Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs C3I
Kesedihan dan Kematian
Setelah bertahun-tahun menonton televisi tidak banyak lagi hal-hal yang akan mengejutkan anak-anak. Yang menjadi masalah ialah bahwa TV merupakan dunia khayalan. Anak-anak masih harus belajar banyak hal tentang kenyataan hidup, tentang nilai dan mutu kehidupan. Apakah dampak segala kematian dan keadaan menuju kematian yang ditayangkan di TV? Apakah anak-anak percaya bahwa tidak untuk selamanya bintang film yang terbunuh dalam film minggu ini muncul lagi minggu berikutnya di dalam film seri yang lain?
Dr. Roberta Temes, seorang psikiater dan penasihat bagi orang-orang yang kematian berkata,
"Orangtua zaman sekarang membahas pokok tentang seks dengan anak-anak mereka sejak usia muda sekali, dibandingkan zaman dulu. Namun kebanyakan orangtua menghindari pokok tentang kematian. Mereka berbuat demikian karena mereka sendiri merasa tidak tenang membahas pokok itu, maka mereka berbuat seakan-akan mereka akan hidup selamanya. Meskipun demikian kematian adalah hal yang tidak dapat dihindarkan. Kita boleh mengatakan bahwa kehidupan merupakan penyakit yang membawa kematian."
Yani menderita kanker yang mematikan dan rambutnya habis rontok karena kemoterapi (pengobatan dengan zat kimia). Ia masih dapat pergi ke sekolah dan memakai topi setiap hari. Anak-anak lain sering mengolok-olok dia. Kemudian ibunya yang bijaksana berbicara dengan gurunya, dan mereka memutuskan untuk mengambil tindakan.
Guru itu menggunakan akhir pekan untuk menyelidiki tentang penyakit kanker. Pada hari Senin sesudah itu Yani pergi ke sekolah tanpa mengenakan topi. Gurunya memanggil dia ke depan kelas dan bersama- sama mereka menjelaskan kepada teman-teman sekelasnya semua yang mereka ketahui tentang kanker (Yani berusia sepuluh tahun. Ia telah mengajukan banyak pertanyaan kepada dokter dan mengetahui banyak tentang penyakit itu). Sejak hari itu sampai Yani tidak dapat pergi ke sekolah lagi, anak-anak memperlakukan dia dengan rasa hormat. Mereka telah belajar tentang kanker; dan yang lebih penting lagi, mereka telah belajar tentang kehidupan ini.
Saudara-saudara kandung dari anak yang telah meninggal tahu bagaimana perasaan sedih dan kehilangan itu. Mereka dapat mengatasinya dan menunjukkan pengertian yang mengagumkan. Namun mereka juga membutuhkan pertolongan. Seorang anak yang sakit sudah sepantasnya mendapat banyak perhatian, namun bagaimana dengan saudara-saudara kandungnya selama berbulan-bulan yang dirasakan panjang itu, menjelang kematian saudara mereka? Betapa sukarnya bila ada satu lagi anak di dalam keluarga itu. Ia akan merasa ditinggalkan dan tidak dikasihi, atau tidak diperlukan, karena seluruh usaha dan kegiatan dipusatkan bagi anak yang sedang sakit itu.
Dapatkah Anda menolong anak-anak lainnya, saudara-saudara anak yang sakit itu, dengan menjadi temannya? Apakah dengan membawa mereka berjalan-jalan ke luar? Apakah dengan mengundang mereka makan, menginap, atau menonton TV selama satu jam? Buatlah mereka merasa diperlukan, dikasihi dan penting, mungkin biarkan mereka berbicara tentang masalah dan rasa frustasi mereka sendiri. Pernyataan kasih Anda dan kesaksian Anda yang tepat tentang kasih Yesus dapat menolong mereka dalam pergumulan mereka.
"Segera setelah seorang anak cukup besar untuk mengasihi sesuatu yang dapat hilang, ia sudah akan menjadi seorang yang dirundung duka dan mengalami kesedihan yang dalam. (Claypool)" Mereka benar-benar membutuhkan pertolongan dan pengertian kita untuk melalui hari-hari dan minggu-minggu yang sukar sekitar kematian seorang saudara kandung. Ini juga merupakan kesempatan untuk menunjukkan bahwa Anda mengasihi mereka dengan melanjutkan hubungan Anda dengan mereka, misalnya dengan mengadakan piknik, main bola, memberi hadiah kecil bila Anda berkunjung ke rumah mereka. Mereka yang telah kehilangan saudara yang sangat dikasihinya mungkin sekarang memperoleh seorang teman yang sangat dibutuhkannya.
Semua kepiluan, trauma, dan kepedihan hati, yang ada di dalam dunia yang penuh dengan dosa ini tampaknya terpadu dalam penyakit yang membawa kematian dan meninggalnya seorang anak. Adakah waktu lain yang lebih tepat bagi kita masing-masing untuk membagikan kasih Allah, yang tiada habisnya dan terus mengalir ke luar itu, kepada orang-orang lain?