Kepahitan hati adalah hasil dari kebencian yang mendalam, ditandai oleh sikap sinis dan sakit hati. Kebencian adalah ketidaksenangan, kejengkelan dan sakit hati sebagai reaksi karena merasa dihina atau disakiti, entah sungguh terjadi, atau sangkaan atau tak disengaja. Keduanya sering muncul bersama dan merupakan akibat rasa marah yang tak terselesaikan.
"Alkitab tidak melarang kita merasa tidak senang, namun memberi dua pembatas. Pertama, marah harus bebas dari kepahitan hati, dendam dan benci. Kedua, menguji diri tiap hari agar diri anda tidak dikuasai oleh rasa dengki. Sebuah pepatah Latin berkata: "Orang yang tidur menyimpan rasa marah, tidur dengan iblis." Tentu hidup kita banyak gangguan. Hal-hal itu dapat dimanfaatkan Iblis untuk membangkitkan nafsu jahat kita."Selesai
Berdasarkan pengalaman para pembimbing profesional, sebagian kasus yang dilayani ialah marah, pahit hati dan benci. Perasaan-perasaan terpendam memakan habis diri orang, sampai emosinya lumpuh dan tubuhnya sakit. Daya berfungsinya terganggu, kegunaannya merosot. Mereka sering sukar tidur, dan hubungan-hubungannya di dalam dan di luar keluarga, terkikis. Sebagian orang sedemikian dikuasai oleh keinginan membalas, sampai membunuh orang. Orang yang menyimpan endapan rasa marah tak terselesaikan, bukan orang yang sehat.
Kisah klasik tentang gejala balas dendam ini terdapat dalam kisah Kain dan
Habil (
Banyak kali orang akan mengungkapkan masalah ini, karena ingin memperoleh simpati dan dorongan untuk melampiaskan yang dirasakannya. Mereka akan menceritakan betapa mereka disalah mengerti, difitnah, diperlakukan salah, tanpa menyadari hakekat dosa di balik kelakuan mereka sendiri. Sementara kisah itu diungkapkannya dan anda menemukan adanya kepahitan dan kebencian, perlakukan itu sebagai dosa.
Firman Tuhan berkata, "Tetapi sekarang, buanglah semuanya ini, yaitu
marah, geram, kejahatan, fitnah dan kata-kata kotor yang keluar dari
mulutmu." (
Tidak perlu membuka masalah secara publik, tetapi Yesus berkata,
"pergilah berdamai dulu dengan saudaramu." (
"Ketika Ia dicaci maki, Ia tidak membalas dengan mencaci maki; ketika Ia
menderita, Ia tidak mengancam, tetapi Ia menyerahkan-Nya kepada
Dia, yang menghakimi dengan adil." (
"Karena jikalau kamu mengampuni kesalahan orang, Bapamu yang di surga akan
mengampuni kamu juga. Tetapi jikalau kamu tidak mengampuni orang, Bapamu
juga tidak akan mengampuni kesalahanmu."
(
"Berkatilah siapa yang menganiaya kamu, berkatilah dan jangan mengutuk!
Bersukacitalah dengan orang yang bersukacita, dan menangislah dengan orang
yang menangis! Hendaklah kamu sehati sepikir dalam hidupmu bersama;
janganlah kamu memikirkan perkara-perkara yang tinggi, tetapi arahkanlah
dirimu kepada perkara-perkara yang sederhana. Janganlah menganggap dirimu
pandai! Janganlah membalas kejahatan dengan kejahatan; lakukanlah apa yang
baik bagi semua orang! Sedapat-dapatnya, kalau hal itu bergantung padamu,
hiduplah dalam perdamaian dengan semua orang! Saudara-saudaraku yang
kekasih, janganlah kamu sendiri menuntut pembalasan, tetapi berilah tempat
kepada murka Allah, sebab ada tertulis: Pembalasan itu adalah hak-Ku.
Akulah yang akan menuntut pembalasan, firman Tuhan." (
"Berusahalah hidup damai dengan semua orang dan kejarlah kekudusan, sebab
tanpa kekudusan tidak seorang pun akan melihat Tuhan. Jagalah supaya
jangan ada seorang pun menjauhkan diri dari kasih karunia Allah, agar
jangan tumbuh akar yang pahit yang menimbulkan kerusuhan dan yang
mencemarkan banyak orang." (