Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs C3I

Jika Kita Selingkuh

Edisi C3I: e-Konsel 112 - Kesetiaan dalam Pernikahan

Perselingkuhan mungkin bukan lagi berita asing di telinga kita. Sudah banyak pernikahan yang hancur karena salah satu pasangannya tidak berhasil dalam mengatasi godaan ini. Apa yang bisa dilakukan jika perselingkuhan sudah terlanjur terjadi? Simak ringkasan perbincangan dengan Pdt. Paul Gunadi, Ph.D berikut ini!

T: Ada orang-orang yang terjerumus di dalam perselingkuhan tetapi tidak menyadari bahwa itu adalah sesuatu yang salah. Apa yang bisa dia lakukan ketika dia sadar bahwa perbuatannya itu keliru?

PERTAMA, JANGAN MENIPU DIRI SENDIRI dan berkata: "Ah ... ini hanya persahabatan." Ini adalah salah satu ungkapan yang sering dikatakan oleh orang yang berselingkuh atau memulai sebuah relasi di luar nikah dengan orang lain. Perselingkuhan berawal dari persahabatan dan berlangsung dalam kedok persahabatan untuk melanggengkannya.

T: Yang sering kali terjadi awalnya adalah curhat, rasanya ada orang yang mendengarkan dan mengerti, kemudian itu menjadi pintu masuk. Benarkah demikian?

J: Sering kali memang begitu. Sudah tentu biasanya adalah dari persahabatan, akhirnya makin banyak hal-hal pribadi yang diceritakan, termasuk problem-problem rumah tangga. Dan yang satunya itu sudah tentu menjadi pendengar yang baik, yang sungguh-sungguh mengerti penderitaan orang ini sehingga makin hari makin dekat. Jadi, kita mesti berhati-hati, jangan sembarangan menjalin persahabatan dengan lawan jenis.

T: Apa poin yang kedua?

J: KEDUA, JANGAN BERSANDAR PADA KEMAUAN KERAS KITA DAN BERKATA BAHWA JIKA INGIN MENGAKHIRINYA, PASTI BISA. Ini juga salah satu bentuk penipuan terhadap diri sendiri. Seolah-olah kita masih bisa menguasai keadaan, mengendalikan perasaan kita. Tidak demikian, begitu kita terjerumus ke dalam kancah perselingkuhan, susah sekali keluar. Meskipun mau keluar tetap tidak bisa, karena kita sendiri ingin menikmati relasi itu. Jadi, untuk melawan atau menyangkal diri sendiri sangatlah susah.

T: Masalahnya, kadang-kadang ada orang yang menganggap hubungan itu bukan sebagai perselingkuhan tapi hanya selingan. Bagaimana jika demikian?

J: Ini adalah salah satu bentuk penipuan diri sendiri juga. Dan ini membawa kita ke poin KETIGA, yaitu JANGAN MEMBERI NAMA LAIN UNTUK MENGURANGI MAKNA PELANGGARAN ITU. Jangan memberi nama lain untuk suatu dosa yang serius di mata Tuhan. Ini perbuatan yang menghancurkan pernikahan, menghancurkan bukan hanya satu orang, yaitu istri atau suami kita saja, tapi juga anak-anak kita. Anak-anak bertumbuh besar dan dalam benaknya selalu mengingat bahwa ayah atau ibu itu berselingkuh, tidur dengan perempuan atau laki-laki lain, berzinah dengan orang lain dan sampai tua pun dia akan selalu mengingat bahwa orang tuanya itu pernah berzinah. Itu ingatan yang menghancurkan diri orang, jadi jangan menganggap ringan. Dan kalau kita masih ada keluarga dekat, mereka pun turut hancur oleh perbuatan kita.

T: Bagaimana jika yang terlibat tidak merasa bahwa hubungan itu adalah perselingkuhan dan ketika orang di sekelilingnya mengamati mereka serta menegur, mereka berkata bahwa ini hanya persahabatan?

J: Ini membawa kita ke poin yang KEEMPAT, yaitu JANGAN BERSANDAR PADA PERASAAN MELAINKAN PADA KEBENARAN. Ini memang sering kita lakukan. Kita tidak merasa apa-apa, orang sudah melihatnya, kita tetap saja seolah-olah melangsungkan relasi ini tanpa rasa bersalah dan seolah-olah orang pun tidak melihat hal itu. Faktanya adalah perasaan cenderung membenarkan perbuatan sebab selingkuh memang membuat kita merasa lebih hidup, lebih senang, lebih terpenuhi. Perasaan kita yang tadinya gundah gulana, kacau, sekarang tiba-tiba tenang. Tadinya tidak mengharapkan hari esok sekarang mengharapkan hari esok, esoknya, dan esoknya lagi. Mengapa? Sebab perasaan kita makin membaik, makin enak. Namun, jangan bersandar pada perasaan, jangan mengambil keputusan atas dasar perasaan, tapi atas dasar kebenaran. Dan kebenaran adalah firman Tuhan; firman Tuhan berkata ini perzinahan, meskipun rasanya enak, rasanya benar tetapi tetap salah. Jadi, lakukan apa yang benar, jangan hanya yang terasa benar; dan itu firman Tuhan, yaitu perselingkuhan adalah dosa.

T: Biasanya orang juga beralasan, karena curhat kemudian kita merasa kasihan, jadi kita itu sebenarnya mengasihi sesama.

J: Betul, sering kali ini yang dikeluhkan oleh orang yang menjadi korban selingkuh, yang biasanya adalah istri. Maka ini nasihat yang KELIMA, JANGAN MENGASIHI DIRI ATAU REKAN SELINGKUH, justru kasihilah pasangan dan anak kita. Merekalah yang terluka, merekalah yang sekarang benar-benar perlu perhatian kita.

T: Bagaimana jika mereka merasa sulit mengasihi pasangan karena pasangan itulah penyebab mereka berselingkuh?

J: Ini adalah salah satu alasan klasik. Maka poin KEENAM yaitu JANGAN MENYALAHKAN ORANG LAIN ATAU PASANGAN SEBAGAI PENYEBAB SELINGKUH. Ini tidak berarti bahwa relasi yang buruk itu tidak bersumbangsih terhadap kemungkinan atau kerentanan kita berselingkuh, sudah tentu bersumbangsih. Tetapi keputusan selingkuh merupakan keputusan pribadi. Tidak ada orang yang mendorong kita sehingga masuk ke kolam selingkuh. Kitalah yang memutuskan terjun ke kolam selingkuh, dan untuk keputusan itu kita harus memikul tanggung jawab. Kecenderungan kita adalah menyalahkan orang lain. Orang lain mungkin salah, pasangan kita mungkin salah, dan ini memang memberikan sumbangsih, tapi tetap keputusan itu keputusan pribadi dan itu yang harus kita pikul.

T: Bagaimana dengan yang memberikan alasan, dulu salah pilih dan sekarang ini baru pilihan yang tepat?

J: Kadang-kadang itu betul, kita memang salah pilih. Namun, resep terhadap salah pilih adalah sesuaikan. Bekerja keraslah untuk bisa saling cocok, untuk bisa menyelamatkan pernikahan yang kita akui salah pilih. Usahakan sedapatnya untuk membereskan masalah. Nasihat KETUJUH adalah BERSABARLAH UNTUK MEMBANGUN ULANG RELASI DENGAN PASANGAN. Sewaktu hendak putus hubungan dengan rekan selingkuh, kita mesti mempunyai kesadaran bahwa putusnya hubungan dengan rekan selingkuh tidak berarti secara otomatis akan membuat pernikahan membaik. Ada orang yang mengharapkan itu dengan otomatis, dengan segera, cepat. Tidak demikian. Itu adalah dua hal yang terpisah. Relasi selingkuh putus, tapi masalah dalam pernikahan tetap ada dan harus kita bereskan. Dan ini akan memakan waktu dan kerja keras. Ada orang yang seolah- olah beranggapan bahwa dengan memutuskan hubungan relasi selingkuh berarti harus ada imbalannya, yaitu pasangan harus baik dan pengertian. Kalau tidak, buat apa memutus hubungan dengan relasi selingkuh jika tetap harus mencucurkan keringat membereskan masalah pernikahan ini.

T: Ada kasus seorang suami yang berselingkuh dan kemudian mengakui perbuatannya kepada istri, jadi rencananya mau mengadakan pemulihan. Tapi setelah melihat suaminya berani berbesar hati untuk mengaku, istri pun akhirnya mengakui kalau dia juga pernah mengkhianati suami. Jadi pihak suaminya itu merasa seolah-olah pengakuannya sia-sia karena sudah ditipu juga. Apakah ini prosesnya lebih sulit lagi?

J: Memang akan lebih rumit, kedua orang yang pernah berselingkuh ini justru tidak memudahkan proses pemulihan tapi seringkali lebih memperumit. Ada orang yang beranggapan karena pernah ditipu, dikhianati, maka sekarang mau balas mengkhianati. Dengan dia membalas justru makin memperparah masalah dan lebih berat lagi. Tapi pengakuan dosa ini memang penting. Ini membawa kita pada poin berikutnya, yaitu poin KEDELAPAN, ambillah langkah pertama jika kita berselingkuh, yaitu MENGAKU DOSA KEPADA PASANGAN, JANGAN BERSEMBUNYI ATAU MENYANGKAL. Hidup dalam kebohongan berujung pada kehancuran, tinggal tunggu waktu untuk hancur. Jadi, kita mesti membuang jauh-jauh kebohongan itu dengan mengakui dosa kita kepada pasangan kita.

T: Bagaimana jika orang itu merasa bersalah terus, karena tidak bisa mengampuni dirinya sendiri yang telah berselingkuh?

J: Itu bisa saja terjadi. Oleh sebab itu, dia harus belajar mengampuni sebab dia tahu Tuhan sudah mengampuni. Ini berkaitan dengan poin KESEMBILAN, yaitu MINTALAH MAAF BUKAN SEKALI MELAINKAN BERULANG KALI sebab tidak cukup sekali kita meminta ampun kepada pasangan. Mengapa hal ini harus dilakukan? Karena luka yang ditimbulkan akibat perselingkuhan terlalu dalam, jadi untuk sembuh perlu minta maaf yang disampaikan berulang kali dan dilakukan dengan tulus. Jangan sampai kita minta maaf tapi dengan nada marah seolah-olah kita lebih galak dari orang yang kita lukai. Itu tidak bisa tidak akan membuat pasangan kita beranggapan bahwa kita tidak sungguh-sungguh menyesali perbuatan kita.

T: Bagaimana jika relasi pernikahan itu sudah begitu buruknya sehingga terjadi perselingkuhan?

J: Dalam semua kasus perselingkuhan nasihat KESEPULUH ini harus dicamkan baik- baik, apapun alasannya, yaitu BERHENTILAH SELINGKUH DEMI TUHAN BUKAN DEMI ORANG LAIN. Orang bisa berkata relasi nikahnya sudah hambar, tidak ada lagi kasih, dia tidak lagi seperti pasangan saya, dia seperti teman biasa saja, atau alasan lainnya. Mungkin sekali alasan-alasan itu benar, ada dasarnya, namun ingat Tuhan. Meskipun pasangan kita tidak tahu tetapi Tuhan tahu dan kita telah berdosa kepada Tuhan. Ibrani 10:26, "Sebab jika kita sengaja berbuat dosa, sesudah memperoleh pengetahuan tentang kebenaran, maka tidak ada lagi korban untuk menghapus dosa itu." Jadi, firman Tuhan tegas sekali dalam hal dosa; firman Tuhan tidak kompromi. Jangan sengaja berbuat dosa, tidak ada lagi korban untuk menghapus dosa itu. Kalau sudah tahu salah, sudah tahu dosa jangan lakukan. Tuhan tidak suka. Meskipun kita kehilangan alasan untuk berhenti, hanya satu alasan yang tertinggal, yaitu demi Tuhan jangan berdosa kepada Tuhan.

Sumber
Halaman: 
--
Judul Artikel: 
TELAGA - Kaset T170B
Penerbit: 
--

Komentar