Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs C3I

Memilih Kata-kata Pengampunan

Tidak ada panggilan Kristus yang lebih sulit daripada panggilan untuk mengampuni orang lain, sebagaimana Dia telah mengampuni kita. Paulus mengatakan, "Tetapi hendaklah kamu ramah seorang terhadap yang lain, penuh kasih mesra dan saling mengampuni, sebagaimana Allah di dalam Kristus telah mengampuni kamu.

Sebab itu jadilah penurut-penurut Allah, seperti anak-anak yang kekasih dan hiduplah di dalam kasih, sebagaimana Kristus Yesus juga telah mengasihi kamu dan telah menyerahkan diri-Nya untuk kita sebagai persembahan dan korban yang harum bagi Allah." (Efesus 4:32-5:2)

Kata-kata pengampunan melibatkan beberapa hal:

  1. Sambut dosa orang lain dengan pengampunan yudisial.
  2. Pengampunan yudisial adalah satu langkah persiapan hati. Saya berjanji kepada Allah untuk membebaskan pelanggaran yang dilakukan orang itu terhadap diri saya dan memercayakan dia kepada karya Allah yang menyatakan kesalahan dan adil. Petrus mengatakan tentang Kristus, "Ketika Ia dicaci maki, Ia tidak membalas dengan mencaci maki; ketika Ia menderita, Ia tidak mengancam, tetapi Ia menyerahkannya kepada Dia, yang menghakimi dengan adil." (1 Petrus 2:23) Kristus tidak membalas (baik dengan atau tanpa kata-kata) karena Dia memiliki kepercayaan yang hidup dan praktis pada Bapa. Ini mengajarkan kepada saya bahwa mengampuni orang yang berdosa terhadap saya selalu adalah buah iman di dalam Allah. Iman kepada Allah menggerakkan hati saya dari pikiran membalas kepada pikiran berdamai, dari rencana penghakiman kepada tujuan kasih. Semuanya ini mempersiapkan saya kepada langkah pengampunan yang berikut.

  3. Sambut dosa orang lain dengan pengampunan relasional.
  4. Pengampunan relasional berbeda dengan pengampunan yudisial dalam hal pengampunan relasional tidak dapat ditawarkan sebelum yang bersangkutan memintanya. Persoalan pada kebanyakan dari kita adalah karena kita belum membereskan masalah hati dari pengampunan yudisial, kita sama sekali belum siap untuk menawarkan pengampunan relasional ketika seseorang memintanya. Kita masih marah dan menyimpan pemikiran untuk membalas. Kita belum dapat mengampuni orang yang menurut kita perlu dihukum.

    Betapa pentingnya kedua aspek pengampunan ini di dalam kehidupan Kristen! Orang berdosa akan berada di sekeliling kita sampai kita meninggalkan dunia ini. Jarang ada satu hari di mana kita tidak mengalami dosa orang lain dengan cara tertentu. Dari luka daging akibat kecerobohan orang lain sampai luka tikaman yang dalam akibat pelecehan yang mengerikan, orang berdosa berbuat dosa satu sama lain. Tetapi ada hal lain yang juga benar. Orang berdosa cenderung menanggapi perbuatan dosa orang lain itu dengan cara yang berdosa. Inilah sebabnya, mengapa pengampunan begitu penting. Pengampunan bukan hanya untuk orang lain, tetapi juga demi kebaikan kita. Kalau tidak, hati kita akan dikendalikan oleh kemarahan, kegetiran, dan pembalasan, sehingga memberikan kesempatan kepada Iblis untuk melakukan perbuatan jahatnya.

    Alkitab jelas mengatakan bahwa tidak ada artinya untuk bersukacita di dalam pengampunan yang begitu ajaib yang kita terima di dalam Kristus, jika kita menolak untuk mengampuni orang lain (lihat Matius 18:21-35). Alkitab juga jelas mengatakan bahwa berkomitmen untuk mengampuni artinya memunyai kerelaan untuk mengampuni berulang kali - bahkan mungkin beberapa kali dalam sehari kepada orang yang sama (lihat Lukas 17:1-6)! Terakhir, firman Allah menekankan bahwa pengampunan tidak boleh dianggap remeh, sebaliknya kita harus mengucapkan kata-kata pengampunan yang tidak menimbulkan salah paham kepada satu sama lain. Model pengampunan kita adalah Tuhan, yang tidak berasumsi bahwa kita akan memahami bahwa Dia telah mengampuni kita. Dia mengumumkannya berulang kali di dalam firman-Nya. Pengampunan relasional selalu berarti mengucapkan kata-kata pengampunan kepada lawan kita.

    Tidak terlalu berguna untuk mengatakan, "Tidak apa-apa" atau "Tidak ada masalah" kepada orang yang telah ditunjukkan dosanya oleh Roh Kudus dan datang meminta pengampunan. Tuhan telah meyakinkan orang itu bahwa apa yang dia lakukan bukan tidak apa-apa. Dia membutuhkan anugerah pengampunan dari Anda untuk mendamaikan hatinya. Dalam keadaan ini, kita perlu mengatakan, "Saya mengampuni Anda dan saya telah berkomitmen untuk tidak akan mengungkit masalah ini kepada diri saya, kepada Anda atau orang lain." Kata-kata ini melakukan dua hal: memblokir pekerjaan musuh dan meningkatkan karya pengudusan dan pendamaian yang telah dimulai Roh Kudus.

    Kegagalan kita untuk mengucapkan kata-kata pengampunan yang jelas kepada seseorang yang telah bersalah kepada kita mungkin adalah cara yang paling sering menghambat karya Roh dan memberikan kesempatan kepada Iblis. kata-kata pengampunan melakukan lebih daripada sekadar menyembuhkan hubungan manusia; mereka meningkatkan karya Allah dalam menjadikan kita serupa dengan Kristus.

  5. Sambut dosa orang lain dengan kata-kata berkat.
  6. Mengampuni bukan berarti bahwa saya rela untuk sekali lagi menoleransi kehadiran Anda di dalam kehidupan saya. Pengampunan bersifat aktif. Pengampunan menggantikan kebencian dengan kasih. Pengampunan menggantikan kejahatan dengan belas kasih, kegetiran dengan sukacita, keinginan untuk membalas dengan keinginan untuk memberkati. Ketika Tuhan mengampuni, Dia bukan hanya sekadar menoleransi kita untuk kembali bersekutu dengan-Nya. Tidak, Dia menghujani kita dengan berkat-Nya. Setiap pagi Dia memberikan rahmat-Nya yang baru kepada kita. Dia memenuhi piala kita sampai berlimpah! Kata-kata pengampunan yang sesungguhnya akan selalu menghasilkan kata-kata berkat.

    Di sini, sekali lagi, kita dipanggil untuk mengikuti contoh Tuhan. Allah bukan hanya menerima kita ke dalam keluarga-Nya, tetapi ketika Dia dengan penuh kasih berkarya di dalam dan melalui kita, Dia memotivasi kita dengan kata-kata berkat yang diucapkan dengan bebas dan penuh kasih. Dia memberkati kita dengan kata-kata yang mengelus jiwa kita ibarat obat di atas luka. Ketika orang lain bersalah kepada kita, kita perlu mencari kesempatan untuk mengucapkan kata-kata berkat kepada satu sama lain. Ini adalah kata-kata kasih, penghiburan, anugerah, kesabaran, kelembutan, dan kemurahan, kata-kata damai dan menguatkan. Kata-kata ini menuangkan air ke atas api kemarahan. Kata-kata ini dipakai Allah untuk menenangkan badai konflik. Kata-kata ini tunduk kepada panggilan-Nya untuk memberkati orang yang telah berlaku tidak baik terhadap kita, yang telah berlaku jahat terhadap kita (Lukas 6:27). Kata-kata ini mengakui bahwa kita mengalahkan kejahatan bukan dengan berperang dengan menuruti hawa nafsu dan keinginan sifat dosa, tetapi dengan kebaikan di dalam tindakan dan perkataan (Roma 12:9-21). Kata-kata ini membuat kita bertekuk lutut ketika kita mengakui sekali lagi bahwa hanya di dalam kekuatan Tuhan kita dapat berbicara seperti itu. Pikirkan berapa banyak kesempatan yang telah kita berikan kepada Iblis dengan menanggapi dosa orang lain dengan kekesalan, ketidaksabaran, tuduhan, dan ancaman. Tidak mengherankan kalau kita tidak siap untuk menanggapi dengan saleh ketika pelanggaran yang lebih serius dibawa ke hadapan kita!

Ini adalah keadaan Shirley dan Jim. Ketika Jim melakukan satu tindakan ketidaksetiaan seksual, Shirley melakukan apa saja yang dapat dia lakukan untuk melukai Jim. Dia menelepon setiap orang yang dapat dia pikirkan untuk merusak reputasinya. Dia mencoba merusak rasa hormat anak-anak mereka terhadap Jim. Mengapa Shirley bereaksi seperti itu? Mengapa dia tidak siap untuk mengatasi pelanggaran Jim dengan cara yang saleh? Dalam saat-saat krisis yang besar ini, Shirley hanya melakukan apa yang biasanya dia lakukan dengan pelanggaran kecil di dalam kehidupan sehari-hari. Dalam keadaan seperti ini, Shirley jarang menanggapi dengan kata-kata pengampuman dan berkat. Sebaliknya, dia mencari kata-kata yang paling melukai yang dapat dia katakan kepada Jim. Dia mencengkeram pelanggaran itu, dan dia menceritakan semua dosa-dosa Jim yang lebih "kecil" dengan siapa saja yang ada di situ.

Mungkin kita sedang berbicara tentang prinsip "Barang siapa setia dalam perkara kecil, ia setia juga dalam perkara besar." Pelanggaran kecil adalah pelatihan dari Allah bagi kita, agar kita dapat belajar mengatasi dosa dengan cara Tuhan. Dengan demikian, kita siap untuk melakukan dan mengatakan apa yang benar ketika suatu pelanggaran besar terjadi. Kata-kata kita akan meningkatkan karya Roh dan tidak memberikan kesempatan kepada Iblis untuk melakukan pekerjaannya yang licik dan merusak.

Diambil dari:

Judul asli buku : War of Words: Getting to the Heart of Your Communication Struggles
Judul buku terjemahan : Perang dengan Kata-Kata: Mengenali Inti Pergumulan dalam Komunikasi Anda
Judul bab : Memilih Kata-Kata Anda
Penulis : Paul David Tripp
Penerjemah : Peter Ivan Ho
Penerbit : Penerbit Momentum, Surabaya 2003
Halaman : 323 -- 328

Komentar