Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs C3I
Berubah Oleh Pembaruan Budi
Setiap orang Kristen pasti pernah bergumul dengan dosa yang ada pada dirinya. Kita tahu tidak seharusnya kita berdosa, tetapi kita tetap melakukan perbuatan yang sama. Ada yang terus bergumul dengan emosi marah; tidak mau marah tetapi toh tetap marah. Ada yang bergumul dengan dosa berbohong; kita tahu itu salah, tetapi tetap saja kita mengulanginya. Ada yang bergumul dengan dosa seksual; kita ingin lepas, tetapi terus saja melakukannya. Kita merana dan ingin bebas, tetapi masih terbelenggu oleh dosa yang sama. Kadang kita bertanya-tanya, di manakah kebenaran ayat yang berbunyi, "Jadi siapa yang ada dalam Kristus, dia adalah ciptaan baru; yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang" (2Kor. 5:17). Apakah artinya ayat ini?
Roma 12:2 berkata, "Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna." Efesus 4:23-24, "supaya kamu dibaharui dalam roh dan pikiranmu dan mengenakan manusia baru yang telah diciptakan menurut kehendak Allah dalam kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya." Kata "budi" dalam Roma pasal 12 berarti pikiran; jadi, dari dua ayat ini dapat kita simpulkan bahwa perubahan mesti terjadi pertama-tama pada pemikiran. Dengan kata lain, manusia baru dalam Kristus adalah manusia yang berpikir seperti Kristus.
Bagian berikutnya dalam pertumbuhan rohani setelah, "berpikir seperti Kristus" adalah "berbuat seperti Kristus." Inilah bagian tersulit karena meski kita tahu apa yang baik dan seharusnya tetapi tidak selalu kita melakukannya. Paulus membagikan pergumulannya ini di Roma 7:21-23, "Demikianlah aku dapati hukum ini: jika aku menghendaki berbuat apa yang baik, yang jahat itu ada padaku. Sebab dalam batinku aku suka akan hukum Allah tetapi dalam anggota-anggota tubuhku aku melihat hukum lain yang berjuang melawan akal budiku dan membuat aku menjadi tawanan hukum dosa yang ada dalam anggota-anggota tubuhku." Sebagai contoh, kita tahu bahwa mengkhianati pasangan itu salah, tetapi tetap kita melakukannya. Mengapakah demikian?
Pada dasarnya pikiran dan perbuatan yang berdosa telah menjadi bagian hidup dan kepribadian kita. Pikiran dan perbuatan yang berdosa merupakan sarana untuk mendapatkan yang kita inginkan. Setelah kita mengenal Kristus, kita mesti menanggalkan pikiran dan perbuatan yang berdosa itu dan sebaliknya, mengandalkan Kristus untuk mendapatkan yang kita inginkan itu.
Kita perlu menyeimbangkan kedua hal ini: di satu pihak kita adalah manusia baru dengan pemikiran yang baru, tetapi di pihak lain kita adalah manusia lama yang dalam proses pembaruan. Pertumbuhan yang sehat menuntut kesadaran akan keduanya.
Pada akhirnya untuk bertumbuh dituntut usaha untuk melawan manusia lama. Kendati tidak mudah, kita harus melawannya. Roma 6:12 berkata, "Sebab itu hendaklah dosa jangan berkuasa lagi dalam tubuhmu yang fana supaya kamu jangan lagi menuruti keinginannya."
Diambil dan disunting seperlunya dari: | ||
Nama situs | : | TELAGA.org |
Alamat situs | : | http://www.telaga.org/ |
Judul transkrip | : | Manusia Baru (TELAGA No. T215A) |
Penulis artikel | : | Pdt. Dr. Paul Gunadi |
Sumber: e-Konsel 225 |