Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs C3I

Merdeka di dalam Kristus

Bacaan: Galatia 5:13-15

Rajawali sedang terbang

Dalam surat Galatia, Paulus mengajarkan tentang kemerdekaan Kristen. Para penganut Yudaisme beranggapan bahwa doktrin Paulus tentang kasih karunia sangat berbahaya karena doktrinnya menggantikan Hukum Taurat. Jika segala peraturan dan standar kita dihapuskan, jemaat Tuhan akan berantakan. Tentu tidak demikian! Anugerah Allah pasti memberikan tanggung jawab! Seseorang yang hidup dalam anugerah Allah seharusnya memiliki komitmen yang tinggi untuk lebih bertanggung jawab kepada Allah. Orang Kristen yang hidup dengan iman tak akan menjadi pemberontak.

Kata "merdeka" adalah kata yang indah untuk didengar. Merdeka adalah pengharapan bagi semua orang. Tak seorang pun yang rela diperbudak oleh orang lain. Semua ingin menikmati kemerdekaan karena setiap orang pasti merindukan kemerdekaan. Pertanyaannya, apakah benar orang yang hidup di negara merdeka dapat merasakan kemerdekaan yang sesungguhnya? Bagaimana sikap yang seharusnya diwujudkan sebagai seorang yang merdeka?

1. Hidup sebagai Hamba Kebenaran

Setelah dosa-dosa kita diampuni saat kita percaya kepada Yesus Kristus, ada kemungkinan kita jatuh ke dalam berbagai perbudakan lain. Jika tidak hati-hati, kita bisa diperbudak oleh berbagai ajaran tradisi dan filsafat manusia yang menyesatkan. Seperti jemaat Galatia, mereka berada dalam bahaya untuk dibawa kembali ke dalam perbudakan Hukum Taurat. Maka rasul Paulus dengan serius menasihati mereka untuk tidak membiarkan diri kembali diperbudak, sebaliknya mempertahankan kemerdekaan mereka dalam Kristus (Gal. 5:1). Mengapa? Orang Kristen adalah orang yang merdeka, sebab Yesus sudah mati di atas kayu salib. Dia telah mengalami pengampunan Allah dan sudah dibebaskan dari segala tuntutan dan ancaman Hukum Taurat. Hal ini bukan berarti bahwa seseorang dapat berbuat sesuka hatinya untuk memenuhi segala keinginannya sesuai kehendaknya sendiri. Tidak!

Demi kemerdekaan, Kristus telah membebaskan kita. Karena itu, berdirilah teguh dan jangan lagi mau dibebani dengan kuk perbudakan. (Galatia 5:1, AYT)


FacebookTwitterWhatsAppTelegram

Kemerdekaan orang Kristen bukanlah jalan untuk dapat berbuat dosa melainkan kebebasan karena anugerah Allah untuk tidak berbuat dosa. Kebebasan tanpa batas selalu mengakibatkan pelampiasan keinginan daging (bd. Gal. 5:15). Namun, Roh Kudus, Pribadi ilahi adalah mitra orang percaya yang memungkinkan kita untuk mengalahkan keinginan daging. Oleh karena itu, betapa perlunya hidup kita dikontrol atau dipimpin oleh Roh Kudus (Gal. 5:16-26).

John Newton, penulis lagu Amazing Grace, memiliki pengalaman hidup yang kelam sebagai seorang penjual budak, tetapi dia tidak menyadari bahwa dia sendiri sebenarnya budak yang lebih menyedihkan. Dia memperbudak sesamanya, tetapi dia sendiri adalah budak dosa. Ketika dia berjumpa dengan Kristus, dia sangat mengucap syukur kepada Tuhan yang telah memerdekakannya dari perbudakan dosa. Lantas, dia menjadi hamba Tuhan.

2. Hidup dalam Kasih

Orang Kristen seharusnya memiliki jiwa seorang pelayan. Ungkapan layanilah memiliki arti melayani sebagai seorang budak. Hal ini dapat kita lakukan bila kita hidup dalam kasih. Pada umumnya, ada banyak motivasi seseorang untuk melakukan sesuatu kepada orang lain, dan bahkan cenderung untuk memanipulasi kasih. Karena ada maunya maka dia melakukan itu. Ungkapan kasih di sini berarti tanpa pamrih atau rela berkorban. Ingat kasih Yesus yang sudah dinyatakan bagi Anda! Apa pun yang dilakukan seseorang atas diri kita, entah itu perlakuan buruk, kita akan tetap melakukan yang terbaik baginya, itulah wujud kasih. Seorang akan mampu mengasihi dengan baik bila dia sendiri mampu mengasihi dirinya sendiri secara sehat (Gal. 5:14). Kemerdekaan akan membawa kita untuk lebih mengasihi orang lain dan melalui kasih itu kita akan melayani mereka sebagai seorang hamba.

 

Unduh Audio

 

Diambil dan disunting seperlunya dari:
Judul buku : Majalah Bahana, Agustus 2009
Penulis artikel : Pdt. Henoch Edi Haryanto, M.Th

Komentar