Kemarahan sudah menjadi bagian dari kehidupan kita. Bagaimana
caranya supaya kemarahan kita itu tidak membuahkan dosa? Alkitab
cukup banyak memberikan pedoman bagi kita untuk mengatasi kemarahan
dan juga untuk bisa mengendalikan diri dari kemarahan itu. Simak
ringkasan diskusi tentang Kemarahan bersama Pdt. Paul Gunadi berikut
ini.
T
:
Kemarahan itu sudah menjadi bagian di dalam kehidupan kita ini
dan saya percaya kita pasti pernah marah. Ada yang marahnya
disimpan atau diungkapkan secara meledak-ledak tetapi satu hal
yang kita tahu dia sedang marah atau kita sedang marah. Di dalam
Alkitab sendiri kita juga pernah membaca bagian yang mengatakan
Tuhan Yesus juga pernah marah, tetapi kita juga tahu bahwa
kemarahan itu bisa menjadi suatu dosa yang Tuhan tidak kehendaki.
Nah, bagaimana sebenarnya pandangan kita sebagai orang Kristen
tentang kemarahan?
J
:
Kita perlu menyadari bahwa kemarahan itu sendiri adalah suatu
reaksi emosional dan tidak harus identik dengan dosa. Cara kita
melampiaskan kemarahan bisa akhirnya membuahkan dosa. Jadi sekali
lagi kemarahan itu sendiri belum tentu mengandung unsur dosa,
namun pelampiasannya atau pengekspresiannya yang bisa akhirnya
membuahkan dosa.
T
:
Bagaimana contoh ekspresi kemarahan yang bisa disebut dosa dan
kemarahan yang tidak disebut dosa?
J
:
Di Efesus 4:26, Firman Tuhan berkata: "Apabila kamu menjadi
marah, janganlah kamu berbuat dosa." Kemarahan bisa menjadi dosa
sewaktu kemarahan yang kita ekspresikan akhirnya benar-benar
menghina orang, menjatuhkan, dan merusakkan orang. Kita
menghancurkan orang dengan kemarahan kita.
T
:
Nah, justru yang sering terjadi adalah pada saat marah, kita
tidak bisa mengontrol diri.
J
:
Hal itu betul. Seringkali kemarahan ini diidentikkan dengan
tingkat kematangan rohani. Kita seolah-olah beranggapan bahwa
orang yang mudah marah adalah orang yang tidak dewasa secara
rohani. Namun sebenarnya tidak sesederhana itu. Saya ingin
mengajak kita semua untuk melihat masalah marah ini dari berbagai
sudut dan melihatnya sebagai suatu fenomena yang kompleks. Kita
perlu mengerti alasan mengapa sebagian orang lebih mudah marah
dibandingkan yang lainnya atau mengapa sebagian orang lebih susah
marah dibandingkan orang yang lainnya. Hal ini tidak selalu
ditentukan oleh tingkat kedewasaan rohani seseorang.
Alasan-alasannya antara lain:
Adanya pengaruh dari faktor biologis atau faktor fisik. Ada
orang-orang tertentu yang memang mempunyai daya reaksi yang
sangat cepat. Orang-orang yang reaktif seperti ini juga mudah
memberikan reaksi emosional termasuk kemarahan. Hal ini memang
sudah dibawa sejak lahir. Orang-orang yang biasa disebut high
strong (gampang marah) ini memang secara biologis adalah
orang-orang yang kelihatannya hangat. Temperamen mereka memang
sepertinya bergelora. Ada juga orang-orang yang termasuk tipe
plegmatik -- tipe yang memang santai, tidak terlalu terlibat
di dalam dunia atau dalam kontak dengan orang lain. Nah orang
yang bertipe plegmatik ini akan lebih mudah menguasai
kemarahannya, karena dia memang tidak terlalu terlibat dengan
peristiwa-peristiwa yang terjadi di sekitarnya.
Faktor bentukan lingkungan. Kalau kita melihat orangtua
menyatakan ketidaksetujuannya melalui kemarahan dan kita
menyaksikan ini berulang-ulang kali, kemungkinan besar metode
penyampaian ketidaksetujuan itu yakni dengan kemarahan akan
terekam dalam benak kita dan akan menjadi satu dengan sistem
kita. Karena kita terus-menerus menyaksikan orangtua mengumbar
kemarahan tatkala mereka tidak setuju dengan apa yang sedang
dikerjakan dan akhirnya hal itu membekas dalam benak kita.
Setelah dewasa kita pun cenderung untuk marah ketika kita
tidak setuju atau tidak sepakat atau merasa tidak nyaman.
Situasi kehidupan sekarang ini pun bisa membuat kita menjadi
seorang yang pemarah. Contohnya adalah keadaan yang sekarang
sedang kita alami yaitu krisis ekonomi, keadaan politik yang
begitu tidak menentu. Krisis-krisis ini sangat menekan kita.
Kebanyakan dari kita bisa menanggung tekanan atau stres untuk
suatu jangka waktu tertentu. Tatkala melewati batas itu hidup
kita mulai tergoncang, keseimbangan kita mulai terganggu dan
kita pun mudah marah.
T
:
Apakah ada bagian Alkitab yang mengingatkan kita supaya kita
tidak mudah marah?
J
:
Di Efesus 4:26, dengan langsung Alkitab mengatakan bahwa kita
akan marah, karena marah adalah bagian kehidupan manusiawi kita,
tidak perlu kita ingkari. Ayat ini memberi kita 3 pedoman.
Pertama, jangan berdosa, artinya jangan kita merobek-robek orang
karena kemarahan kita. Kedua, jangan matahari terbenam sebelum
padam amarahmu, artinya jangan menyimpan dendam, bereskan
masalahnya secepat mungkin meskipun belum tentu akan segera
selesai. Ketiga, jangan berikan kesempatan kepada iblis. Jangan
sampai kita dibisiki oleh iblis untuk melakukan hal-hal yang
salah dan berdosa di hadapan Tuhan.
Sumber :
[[Sajian di atas, kami ambil/edit dari isi kaset TELAGA No. #27A
yang telah diringkas/disajikan dalam bentuk tulisan.
-- Jika Anda ingin mendapatkan transkrip lengkap kaset ini lewat
e-Mail,
silakan kirim surat ke: < owner-i-kan-konsel@xc.org >
atau: < TELAGA@sabda.org > ]]