Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs C3I
Pola-pola untuk Mencegah Depresi
Edisi C3I: e-Konsel 050 - Hamba Tuhan dan Depresi
Seorang hamba Tuhan dapat mengembangkan beberapa kebiasaan untuk membantu mencegah ketegangan-ketegangan yang, jika tidak terkontrol,dapat menyebabkan depresi.
Belajarlah menetapkan batas-batas
Para hamba Tuhan harus menentukan dengan jelas batas-batas tentang
apa yang hendak mereka harapkan dari diri mereka sendiri dan apa
yang bisa diharapkan oleh orang lain dari diri mereka. Tetapi hal
ini menimbulkan pertanyaan-pertanyaan yang menyakitkan: "Jika saya
tidak bisa menanggapi permintaan-permintaan logis untuk menolong,
bagaimana saya bisa menyatakan cinta Tuhan yang tidak terbatas bagi
manusia? Bagaimana saya bisa mengatakan 'tidak' jika gereja/jemaat
memanggil? Bukankah ini sama artinya mengatakan 'tidak' kepada
Tuhan? Apa yang hendak dikatakan tentang nilai diri saya sebagai
manusia jika saya tidak mampu memenuhi semua permintaan?"
Kitab Suci memberikan sebuah contoh yang mengandung pelajaran
tentang pemimpin-pemimpin gereja yang tanpa malu-malu menetapkan
batas-batas tentang apa yang bisa diharapkan oleh orang lain dari
diri mereka ketika para rasul menyerahkan sedikit tanggung jawab
kepada anggota jemaat yang lain dalam Kisah Para Rasul 6. Mereka
dapat menentukan batas-batas yang kuat karena mereka jelas-jelas
merasakan untuk apa Tuhan memanggil mereka. Kata-kata perpisahan
Kristus memberikan mereka satu perintah yang jelas untuk mewartakan
dan mengajarkan Injil. Ketidaksetiaan jemaat awal tidak mengecilkan
hati mereka (
Para hamba Tuhan dewasa ini mungkin merasakan kerugian dalam menetapkan panggilan mereka sendiri. Pengertian mereka atas panggilan sering diubah oleh usaha-usaha dari dalam: untuk disukai, untuk menjadi yang paling dihormati, untuk menjadi hamba Tuhan yang paling patut dicontoh di gereja, untuk menghindari pertentangan, untuk mengendalikan jemaat. Jadi, menentukan prioritas adalah suatu keharusan agar tetap setia pada panggilan mereka dan tetap bijaksana dalam melaksanakan tugas.
Seorang uskup, pertemuan hamba Tuhan, atau dewan gereja dapat menjadi suatu sumber yang berharga bagi para hamba Tuhan dalam menentukan prioritas-prioritas ini. Mereka juga bisa meminta nasihat dari seorang hamba Tuhan yang berdekatan. Ini tidak boleh dipandang sebagai tanda kelemahan atau pernyataan kegagalan.
Kesadaran atas irama kehidupan biologis mereka sendiri dapat membantu para hamba Tuhan berhasil menentukan prioritas mereka. Ada yang bangun pagi-pagi, ada yang bekerja larut malam; ada yang penuh tenaga, gagasan dan antusiasme; ada yang perlu mendorong diri mereka sendiri untuk menyelesaikan apa pun yang kreatif. Pola-pola ini dan yang lainnya dapat diubah-ubah sampai tingkat tertentu, tetapi yang paling efektif dan efisien adalah bahwa hamba Tuhan itu menerima irama hidup dan pekerjaan mereka sendiri dalam batas-batas mereka. Sam Eastwood adalah seorang hamba Tuhan yang mempunyai banyak gagasan yang kreatif. Dia sering berharap hanya membutuhkan lima jam saja untuk tidur. Sementara itu ia biasanya membutuhkan waktu delapan jam untuk tidur setiap malam. Dia selalu merencanakan jadwalnya untuk tidur lima jam saja; tetapi ia biasanya menjadi capai dan tertidur di ruang belajarnya. Dia kemudian akan tenggelam dalam kegagalan sekali lagi. Dia sama sekali tidak mengetahui keterbatasan tubuhnya sendiri.
Dengan mengajar jemaat tentang panggilan, tujuan, dan keterbatasan hamba Tuhan, para hamba Tuhan dapat menanggapi dengan aktif harapan- harapan yang dibebankan kepada mereka dan dengan demikian mengurangi ketegangan yang mereka alami. Mengatakan "saya tidak bisa" hanyalah merupakan bagian pertama dari komunikasi. Bagian yang kedua adalah: "Sumber-sumber pemecahan masalah agaknya berada dalam diri Anda sendiri." Pendekatan ini membantu orang lain mencapai kewaspadaan dan kepercayaan terhadap diri sendiri sebagai teman kerja hamba Tuhan itu. Ini mencegah tumbuhnya ketergantungan yang mencekik pemimpin rohani.
Belajar menjadi tegas
Kunci sukses untuk berhubungan dengan orang lain adalah apakah
seseorang dapat secara terbuka mendiskusikan perasaan-perasaan
negatif yang dialaminya dengan orang-orang yang menimbulkannya.
Semakin seseorang menekan perasaan-perasaannya, perasaan-perasaan
itu menjadi semakin hebat. Kadang-kadang perasaan-perasaan itu
menjadi begitu kuat sehingga seorang hamba Tuhan tidak dapat menahan
kemarahannya. Dengan segera ia meminta maaf dan berusaha untuk
menghindari rusaknya hubungan, dan berjanji untuk tidak
mengungkapkan perasaan-perasaan seperti itu lagi. Orang lain dalam
hubungan itu merasakan adanya penarikan diri, dan hubungan itu
dirusak oleh penarikan tersebut sama seperti oleh letusan kemarahan.
Sebagai ganti menekan perasaan atau mengungkapkan letusan perasaan,
ada pilihan ketiga yang melibatkan pengungkapan pikiran dan perasaan
seseorang untuk memperkuat hubungan. Ada beberapa prinsip yang harus
diingat:
- Akuilah masalah yang ada.
Tidak peduli betapa tidak menyenangkannya sikap orang lain, para
hamba Tuhan harus menyampaikan reaksi-reaksi mereka sendiri
daripada mempertalikan perasaan-perasaan mereka kepada orang lain.
Ketika seorang hamba Tuhan berkata kepada seorang anggota pengurus
gereja, "Anda tidak peduli terhadap orang lain sebab Anda mendesak
untuk mengucapkan kata yang terakhir," orang tersebut harus
membuktikan bahwa dia bukan orang yang tidak menyenangkan.
Sebaliknya, hamba Tuhan itu dapat berkata kepada tua-tua itu,
"Ketika Anda menyela saya, saya merasa terluka, seolah-olah apa
yang harus saya katakan tidak ada apa-apanya. "Ini akan membantu
menciptakan suasana di mana diskusi yang produktif dapat
berlanjut.
- Gambarkan sikapnya.
Jangan menghakimi atau menilai orang atau alasan-alasannya.
Gambarkanlah dengan sederhana sikap yang menimbulkan perasaan-
perasaan negatif dalam diri Anda. Sebagai contoh, "Jika Anda
melihat ke arah lain pada saat saya mendekati Anda, saya merasa
ditolak." Ucapan ini menggambarkan suasana Anda tanpa menyampaikan
penolakan orang lain.
- Gunakanlah kata "saya".
Nyatakan perasaan-perasaan Anda dengan sudut pandang orang
pertama. "Saya merasa terluka dan tertolak." Hindarkanlah
mengatakan, "Anda ingin melukai saya; Anda menolak saya," atau
menggunakan sudut pandang orang ketiga, "Orang merasa ditolak
jika Anda bertindak seperti itu."
- Dukunglah orangnya.
Alasannya adalah untuk membantu memelihara dan mengembangkan
hubungan Anda. Biarlah orang lain tahu bahwa Anda memperhatikan
dia dan hubungan Anda. Kemudian Anda berdua dapat meletakkan
senjata-senjata pertahanan diri Anda dan menjadi saling terbuka
satu sama lain.
- Tanggapilah umpan baliknya.
Perhatikanlah tanggapan orang lain, baik yang berupa kata-kata
maupun yang bukan kata-kata. Sebelum memberikan suatu jawaban,
ulangi kembali apa yang Anda dengar dari perkataan orang itu:
"Saya mendengar Anda berkata bahwa urusan saya membuat Anda
marah." Terimalah kebenaran apa pun yang ditunjukkan tentang diri
Anda tanpa pembelaan diri, kemudian teruskanlah dengan menyatakan
perasaan-perasaan dan pikiran-pikiran Anda. "Saya dapat mengerti
betapa ketidaksediaan saya telah membuat Anda marah; dan ini
adalah sesuatu yang ingin saya perbaiki."
Jangan berhenti menyatakan diri Anda setelah Anda memberikan dan menerima umpan balik. Hubungan yang efektif membutuhkan umpan balik yang terus menerus sepanjang terjalinnya hubungan tersebut.
Gunakan waktu untuk menjalin hubungan
Sebuah masalah pokok dalam depresi neurotis adalah rasa putus
harapan, khususnya jika tidak ada hubungan yang berarti. Kesembuhan
dari depresi sering bermula dengan memperoleh harapan kembali;
harapan muncul ketika si penderita telah menyerah pada hidup tetapi
kemudian mendapati bahwa seseorang tidak menyerah pada hidup.
Perkembangan dan pemeliharaan hubungan yang penuh arti menuntut tanggung jawab waktu, baik kualitas maupun kuantitas. Para hamba Tuhan sering berkata bahwa pasangan dan anak-anak mereka adalah orang-orang yang paling penting di dunia, tetapi waktu yang mereka gunakan dalam menjalin hubungan dengan orang-orang yang penting itu seringkali terbatas. Sayangnya, pasangan dan anak-anak jarang mengibarkan bendera merah yang menandakan keputusasaan mereka. Jika para hamba Tuhan terus-menerus meletakkan keluarga sebagai prioritas nomor dua di belakang kebutuhan-kebutuhan jemaat, mereka akan mendapati bahwa akhirnya anak-anak, dan barangkali pasangannya, akan menumbuhkan rasa benci yang mendalam kepada mereka karena hal tersebut. Jika anak-anak kemudian tidak memadamkan rasa benci itu seperti yang mereka kehendaki, para hamba Tuhan akan dikuasai oleh depresi dan rasa bersalah atas kegagalan mereka dalam memikul tanggung jawab yang utama ini.
Untuk memelihara hubungan pribadi dengan Tuhan, para hamba Tuhan harus berusaha menjadwal waktu pada suatu dasar yang tetap untuk meditasi, refleksi, dan doa. Waktu bersama Tuhan ini sering begitu mudah terampas oleh krisis dalam jemaat, dan hamba Tuhan perlu untuk sungguh-sungguh bertekad melindunginya. Ketika para hamba Tuhan merasakan kekosongan rohani yang amat besar karena tidak menjaga hubungan dengan Tuhan, mereka kemudian mengalami rasa bersalah dan ketidakaslian, sebab mereka berbicara tentang sesuatu yang tidak mereka alami.
Akhirnya, para hamba Tuhan perlu membuat sebuah tempat dalam hidup mereka untuk persahabatan pribadi. Seorang teman yang sangat baik dalam jemaat bisa menimbulkan masalah; oleh karena itu para hamba Tuhan sering merasakan betapa sangat menolong mempunyai teman-teman yang dekat dan akrab yang bukan merupakan bagian dari jemaat mereka. Dengan menumbuhkan dan menguji pandangan-pandangan dengan seorang teman dekat, para hamba Tuhan memperoleh kekuatan dari dalam dirinya untuk melayani jemaat mereka.
[Enos D. Martin adalah seorang psikiater yang mengajar di Fakultas Kedokteran, Universitas Pennsylvania.]