Tiga R

Hidup tidak selalu berpihak pada kita. Adakalanya kita terhempas jatuh dan jauh tanpa bisa berbuat apa-apa dan pada akhirnya kita mengalami depresi berkepanjangan. Tidak ada lagi semangat hidup yang tersisa pada diri kita dan apa pun yang pernah kita pertimbangkan untuk kita lakukan, sekonyong-konyong tidak lagi membuih di hati. Justru kebalikannya yang kita rasakan. Kita melihat betapa mustahilnya untuk memulai apa-apa karena kita menduga usaha ini pun akan berakhir dengan kegagalan. Kita tidak lagi menikmati hiburan sebab hiburan telah berhenti menghibur kita dan teman sejawat bukan lagi tempat untuk curhat, apalagi bersosialisasi. Kita lebih suka menyendiri dan merenung meski kita tahu bahwa perenungan kita tidak membawa manfaat apa pun.

William Glasser mempunyai pemikiran yang layak kita pertimbangkan. Baginya, pengobatan untuk gangguan tekanan hidup seperti depresi adalah dengan menyodorkan realita kepada pasiennya. Ia tidak tertarik untuk mendengarkan keluh kesah kita akan penyebab depresi dan ia pun tidak ingin kita mencari-cari tahu latar belakang keluarga yang membuat kita depresi. Cukup sudah baginya fakta bahwa kita sedang mengalami depresi. Persoalannya adalah apa yang kita lakukan sekarang, bukan sebelum kita mengalami depresi.

Glasser menguraikan teorinya dengan tiga R yaitu (a) "reality", (b) "responsibility", dan (c) "right-wrong". Jika kita menderita depresi, pertama-tama kita mesti menghadapi realitas hidup apa adanya, bukan apa yang seharusnya terjadi atau tidak terjadi. Pemikiran "seharusnya" niscaya menjauhkan kita dari realitas dan hanyalah memasukkan kita ke alam khayali dan impian. Sebaliknya, pemikiran "apa adanya", membawa kita masuk ke dalam realitas dan memaksa kita memikirkan apa yang harus kita lakukan sekarang. Inilah R pertama, yakni realitas.

Jadi, jika kita kehilangan anak yang kita kasihi, kita mesti menghadapi realitas kehilangan itu dengan cara mengakui makna kehadiran anak tersebut dalam kehidupan kita dan melihat apa yang terhilang dalam kehidupan kita dengan kepergiannya. Makin berlama- lama kita melihat dan mengakui kepergiannya makin parah depresi yang harus kita alami. Sebaliknya, makin cepat kita melihat dan mengakui kepergiannya, makin cepat pulalah kita menyadari apa yang harus kita perbuat untuk mengisi kepergiannya. Inilah R kedua, yakni "responsibility" atau tanggung jawab.

Glasser menjelaskan bahwa bertanggung jawab bukan berarti meletakkan tanggung jawab di pundak kita atas apa pun yang menimpa kita. Dalam kasus kehilangan anak, sudah tentu kepergiannya tidak kita kehendaki dan jika memungkinkan, kita akan berusaha mencegahnya. Glasser mengakui kadang sesuatu terjadi dalam hidup ini, sesuatu yang buruk dan kita tidak berdaya untuk menghalaunya. Sungguhpun demikian, kita tetap bertanggung jawab atas hidup kita sekarang ini dalam pengertian, apa itu yang kita akan lakukan dengan hidup kita. Glasser menekankan bahwa kita mesti hidup dengan penuh tanggung jawab dan baginya, ini adalah peran sentral kita sebagai manusia.

Hidup bertanggung jawab berarti mulai memikirkan apa itu yang mesti kita kerjakan untuk, misalnya, mengisi kepergian anak yang kita kasihi itu. Hidup bertanggung jawab juga berarti bahwa kita menyalahkan orang lain setepat mungkin. Tatkala kita memfokuskan pada apa yang dapat kita perbuat sekarang, tiba-tiba mata kita tidak lagi terlalu menyoroti pada apa yang orang telah perbuat kepada kita. Sebaliknya, bila kita memilih untuk tidak berbuat apa-apa sekarang, maka mata kita akan dengan mudah terfokus pada orang lain. Kita cenderung beranggapan bahwa orang lainlah yang bertanggung jawab atas segala kesusahan yang kita alami sekarang. Hidup bertanggung jawab merupakan tindak lanjut dan tanggapan atas keberanian melihat realitas kehidupan kita sekarang ini. Jadi, semakin cepat dan tepat kita bertindak, semakin cepat kita pulih dari depresi. Sebaliknya, semakin lama kita berdiam diri, semakin lama pula kita terantai dalam depresi.

R ketiga adalah right-wrong. Glasser menegaskan bahwa kita hanya akan dapat melihat diri secara positif jika kita melakukan tindakan yang benar. Mustahil kita akan dapat menyenangi diri sendiri bila kita terus melakukan hal-hal yang salah. Sebaliknya, jika kita melakukan hal yang benar, barulah kita bisa berbangga dan bersenang hati. Di sini diperlukan kemampuan untuk memilih atau mengambil keputusan dengan benar. Pilihan yang salah tidak akan mengangkat kita dari kubangan depresi.

Bagi Glasser, tugas terapis adalah membantu orang untuk melaksanakan ketiga R ini namun ia menyadari bahwa tanpa keterlibatan yang bersifat pribadi, mustahil kita bisa menolong orang menindaklanjuti ketiga R ini. Orang yang sedang mengalami depresi tidak membutuhkan kuliah dari kita, yang ia butuhkan adalah keterlibatan konkret dari pihak kita. Ia harus dapat melihat bahwa kita sungguh-sungguh memahami kondisinya dan bahwa kita tulus ingin menolongnya. Keterlibatan kita dalam kehidupannya akan memberinya pinjaman energi dan pengharapan yang dibutuhkannya.

Keterlibatan kita tidak terbatas hanya dalam memberikan dukungan- dukungan yang "manis." Kadang, Glasse menegaskan, kita mesti mendorong orang dengan cara yang tidak "manis." Misalnya, dalam menyikapi pilihannya yang salah, kita mesti berani mengkomunikasikan kepadanya bahwa ia telah mengambil langkah yang salah. Namun, sikap itu tidak berkonotasi penolakan terhadap dirinya. Atau, sewaktu ia terus enggan melihat kehilangannya, kita mesti menyadarkannya dengan penuh kasih sayang. Tujuannya jelas, yakni agar kita tetap dapat membimbingnya melewati ketiga fase pemulihan itu mengakui realitas, memikul tanggung jawab, dan melakukan tindakan yang benar.

Depresi bukanlah gangguan berdimensi tunggal, banyak fakta yang terlibat di dalamnya. Depresi pun terbagi dalam pelbagai intensitas keparahan, makin parah makin melumpuhkan. Namun, pada akhirnya memang kita mesti menghadapi ketiga R ini. Dan, ingatlah, di setiap R itu ada T, yaitu Tuhan. Melihat realitas dengan kekuatan Tuhan, memikul tanggung jawab bersama Tuhan, dan mengambil tindakan yang benar menurut kehendak Tuhan.

Sumber
Halaman: 
3-4
Judul Artikel: 
PARAKALEO No. 4 Edisi: Oktober - Desember 2003