Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs C3I
Sehingga Keduanya Menjadi Satu (Bag. V)
(Artikel berikut ini cukup panjang. Jika Anda merasa tidak nyaman membaca di layar monitor, Anda dapat mencetaknya ke printer sehingga Anda dapat membacanya dengan leluasa. Bagi Anda yang tidak memiliki printer dan ingin mendapatkan cetakannya, Anda dapat memintanya kepada saya dan saya akan mengirimkannya ke alamat Anda dengan cuma-cuma.)
Kita sudah melihat bahwa perkawinan antara manusia dengan Iblis telah melahirkan tabiat karnal di dalam diri manusia. Pikiran manusia telah menjadi satu dengan pikiran Iblis. Apa yang dipikirkan manusia itu juga yang dipikirkan Iblis dan apa yang dipikirkan Iblis itu juga yang dipikirkan manusia (Matius 16:23). Bumi ini tidak lagi dipenuhi dengan orang-orang yang serupa dan segambar dengan Allah seperti yang Ia inginkan (Kejadian 1:26) melainkan dengan orang-orang yang serupa dan segambar dengan Iblis. Akibat bersatunya manusia dengan Iblis ini dapat kita lihat dari gaya hidup yang dimiliki oleh semua manusia di atas muka bumi ini, dari bangsa yang berkulit putih, kuning, coklat sampai hitam, dari bangsa yang maju sampai dengan mereka yang terbelakang yang hidup di daerah pedalaman. Dan gaya hidup ini adalah gaya hidup karnalisme, yakni sebuah gaya hidup dengan tabiat karnal yang rusak yang selalu berpusatkan pada perkara-perkara bumi. Dapatkah engkau menunjukkan satu bangsa di atas muka bumi ini yang tidak hidup secara karnal? Saya jamin, sobat, engkau tidak akan menemukan satupun.
DUALISME
Kelahiran kembali adalah jalan satu-satunya yang Allah sediakan agar kita
terlepas dari kehidupan karnal ini. Mungkin engkau bertanya, apakah salahnya
kita hidup secara karnal? Dengarkanlah firman Allah ini: "Karena pikiran
karnal adalah maut; tetapi pikiran rohani adalah hidup dan damai sejahtera"
(Roma 8:6 terjemahan KJV). Pikiran karnal adalah MAUT. Jika pikiran karnal
adalah maut, maka mereka yang hidup dengan pikiran karnal berada di bawah
maut! Sebaliknya, pikiran rohani adalah HIDUP dan DAMAI SEJAHTERA. Mereka
yang hidup dengan pikiran rohani memiliki hidup dan damai sejahtera.
Dapatkah engkau melihat di sini bahwa damai sejahtera merupakan buah dari
pikiran rohani? Mengapa di dunia ini tidak pernah ada damai sejahtera?
Karena penduduknya hidup bukan dengan pikiran rohani melainkan dengan
pikiran karnal yang tidak pernah menghasilkan damai sejahtera. Pikiran
karnal hanya menghasilkan maut, tidak yang lain-lainnya.
 >
Kelahiran kembali yang kita terima dari Allah telah menanamkan tabiat yang
baru di dalam diri kita, dan tabiat baru itu adalah rohani. Kelahiran
kembali telah melahirkan pikiran/hati rohani di dalam diri kita sehingga
memungkinkan kita untuk tidak lagi hidup secara karnal. Inilah hati yang
baru, pikiran yang baru yang penuh dengan damai sejahtera. Tetapi
pertanyaannya adalah mengapa banyak orang Kristen yang masih hidup secara
karnal sekalipun mereka sudah lahir kembali bahkan sudah dipenuhi dengan Roh
Kudus? Jika mereka baru dilahirkan kembali, hal itu dapat dimaklumi. Tetapi
jika sudah mengalami kelahiran kembali bertahun-tahun yang lalu, mengapa
mereka masih hidup secara karnal? Marilah kita coba menjawab pertanyaan ini.
Menurut 1 Petrus 1:23 kita dilahirkan kembali dari benih yang tidak fana,
yakni firman Allah. "Karena kamu telah dilahirkan kembali bukan dari benih
yang fana, tetapi dari benih yang tidak fana, oleh firman Allah, yang hidup
dan yang kekal." Kita dilahirkan kembali dari BENIH firman Allah. Saya kira
kita semua mengerti apakah benih itu. Jika engkau akan menanam pohon, apakah
yang akan engkau lakukan? Pertama-tama engkau harus memiliki benih dari
pohon yang akan engkau tanam. Tanpa benih engkau tidak akan bisa menanam
apa-apa. Setelah engkau mendapatkan benih, engkau menaburkannya ke tanah,
lalu dengan rajin menyiraminya. Pada waktunya, benih itu akan tumbuh menjadi
pohon.
 >
Kita dilahirkan kembali dari benih firman Allah yang tidak fana. Itu artinya
kelahiran kembali telah menanamkan benih yang tidak fana di dalam diri kita.
Oleh karena yang tertanam di dalam diri kita adalah benih, maka benih itu
harus tumbuh. Ketika masih berupa benih, ia tidak memperlihatkan buah
apapun. Dan oleh karena benih yang ditanamkan di dalam diri kita adalah
benih yang bukan berasal dari bawah, dari bumi ini, melainkan dari atas,
dari sorga, maka benih ini akan bertumbuh KE ATAS sesuai dengan asal dari
benih itu. Jika benih firman Allah yang telah ditanamkan di dalam diri kita
tumbuh, maka benih itu akan membawa kita KE ATAS, bukan ke bawah! Dengan
kata lain, benih yang dari atas itu akan menjadikan kita orang-orang yang
suka mencari perkara-perkara di atas! Sebaliknya, jika benih ini tidak
tumbuh, maka kita tetap menjadi orang-orang yang tidak suka mencari
perkara-perkara di atas, melainkan tetap hidup dengan pikiran yang
berorientasi kepada perkara-perkara di bawah. (Tentang pertumbuhan rohani
ini saya sudah membahasnya pada artikel "Ciri Kekristenan Yang Hidup." Bagi
Anda yang ingin mendapatkan artikel tersebut, Anda dapat memintanya kepada
saya).
 >
Pada kekristenan yang normal, benih ini akan bertumbuh semakin hari semakin
kuat. Sejalan dengan pertumbuhan benih ini, maka hati dan pikiran baru yang
sudah ditanamkan di dalam diri kita secara perlahan-lahan akan menelan hati
dan pikiran karnal yang berada di dalam diri kita. Secara perlahan-lahan
hati dan pikiran yang baru akan mengubah cara berpikir kita, menjadi dominan
di dalam hidup kita sehingga tanpa kita sadari kita menjadi orang yang baru,
menjadi orang yang berbeda dengan orang-orang yang berada di sekitar kita.
Jadi persoalannya adalah apakah benih firman Allah itu tumbuh atau tidak.
Pertumbuhan benih firman Allah ini akan mengubah kita secara perlahan-lahan
dari karnal menjadi rohani. Sebaliknya, tidak adanya pertumbuhan dari benih
firman Allah akan menjadikan kita tetap menjadi orang Kristen yang karnal.
Itulah sebabnya mengapa dunia kekristenan dipenuhi dengan orang-orang yang
karnal karena mereka tidak bertumbuh ke atas. Tidak adanya pertumbuhan
inilah yang menghasilkan gaya hidup dualisme, yakni gaya hidup yang penuh
dengan campuran antara yang rohani dan yang duniawi. Dualisme ini menjadikan
orang-orang Kristen berkepribadian ganda. Kita melihat orang-orang Kristen
yang di satu sisi mengasihi Allah, tetapi di sisi lain mereka juga mengasihi
dunia ini. Kita melihat mereka di satu sisi melayani Tuhan tetapi di lain
sisi mereka mengejar perkara-perkara dunia ini. Kita melihat mereka di suatu
saat bertindak seperti Allah penuh dengan kasih dan kemurahan tetapi di lain
saat seperti Iblis penuh dengan kerakusan, ketamakan, kebencian,
kecemburuan, dsb.
 >
Dualisme adalah sesuatu yang normal pada orang-orang Kristen yang baru
dilahirkan kembali karena benih itu baru ditanamkan dan pertumbuhan itu
sendiri membutuhkan waktu. Tetapi dualisme ini menjadi tidak normal jika
mereka telah mengalami kelahiran baru bertahun-tahun bahkan puluhan tahun
yang lalu. "Peperangan antara keluarga Saul dan keluarga Daud
berlarut-larut; Daud kian lama kian kuat, sedang keluarga Saul kian lama
kian lemah" (2 Samuel 3:1). Saul merupakan simbol dari hati dan pikiran
karnal sedangkan Daud simbol dari hati dan pikiran rohani. Kedua jenis hati
dan pikiran ini tidak pernah sejalan, keduanya selalu bertentangan bahkan
menjurus pada peperangan. Dan peperangan ini dikatakan oleh firman Allah,
"berlarut-larut". Peperangan ini akan memakan waktu yang lama, tapi satu hal
yang pasti, "Daud kian lama kian kuat, sedang keluarga Saul kian lama kian
lemah." Dapatkah engkau melihatnya, sobat? Betapapun berlarut-larutnya
peperangan ini, tapi HATI DAN PIKIRAN KARNAL SEMAKIN LAMA SEMAKIN LEMAH
sementara HATI DAN PIKIRAN ROHANI SEMAKIN KUAT! Dan ini akan menjadi ciri
kekristenan yang hidup! Maka bagi mereka yang tumbuh ke atas, kemenangan
sudah mereka pegang karena hati dan pikiran karnal semakin lama semakin
tidak berkutik.
 >
Sekarang yang menjadi pertanyaannya adalah mengapa banyak orang Kristen
tidak mengalami pertumbuhan? Sebuah tanaman membutuhkan sari makanan dan air
untuk pertumbuhannya. Apakah yang menjadi sari makanan dan air bagi
pertumbuhan kita? Itulah firman Allah. Tetapi bukan sekedar firman Allah,
melainkan firman Allah yang hidup. "Sebab firman Allah hidup dan kuat."
(Ibrani 4:12). SATU-SATUNYA ALAT YANG DIPAKAI OLEH ALLAH UNTUK MENUMBUHKAN
KITA ADALAH FIRMAN-NYA YANG HIDUP. Sekali lagi saya katakan: FIRMAN ALLAH
YANG HIDUP. Saat ini firman Allah banyak diberitakan, tapi sayangnya bukan
firman Allah yang hidup. Firman Allah yang hidup adalah firman yang lahir
dari pikiran rohani dan firman Allah yang mati adalah firman yang lahir dari
pikiran karnal. Keduanya sama-sama firman Allah, tapi hanya firman yang
hidup yang akan mengubah kita dari karnal menjadi rohani.
"CARILAH DAHULU KERAJAAN ALLAH"
Kelahiran kembali yang kita terima dari Allah telah menanamkan tabiat yang
baru di dalam diri kita. Tabiat ini adalah tabiat rohani, sebuah tabiat baru
yang menyukai perkara-perkara rohani. Di dalam diri kita telah tertanam
sebuah pikiran hati yang baru, pikiran yang tidak pernah kita miliki
sebelumnya. Dengan pikiran yang baru ini kita dapat memandang segala
sesuatunya dengan baru. Pandangan kita tentang Allah akan menjadi baru,
pandangan kita tentang tubuh Kristus akan menjadi baru, pandangan kita
tentang Kerajaan Allah akan menjadi baru, pandangan kita tentang kekristenan
akan menjadi baru, pandangan kita tentang hidup akan menjadi baru, pandangan
kita tentang pelayanan akan menjadi baru, pandangan kita tentang gereja akan
menjadi baru, pandangan kita terhadap hal-hal jasmani dan duniawi menjadi
baru, dst.dst. dst. Pendeknya, kita akan memandang segala sesuatunya menjadi
baru
 >
.
Pikiran karnal adalah pikiran yang selalu memikirkan perkara-perkara di
bawah, yakni perkara-perkara duniawi. Pikiran rohani, sebaliknya, adalah
pikiran yang selalu memikirkan perkara-perkara di atas, yakni
perkara-perkara sorgawi. Sekarang yang menjadi pertanyaannya adalah
bagaimanakah tindakan kita terhadap perkara-perkara duniawi tersebut?
Haruskah kita sama sekali lepas dari perkara-perkara duniawi tersebut?
Sobat, jika kita tidak ingin menjamah lagi hal-hal duniawi, maka itu berarti
kita harus meninggalkan dunia ini. Kita masih hidup di dunia dan kita mau
tidak mau harus berurusan dengan perkara-perkara duniawi. Dan Allah kita,
Allah yang baik dan penuh dengan kemurahan, tidak membiarkan kita dalam
kegelapan. Ia tahu bahwa kita membutuhkan semua itu. Allah tidak pernah
menutup mata mengenai kebutuhan kita terhadap perkara-perkara jasmani. Tapi
Ia memberikan satu prinsip atau hukum yang lebih tinggi dari hukum dunia
jasmani, yakni hukum Kerajaan Allah dan hukum ini tidak pernah gagal. Inilah
hukum itu: "Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka
semuanya itu akan ditambahkan kepadamu" (Matius 6:33). Saya akan mengutip
secara lengkap di sini perkataan Yesus ini yang tercatat di dalam Matius
6:25-34 karena inilah pasal yang berurusan dengan hal-hal duniawi dan
bagaimana Yesus memberikan prinsip-prinsip yang berlaku di dalam Kerajaan
Allah.
 >
"Karena itu Aku berkata kepadamu: Janganlah kuatir akan hidupmu, akan apa
yang hendak kamu makan atau minum, dan janganlah kuatir pula akan tubuhmu,
akan apa yang hendak kamu pakai. Bukankah hidup itu lebih penting dari pada
makanan dan tubuh itu lebih penting dari pada pakaian? Pandanglah
burung-burung di langit, yang tidak menabur dan tidak menuai dan tidak
mengumpulkan bekal dalam lumbung, namun diberi makan oleh Bapamu yang di
sorga. Bukankah kamu jauh melebihi burung-burung itu? Siapakah di antara
kamu yang karena kekuatirannya dapat menambahkan sehasta saja pada jalan
hidupnya? Dan mengapa kamu kuatir akan pakaian? Perhatikanlah bunga bakung
di ladang, yang tumbuh tanpa bekerja dan tanpa memintal, namun Aku berkata
kepadamu: Salomo dalam segala kemegahannyapun tidak berpakaian seindah salah
satu dari bunga itu. Jadi jika demikian Allah mendandani rumput di ladang,
yang hari ini ada dan besok dibuang ke dalam api, tidakkah Ia akan terlebih
lagi mendandani kamu, hai orang yang kurang percaya? Sebab itu janganlah
kamu kuatir dan berkata: Apakah yang akan kami minum? Apakah yang akan kami
makan? SEMUA ITU DICARI BANGSA-BANGSA YANG TIDAK MENGENAL ALLAH. Akan tetapi
Bapamu yang di sorga tahu bahwa kamu memerlukan semuanya itu. Tetapi carilah
dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan
kepadamu. Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok
mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari"
(Matius 6:25-34).
 >
Tidak pernah Allah memberikan perintah kepada orang-orang dunia ini agar
supaya mereka mencari Dia karena tabiat mereka tidak memungkinkan. Perintah
untuk mencari Dia selalu diberikan kepada umat-Nya karena di dalam diri
mereka telah tertanam tabiat baru, yakni tabiat yang berasal dari atas.
Hanya orang-orang yang telah memiliki hati yang baru yang akan memiliki
kerinduan untuk mencari Dia. Tidak pernah di dalam sejarah para nabi dan
bangsa Israel Allah memberikan perintah kepada mereka untuk mencari
perkara-perkara duniawi. Hal inipun masih berlangsung sampai pada Perjanjian
Baru.
 >
Di dalam Kerajaan Allah, hal-hal yang bersifat duniawi seperti makan, minum,
pakaian, pekerjaan, dsb. bukanlah hal-hal yang harus dicari atau diburu.
Perintah mencari adalah untuk mencari Kerajaan-Nya, bukannya hal-hal duniawi
itu. Hal-hal duniawi selalu di cari oleh bangsa-bangsa yang tidak mengenal
Allah karena hal itu memang sudah tabiat mereka. Bangsa-bangsa yang tidak
mengenal Allah tidak bisa mencari Allah melainkan hal-hal duniawi karena
mereka tidak memiliki hati yang baru. Tetapi tidak demikian dengan anak-anak
Allah. Di dalam Kerajaan Allah, hal-hal duniawi ini hanya bersifat tambahan
saja. Sesuatu yang dicari dan diburu oleh bangsa-bangsa yang tidak mengenal
Allah ini di dalam Kerajaan Allah hanya sebagai tambahan saja. Artinya, jika
kita mencari Kerajaan Allah dan mendapatkan-Nya, maka hal-hal jasmani
tersebut akan mengikuti dengan sendirinya. Tidak usah dicari atau diburu,
tapi akan datang dengan sendirinya. Itulah artinya ditambahkan. Indah,
bukan?
 >
Sekarang yang menjadi pertanyaannya adalah apakah artinya "Mencari Kerajaan
Allah dan Kebenarannya"? Jika pertanyaan ini engkau ajukan kepada
gereja-gereja, maka engkau akan mendapatkan jawaban kira-kira seperti ini:
"Kamu harus rajin ke gereja. Kamu harus ikut Bible Study setiap hari Rabu.
Kamu harus ikut pelayanan gereja. Kamu harus ikut tim bezuk. Kamu harus
memberi persembahan. Kamu harus memberikan perpuluhanmu. dst. dst. dst."
Mereka akan menghubungkan Kerajaan Allah dengan aktifitas gerejani,
aktifitas yang bersifat lahiriah. Penafsiran di luar kehidupan gerejani akan
dituduh sesat sekalipun itu Alkitabiah. Marilah kita melihat apakah arti
"Mencari Kerajaan Allah dan Kebenarannya" di dalam terang firman Allah.
 >
Yang pertama, Kerajaan Allah adalah Kerajaan Rohani dan BUKAN kerajaan
jasmani (lahiriah/eksternal). "Kerajaan Allah datang tanpa tanda-tanda
lahiriah, juga orang tidak dapat mengatakan: Lihat, ia ada di sini atau ia
ada di sana! Sebab sesungguhnya Kerajaan Allah ada di antara kamu" (Lukas
17:20-21). Perkataan "Kerajaan Allah ada di antara kamu" di dalam Alkitab
versi KJV tertulis: "Kerajaan Allah ada DI DALAM kamu." Dapatkah engkau
melihatnya? Kerajaan Allah bukanlah Kerajaan yang bersifat eksternal
(lahiriah) melainkan rohani karena Kerajaan itu ada DI DALAM diri kita.
Lebih jauh firman Allah berkata di dalam Roma 14:17: "Sebab Kerajaan Allah
bukanlah soal makanan dan minuman." Kembali di sini kita melihat bahwa
Kerajaan Allah bukanlah soal makanan dan minuman, yaitu soal-soal yang
berhubungan dengan kejasmanian. Kerajaan Allah adalah Kerajaan yang memiliki
orisinalitas dari atas bukan dari bawah. Oleh karena itu Kerajaan Allah
hidup dan berjalan dengan prinsip-prinsip yang dari atas, yakni
prinsip-prinsip rohani, bukan dengan prinsip-prinsip dari bumi yang bersifat
lahiriah. Dengan demikian Kerajaan Allah tidak berhubungan dengan aktifitas
lahiriah seperti kebaktian, Bible Study, pelayanan, bezuk, dsb. seperti yang
diajarkan oleh sistem gerejani.
 >
Yang kedua, Kerajaan Allah adalah soal KEBENARAN, damai sejahtera dan
sukacita di dalam Roh Kudus. "Sebab Kerajaan Allah bukanlah soal makanan dan
minuman, tetapi soal kebenaran, damai sejahtera dan sukacita oleh Roh Kudus"
(Roma 14:17). Jika Kerajaan Allah berada DI DALAM diri kita, maka KEBENARAN
Kerajaan Allah ini juga harus terletak DI DALAM diri kita bukan di luar.
Apakah Kebenaran (righteousness) itu? Kebenaran secara sederhana dapat
didefinisikan "tidak ada kesalahan." Dengan kata lain, kebenaran adalah
hidup dengan benar. Dengan kebenaran yang mana? Dengan kebenaran yang
berasal dari atas, yakni kebenaran Kerajaan Allah, kebenaran di dalam Roh
Kudus dan bukan kebenaran dunia ini.
 >
Di dalam Matius 5:20 Yesus berkata: "Jika kebenaranmu tidak melebihi
kebenaran orang-orang Farisi, kamu tidak dapat masuk ke dalam Kerajaan
Sorga" (terjemahan KJV). Orang-orang Farisi memiliki kebenarannya sendiri
dan kebenaran orang-orang Farisi ini adalah kebenaran yang berkaitan dengan
hal-hal eksternal atau lahiriah. Mereka harus membasuh tangan terlebih
dahulu sebelum makan, berpuasa dua kali seminggu, memberi persepuluhan,
tidak bergaul dengan orang-orang berdosa, memakai jubah, mengelabui mata
orang dengan doa yang panjang-panjang. Mereka hidup dalam kebenaran
lahiriah, yakni kebenaran yang tanpa Roh Kudus.
 >
Kebenaran tanpa Roh Kudus akan membawa kita kepada kebenaran lahiriah,
kebenaran yang berpusatkan pada hal-hal eksternal seperti harus berpakai
putih sebagai lambang kekudusan, puasa sekali atau dua kali seminggu,
memakai jubah, menghadiri kebaktian, aktif dalam kegiatan gerejani, dsb.
Kebenaran ini akan penuh dengan aturan-aturan dan peraturan-peraturan "kamu
tidak boleh begini, kamu harus begitu, jangan sentuh ini, jangan jamah itu."
Saya ingat dengan seorang rekan yang mengadakan acara perayaan ulang tahun
di sebuah restoran. Rekan saya ini mengundang temannya yang adalah anak
seorang pendeta. Anak ini terpaksa menunggu di luar karena ia menganggap
restoran adalah tempat berdosa sehingga ia tidak berani menjamahnya. Betapa
sebuah kebenaran yang semu dan palsu. Banyak kali kita menyaksikan
gereja-gereja memberikan larangan kepada jemaatnya agar tidak menjamah ini
dan itu. Dan saya ingin mengatakan, sobat, kebenaran semacam ini adalah
kebenaran yang tanpa Roh Kudus. Kebenaran semacam ini, yakni kebenaran yang
tanpa Roh Kudus hanya akan menghasilkan hidup penuh dengan kemunafikan.
Engkau akan menyaksikan sendiri, bahkan mungkin sudah menyaksikan, bagaimana
orang-orang yang aktif di gereja, yang setia menghadiri kebaktian setiap
hari minggu, aktif dalam tim pelayanan, bahkan mungkin menjadi diakon atau
tua-tua gereja, anggota majelis gereja, orang-orang yang memiliki kedudukan
di denominasinya, ternyata menipu, korupsi, mencuri, membunuh, atau membawa
lari isteri/suami orang lain. Saya yakin engkau pasti sudah menyaksikan
segala macam kemunafikan seperti ini di dalam hidup kekristenan saat ini.
Dan Yesus berkata: "Jika kebenaranmu tidak melebihi kebenaran orang-orang
Farisi, kamu tidak dapat masuk ke dalam Kerajaan Sorga." Jika kebenaran kita
hanya sebatas pada hal-hal eksternal/lahiriah, Yesus katakan, kita tidak
dapat masuk ke dalam Kerajaan Sorga. Renungkanlah, sobat.
 >
Sebaliknya kebenaran di dalam Roh Kudus adalah kebenaran yang berasal dari
atas yang tertanam DI DALAM hati. Kebenaran yang tertanam di dalam hati kita
ini akan menjadi nature atau sifat kita sendiri sehingga segenap tindakan
atau perbuatan kita merupakan manifestasi dari kebenaran yang sudah tertanam
di dalam hati. Dan kebenaran semacam ini akan menghasilkan ketulusan dan
kekudusan bukan kemunafikan.
Hati baru yang kita terima dari Allah memiliki kebenarannya sendiri dan
dengan kebenaran inilah kita seharusnya hidup. Kebenaran ini adalah
kebenaran yang berasal dari Roh Allah bukan dari diri kita sendiri. Dengan
kata lain, kebenaran yang dari Roh Allah inilah yang harus menuntun,
memimpin, membimbing dan mengarahkan jalan hidup kita. Dan jika kebenaran
Roh Allah ini menuntun, memimpin dan membimbing kita, maka kita akan di bawa
ke atas bukan ke bawah.
 >
Kebenaran Kerajaan Allah ini akan mengajar kita melakukan segala sesuatunya
dengan benar. Kita akan diajar untuk makan dengan benar, minum dengan benar,
tidur dengan benar, bekerja dengan benar, berpikir dengan benar, dsb. Pendek
kata, Roh Allah akan mengajar kita untuk hidup dengan benar menurut standar
dari atas. Kebenaran Allah akan mengajar kita untuk makan secukupnya dan
bukan untuk kepuasan perut. Kebenaran Allah akan mengajar kita untuk tidur
secukupnya dan bukannya menghabiskan waktu yang ada hanya untuk tidur.
Kebenaran Allah akan mengajar kita untuk tidak melakukan segala sesuatu demi
kepuasan tubuh. Seorang yang hidup dengan kebenaran Allah tidak akan pernah
membawa lari perempuan yang bukan isterinya. Seorang pimpinan pabrik yang
hidup dengan kebenaran Allah tidak akan pernah mengijinkan anak buahnya
membuang limbah begitu saja. Seorang pengusaha hutan yang hidup dengan
kebenaran Allah tidak akan menebang dan membakar hutan begitu saja. Seorang
pegawai yang hidup dengan kebenaran Allah akan bekerja dengan
sungguh-sungguh dan penuh tanggung jawab dan menggunakan waktunya seefisien
mungkin untuk mengerjakan pekerjaannya. Seorang buruh yang hidup dengan
kebenaran Kerajaan Allah tidak akan menuntut apa-apa dari perusahaannya
melalui demo-demo. Tidak adanya kebenaran Kerajaan Allah di dalam kehidupan
kita menjadikan kita bertindak dan berbuat segala sesuatunya dengan tidak
benar.
 >
Sobat, itulah artinya "Mencari Kerajaan Allah", yakni mencari kebenaran yang
berasal dari atas, kebenaran Kerajaan Allah, kebenaran di dalam Roh Kudus
dan hidup menurutnya. Kebenaran ini harus menjadi satu di dalam hidup kita.
"Sebab Kerajaan Allah bukanlah soal makanan dan minuman, tetapi soal
kebenaran, damai sejahtera dan sukacita oleh Roh Kudus." Kebenaran Kerajaan
Allah akan membuahkan damai sejahtera dan sukacita. Engkau tidak akan pernah
menemukan damai sejahtera dan sukacita di dalam hidupmu sampai engkau
menemukan terlebih dahulu kebenaran Kerajaan Allah. Sekali engkau menemukan
kebenaran Kerajaan Allah dan hidup menurutnya, engkau akan hidup dengan
tenang, engkau tidak akan mempunyai rasa takut terhadap masa depan; di
tengah-tengah kekacauan dunia ini, engkau akan tetap tenang karena engkau
tahu jika "burung-burung di langit, yang tidak menabur dan tidak menuai dan
tidak mengumpulkan bekal dalam lumbung, namun diberi makan oleh Bapamu yang
di sorga, bukankah kamu jauh melebihi burung-burung itu?"
"SURUHLAH MEREKA DUDUK."
Saya yakin kita semua sudah tahu tentang cerita bagaimana Yesus memberi
makan kepada lima ribu orang dengan lima roti dan dua ikan. Tapi saya yakin
banyak dari kita yang tidak memperhatikan bagaimana lima ribu orang ini
menerima berkat jasmani ini dari Tuhan. Marilah kita periksa. "Lalu Ia
berkata kepada murid-murid-Nya: 'Suruhlah mereka duduk.' Murid-murid
melakukannya dan menyuruh semua orang banyak itu duduk. Dan setelah Ia
mengambil lima roti dan dua ikan itu, Ia menengadah ke langit, mengucap
berkat, lalu memecah-mecahkan roti itu dan memberikannya kepada
murid-murid-Nya supaya dibagi-bagikannya kepada orang banyak" (Lukas
9:14-16). Lima ribu orang menerima roti dan ikan sambil DUDUK dan mereka
semua makan sampai kenyang. Dapatkah engkau melihat kebenaran ini, sobat,
bahwa berkat-berkat jasmani akan kita terima sambil duduk?
 >
Kita melihat di dalam Kejadian 3 Allah mengutuk ketiga oknum ini: Ular, Hawa
dan Adam. Kita sudah melihat kutukan yang Allah berikan kepada Ular yaitu
dengan perut ia akan menjalar dan debu tanah akan menjadi makanannya
(Kejadian 3:14). Sekarang kita akan melihat kutukan yang Allah berikan
kepada Adam dan kutukan ini tertulis pada ayat 17-19. "Lalu firman-Nya
kepada manusia (Adam) itu: 'Karena engkau mendengarkan perkataan isterimu
dan memakan dari buah pohon, yang telah Kuperintahkan kepadamu: Jangan makan
dari padanya, maka terkutuklah tanah karena engkau; dengan bersusah payah
engkau akan mencari rezekimu dari tanah seumur hidupmu: semak duri dan
rumput duri yang akan dihasilkannya bagimu, dan tumbuh-tumbuhan di padang
akan menjadi makananmu; dengan berpeluh engkau akan mencari makananmu,
sampai engkau kembali lagi menjadi tanah, karena dari situlah engkau
diambil; sebab engkau debu dan engkau akan kembali menjadi debu.'" Susah
payah umat manusia untuk menghidupi diri sendiri merupakan akibat kutukan
Allah terhadap manusia itu sendiri. "Dengan berpeluh engkau akan mencari
makananmu." merupakan sebuah kebenaran yang tidak dapat diganggu gugat oleh
manusia siapapun di atas muka bumi ini. Kita semua harus berjuang, bekerja
dengan keras agar kita dapat hidup. Kita semua harus berpeluh, harus
mengeluarkan keringat agar supaya kita dapat makan. "Berpeluh" merupakan
sebuah gambaran bagaimana umat manusia harus berupaya dengan kekuatan
sendiri, yang adalah daging, agar supaya dapat hidup. Di sini kita dapat
melihat sebuah kehidupan yang terlepas dari Allah adalah sebuah kehidupan
yang penuh dengan peluh.
 >
Tetapi kita menyaksikan di dalam Lukas 9:14-16 bagaimana orang banyak
menerima makan mereka dengan tidak berpeluh karena mereka menerimanya sambil
duduk. Mereka tidak perlu bersusah payah untuk mendapatkan makanan mereka
selama Yesus ada di antara mereka. Sebuah gambaran yang kontras sekali. Di
dalam Galatia 3:13 kita membaca bagaimana Yesus mati karena kutuk kita.
"Kristus telah menebus kita dari kutuk hukum Taurat dengan jalan menjadi
kutuk karena kita, sebab ada tertulis: 'Terkutuklah orang yang digantung
pada kayu salib!' " Jika Yesus mati di atas kayu salib sebagai kutuk karena
kita, maka itu berarti kutukan yang Allah berikan kepada manusia di dalam
Kejadian 3 telah dinetralisir oleh Kristus! Betapa sebuah kebenaran yang
menakjubkan. Di dalam Kristus segala sesuatunya menjadi baru. Itulah
sebabnya orang-orang itu menerima makanan mereka (berkat jasmani) tanpa
berpeluh lagi. Mereka cukup menerima kebutuhan mereka sambil duduk di dalam
Kristus.
 >
Sobat, jika kita bisa melihat kebenaran ini, kita akan menjalani hidup ini
dengan tidak berpeluh. Ketika orang-orang dunia ini bekerja dengan susah
payah (berpeluh) untuk mencukupi kebutuhannya, mereka yang di dalam Kristus
akan menerimanya sambil duduk. Jangan salah mengerti, kawan. Saya tidak meng
atakan bahwa kita harus malas bekerja. Justru mereka yang hidup dengan
kebenaran Kristus akan bekerja dengan sungguh-sungguh dan dengan segenap
hati karena kebenaran Kristus yang ada di dalam diri mereka tidak akan
mengijinkan mereka menjadi orang-orang yang malas. Yang ingin saya katakan
adalah bahwa di dalam Kristus kita tidak lagi berjuang menurut daging
melainkan menurut Roh karena Roh-Nyalah yang menghidupi kita. Kita tidak
lagi menjadi orang-orang yang mengandalkan pekerjaan kita sebagai yang
menopang dan menghidupi kita. Kita dapat kehilangan pekerjaan kita setiap
saat tanpa ada rasa penyesalan dan ketakutan karena kita tahu jika
burung-burung di udara dipelihara oleh Allah Bapa kita, apalagi kita sebagai
anak-anak-Nya yang mengasihi Dia dan yang hidup menurut kebenaran-Nya?
Di dalam keadaan yang serba sulit seperti sekarang ini, di mana kehidupan
semakin keras, di mana peluh membasahi sekujur tubuh banyak orang, hanya
mereka yang hidup dengan kebenaran-Nya akan tetap tinggal duduk dengan
tenang.
 >
"Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu
akan ditambahkan kepadamu." Saya senang dengan kata "dahulu." Kata ini di
dalam KJV ditulis "first" yang artinya "yang pertama, yang terutama." Tidak
ada yang lebih tinggi dari "first." Di dalam perlombaan juara pertama adalah
juara yang paling tinggi. "Seek ye first the Kingdom of God." "Carilah, yang
pertama dan terutama, Kerajaan Allah." Sebuah prinsip yang indah sekali di
dalam Kerajaan Allah. Jika kita menempatkan Kerajaan Allah sebagai yang
utama, terutama, pertama, top priority di dalam hidup kita dan hidup menurut
kebenaran-Nya, maka kita akan menerima berkat-berkat jasmani sambil duduk,
tanpa berpeluh lagi. Haleluyah!
(Bersambung)
 >