Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs C3I
Doa: Dasar Konseling Kristen
Edisi C3I: e-Konsel 219 - Berdoa Dengan Konseli
Sebelum memberikan konseling, seorang konselor harus banyak berdoa untuk diri sendiri dan konselinya. Tindakan berdoa untuk konseli bisa muncul secara alamiah setelah membaca catatan arsip saat mempersiapkan sesi selanjutnya. Doa semacam itu -- yang disertai dengan penggambaran masalah konseli dan kemungkinan solusi yang bisa diambil dari Kitab Suci -- dapat menjadi cara yang paling tepat. Apabila doa tumbuh dari suatu pemikiran yang intelejen, isi dan semangatnya pun akan semakin besar. Allah seringSebelum memberikan konseling, seorang konselor harus banyak berdoa untuk diri sendiri dan konselinya. Tindakan berdoa untuk konseli bisa muncul secara alamiah setelah membaca catatan arsip saat mempersiapkan sesi selanjutnya. Doa semacam itu -- yang disertai dengan penggambaran masalah konseli dan kemungkinan solusi yang bisa diambil dari Kitab Suci -- dapat menjadi cara yang paling tepat. Apabila doa tumbuh dari suatu pemikiran yang intelejen, isi dan semangatnya pun akan semakin besar. Allah sering kali menggunakan doa yang semacam itu untuk membantu konselor agar dapat mengembangkan rencana-rencana yang berbuah untuk sesi selanjutnya.
Seorang murid saya menulis: Kami memerhatikan dalam Yakobus 5:16 bahwa doa orang benarlah yang sangat bermanfaat bagi anggota (jemaat) yang berdosa.
Yakobus di sini menandaskan bahwa doa merupakan salah satu faktor yang paling menentukan dalam situasi konseling di ayat tersebut. Jadi, sudah jelas bahwa doa dalam sesi konseling bukanlah sesuatu yang dianggap tabu. Seperti yang diungkapkan oleh Yakobus, doa itu sendiri merupakan elemen penting dalam proses konseling. Dalam kenyataannya, untuk situasi yang umum, doa harus selalu ditawarkan _paling tidak_ di akhir sesi. Pada kesempatan lain, doa _pada saat_ sesi berlangsung mungkin lebih cocok. Doa dalam situasi itu bisa jadi merupakan kelanjutan yang alamiah dari sebuah keputusan atau komitmen yang diambil. Doa tersebut bisa jadi merupakan sebuah seruan permohonan pengampunan yang dilakukan konseli karena firman Tuhan yang disampaikan melahirkan pengakuan dosa dan pertobatan.
Walaupun demikian, ada hal yang perlu diperhatikan. Konselor harus peka kapan ketika Roh Kudus menggerakkan konseli untuk berdoa, atau sebaliknya keinginan konselorlah yang dipaksakan kepada konseli. Dalam hal ini seharusnya tidak ada paksaan atau tekanan. Jangan ragu-ragu untuk memberi kesempatan bagi seseorang untuk berdoa jika Roh Kudus meyakinkan Anda melalui Firman-Nya. Doa seorang konselor (ketika digerakkan oleh Roh Kudus) akan menuntunnya untuk mendapatkan hikmat rohani.
Doa di setiap akhir sesi konseling cenderung diterima sebagai hal yang tidak terlalu kaku dan formal daripada doa di awal sesi, mungkin karena doa akhir sesi dilakukan dengan memfokuskan pada hal-hal penting yang telah dibahas selama satu jam sebelumnya. Saat awal konseling, konseli biasanya begitu bersemangat, marah, atau jengkel sampai-sampai tidak bisa berdoa dengan baik. Tetapi, malahan dalam beberapa kasus tertentu doa di awal sesi merupakan satu-satunya jawaban. Sebagai contoh, jika konseli masuk dengan mengatakan hal-hal seperti: "Saya sangat jengkel (marah, dsb.) sehingga saya tidak tahu harus bicara apa ...," konselor dapat menjawab: "Baiklah. Tidak perlu katakan apa pun dahulu pada saya. Mari lebih dahulu kita katakan hal ini kepada Allah. Pertama-tama, mintalah agar Allah mengambil kepahitan (atau apa saja) dari hati Anda supaya kita bisa mengatasi masalah utama yang sulit sekali untuk Anda ungkapkan."
Doa Sebagai Resep
Doa bisa saja disarankan untuk dilakukan di rumah. Konselor tidak hanya perlu menyarankan doa yang rutin kepada para konselinya, tetapi konselor juga dapat memberikan doa sebagai resep spesifik sebagai bagian dari solusi untuk mengatasi masalah yang dihadapi. Contohnya, ketika membicarakan masalah kehilangan harapan mungkin diskusi akan mengarah pada Lukas 18:1. Di sana dikatakan bahwa Yesus menganjurkan doa sebagai jawaban masalah. Dengan demikian si konseli dapat diberitahu bahwa sebagai bagian dari solusi ketika ia mulai putus asa, maka ia dapat berdoa seperti yang Yesus katakan.
Setidaknya ada dua hal yang berhubungan dengan penyalahgunaan doa yang harus dihindari dalam konseling:
- Hanya bergantung pada doa, bahkan ketika firman Tuhan secara spesifik menuntut suatu tindakan aktif;
- Mengubah doa menjadi sesi untuk mengasihani diri sendiri.
Biasa jika konseli ditanya, "Apa yang sudah Anda lakukan dengan hal ini?" maka ia menjawab dengan satu kata: "Berdoa". Konselor perlu menekankan bahwa jawaban dari Alkitab bukan demikian. Alkitab berkata "ora et labora", berdoa dan bekerja.
Konselor dapat melakukannya dengan cara berikut:
"Anda tidak berdoa 'Berikanlah saya pada hari ini makanan saya yang secukupnya' kemudian duduk kembali dan menanti makanan itu turun dari langit dengan parasut, bukan?"
"Tidak."
"Lalu apa yang Anda lakukan?"
"Saya akan mengusahakannya."
"Kenapa?"
"Karena Kitab Suci mengatakan jika kamu ingin makan kamu harus bekerja." (2 Tesalonika 3:10b)
"Benar! Allah biasanya akan menjawab doa Anda dengan memberikan kesehatan, kekuatan, dan kesempatan untuk bekerja kepada Anda; bukan dengan cara yang lain. Sekarang, persoalan yang Anda sampaikan mungkin tidak dapat dipecahkan kecuali dengan berdoa. Kita harus melihat dalam Alkitab untuk mengerti apa yang Allah katakan tentang apa yang harus Anda lakukan dengan masalah Anda." (t/Setya)
Diterjemahkan dan disunting dari: | ||
Judul Artikel | : | Prayer: The Base for Christian Counselor |
Judul Buku | : | The Christian Counselor's Manual |
Pengarang | : | Jay E. Adams |
Penerbit | : | Presbyterian and Reformed Publishing Company |
Kota | : | New Jersey |
Tahun | : | 1973 |
Halaman | : | 49 -- 51 |