Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs C3I
Pertanyaan Anda
Saya seorang ibu rumah tangga, dengan seorang anak perempuan (Ira) yang sudah dewasa (27 tahun), cinta Tuhan, mandiri dan punya karir yang baik sekali. Hanya saja saya heran, setiap kali dia punya pacar saya selalu menemukan alasan untuk tidak menyukai dan ingin memutuskan hubungan tersebut. Saya baru menyadari ketika minggu yang lalu kami bertengkar hebat, dan dia memutuskan untuk tinggal diluar/kost, karena tidak tahan dengan sikap saya. Sebenarnya Ira anak yang cerdas, tidak pernah menyusahkan orangtua, hanya kadang-kadang saja membantah.
Suami saya seorang yang setia, punya pekerjaan yang baik, taat beribadah dan terpandang dilingkungan gereja, tapi pendiam Bu. Hubungan kami tidak terlalu harmonis, menurut perasaan saya ia terlalu pasif, pulang kerja selalu membaca koran dan menonton bola; ini yang membuat saya sering frustrasi. Dalam masalah Ira diatas, saya juga minta pendapatnya dan suami justru menganjurkan untuk membiarkan Ira tinggal diluar, memberikan kepercayaan dan mencoba untuk memahami bahwa ia sudah dewasa, dan tidak perlu terus-menerus dikekang.
Apakah ini benar, Bu? dan sampai sejauh mana saya sebagai ibu boleh mencampuri pergaulan anak saya. Apakah saya tidak boleh ikut menentukan siapa yang layak untuk menjadi pacar atau suaminya nanti? Terus terang Bu, saya kuatir bagaimana nanti kalau dia bergaul dan menikah dengan orang yang keliru dan kurang harmonis seperti pernikahan saya ini.
Jawaban:
Memang tidak mudah bagi anda untuk membiarkan Ira anak satu-satunya lepas dari pegangan dan pengawasan yang selama ini anda sudah lakukan dengan sangat hati-hati dan cermat. Ini yang seringkali disebut sebagai "possessiveness" yaitu keinginan untuk memiliki, mengatur dan mengontrol anak, bahkan yang sekarang sudah dewasa. Perasaan anda yang takut kehilangan peran, membuat anda terus-menerus mempunyai keinginan untuk interruptlikut campur bahkan anda sampai ikut menentukan siapa yang layak berpacaran dengan Ira. Padahal Tuhan memberikan kepada setiap orang sesuai dengan kematangan j iwanya common sense/ akal sehat, dan judgmentlkemampuan untuk memilah yang perlu untuk terus-menerus dikembangkan dan dipertajam. Sehingga sebenarnya kurang bijaksana kalau anda justru tidak dapat mendelegasikan tanggung jawab supaya Ira bergaul dengan wajar, minta pimpinan Tuhan dan membiarkan ia memahami apa yang sedang bergejolak dalam perasaan dan pikirannya.
Setiap anak, apalagi Ira yang takut akan Tuhan, cerdas, mandiri dan pandai bekerja tentu saja tidak perlu di monitor setiap detail dalam pergaulan dan aktivitasnya. Kedekatan dengan Ira melalui cinta kasih, kehangatan, rasa percaya, komunikasi yang terbuka akan menolong Ira untuk memahami perasaan dan keinginan anda. Sebaliknya, kalau anda terus-menerus kuatir, mencoba menghalangi, apalagi tidak menyukai siapa saja yang mendekati Ira, akan dirasakan sebagai gangguan, hambatan, bahkan mematikan masa depannya. Ira sudah bukan anak-anak lagi, ia sudah cukup dewasa untuk mencoba bergaul dan bertanggung jawab dihadapan Tuhan. Tugas anda dan suami saat ini adalah menjadi pendamping yang memberikan usul dan komentar manakala diperlukan.
Memang apa yang anda lakukan tanpa sadar sudah mengambil alih tugas yang seharusnya Ira pikul dan demonstrasikan sebagai seorang yang sudah dewasa, sehingga ia ingin berdikari dan keluar dari rurnah. Bagi anda tidak mudah memberikan kesempatan bagi Ira untuk masuk dalam proses, bergumul sendiri dengan perasaannya dan menentukan pilihannya, karena selama ini anda yang banyak berperan. Disamping itu anda juga kuatir kalau Ira mengalami pernikahan seperti yang kurang bisa anda nikmati sekarang ini.
Namun, tidak ada kata terlambat didalam Tuhan. Pada saat ini anda bisa mencoba membiarkan Ira memupuk rasa percaya dirinya, dengan sedikit demi sedikit anda melepaskan dia. Sebenarnya, sekarang ini sudah anda mulai dengan mengijinkan Ira tinggal diluar (walaupun terpaksa). Mungkin saat-saat ini ia baru menikmati kebebasannya dan belum merasa membutuhkan bimbingan anda. Apa yang suarni anda katakan benar, Ira sudah dewasa, tidak bisa terus-menerus dikekang; dan tugas anda sebagai orangtua cuma memberi bekal, bukan mengambiI alih tanggung jawab.
Saat ini mungkin merupakan saat yang terbaik bagi anda juga memperbaiki pernikahan anda sendiri yang tidak bisa anda nikmati. Belajarlah untuk menjadi wanita yang lovable/pantas untuk dicintai dengan memperhatikan hal-hal positif yang suami anda miliki. Ia yang setia, rajin bekerja, dan taat beribadah, bersyukurlah untuk semuanya itu dan jangan anda menuntut apa yang ia tidak punyai. Berikanlah juga respons yang positif jika suami sudah menunjukkan perhatian, seperti apa yang ia katakan diatas. Mungkin ia tidak selalu bisa diajak bertukar pikiran, namun anda juga harus memahami bahwa realita hidup, termasuk perubahan dan proses kedewasaan justru anda lalui lewat pengalaman-pengalaman jatuh bangun yang memang beresiko, tapi anda haru_s berani ambil.
Tuhan memberkati.