dengan orang tua tunggal (janda atau duda), atau yang terdiri dari orang yang sudah tua atau dewasa yang cacat tubuhnya. Keluarga-keluarga itu sudah mengetahui terlebih dahulu bahwa mereka akan menerima "pemberian". Metode untaian kertas ini membantu untuk menghilangkan perasaan yang tak enak antara yang memberi dan yang menerima, karena tidak enak menawarkan "kemurahan hati" atau "kedermaan" secara terbuka.
"Sangat menakjubkan ketika menyaksikan hasil-hasil dari 'Proyek Pohon Natal' itu di dalam jemaat kita," kata seorang anggota jemaat Pat Sikora. "Pelaksanaan program itu memungkinkan kita menyatakan karunia Allah dengan cara-cara yang kreatif dan baru."
Beberapa orang memberikan bungkusan pakaian untuk anak-anak, yang lainnya memberikan peralatan rumah tangga yang masih baru. Beberapa orang membuat paket hadiah yang dibuat sendiri, dan yang lain mengisi sebuah kantung besar berisi beberapa hadiah. Satu keluarga mengisi satu kantong untuk seorang anak dan yang lainnya membawa kendaraan yang dimuat dengan beberapa mainan, pakaian, dan makanan.
Beberapa di antaranya ingin menyampaikan hadiahnya secara anonim hanya disertai catatan "Dari temanmu di Covenant", sehingga tak memberi kesempatan untuk mengucapkan terima kasih. Ada yang memusatkan perhatiannya pada satu keluarga, lalu mengadakan hubungan erat dengan keluarga itu dan membantu keluarga itu untuk tahun berikutnya.
"Pada salah satu tahun, pengurus sekolah menengah menyantun satu keluarga dengan delapan anak-anak yang tak mempunyai bapak lagi", kata Sikora, "akhirnya pengurus sekolah menengah ini berkeinginan untuk merawat keluarga itu seterusnya."
Banyak para orang tua merasa bahwa pengalaman itu telah membantu mereka mendidik anak-anak mereka dalam hal memberi dengan senang hati. Ada juga beberapa keluarga yang memilih satu keluarga yang cocok dengan tingkat usia di keluarga mereka.
"Proyek Pohon Natal", kata Sikora, "bukanlah merupakan suatu pelayanan satu pihak, karena kebanyakan kita merasa bahwa kita pun menerima banyak berkat dari proyek ini."
Bahan diedit dari sumber: | ||
Judul Buletin | : | Kepemimpinan, Volume 10/Th. III |
Penulis | : | Paul Borthwick |
Penerbit | : | Yayasan ANDI, Yogyakarta |
Halaman | : | 31 - 32 |