Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs C3I
Teman Hidup yang Dikenan Allah II
Sekarang, siapa yang akan kita pilih untuk menjadi kekasih kita? Yang kita cari adalah teman hidup, kawan seperjalanan sepanjang dalam meniti kehidupan, bukan pemanis hidup. Pribadi yang tepat, bukan sekadar pribadi yang dapat membuat hidup kita ceria, manis dan indah. Pribadi yang tepat adalah pribadi yang dapat menjadi pendamping dalam menghadapi tantangan hidup dan membawa kita menemukan serta berani melaksanakan kehendak Allah. Ada beberapa hal yang dapat menolong kita untuk mengetahui apakah "si dia" pilihan Allah atau bukan.
Yang terutama adalah: orang Kristen hanya dapat menikah dengan orang Kristen lainnya (2 Korintus 6:14-16). Larangan ini diberikan Allah karena Allah mengasihi anak-anak-Nya dan tidak ingin anak-anak-Nya menderita. Menikah untuk menginjili seseorang dan memenangkan jiwanya pada dasarnya merupakan alasan yang dicari-cari. Dalam Alkitab kita tidak pernah diperintahkan untuk memenangkan seseorang dengan cara menikahinya. Sebaliknya, kita diperintahkan untuk tidak menikahinya (Nehemia 13:26-27; Keluaran 34:16; Ulangan 7:3; 1 Korintus 7:9, 2 Korintus 6:1415). Karakter atau budi pekerti lebih penting daripada daya tarik fisik. Dengan kata lain, isi lebih penting daripada bungkusnya. Amsal 31:10-31 menunjukkan hal ini.
Tentukan kepribadian dan karakter orang yang kita harapkan dalam doa dan pergumulan yang sungguh-sungguh. Mencari kehendak Allah dimulai saat kita menentukan hal ini. Mintalah supaya keinginan Allah yang menjadi keinginan kita. Doakan terus-menerus. Akan sangat membantu bila kita menuliskan karakter dan kepribadian itu di atas secarik kertas dan menyimpannya di tempat yang mudah kita jangkau setiap kita memerlukannya, misalnya dalam Alkitab
.Lihatlah beberapa kemungkinan, jangan tergesa menentukan pilihan hanya dari pada satu orang. Pakailah akal budi yang Allah berikan. Perhatikan apakah ia sepadan dengan kita ditinjau dari segi penyerahan dirinya kepada Allah, kedewasaan iman, segi emosional, intelektual, usia, pendidikan, latar belakang keluarga, dan visi hidup. Adakah kesamaan minat, bakat dan sifat sehingga dapat saling mengisi dan mendukung? Mintalah nasihat dari orang-orang Kristen lainnya yang memiliki kedewasaan rohani.
Selain itu, perlu juga diungkapkan di sini bahwa berpacaran bukanlah kesempatan untuk menikmati seks. Kita akan rugi besar karena kenikmatan-kenikmatan sesaat akan mengaburkan mata dan pikiran kita dalam menjatuhkan keputusan pada pilihan yang tepat. Seks memang indah, tetapi porsi seks letaknya setelah kita menikah. Ingat, sesuatu yang indah akan menjadi lebih indah bila pada waktunya.