Seni mendengarkan tak kalah pentingnya dengan seni berbicara. Untuk menjadi pendengar yang aktif atau pendengar yang baik, ada baiknya kita mencoba kiat berikut ini
Bisa dilakukan dengan membaca bahan-bahan bacaan atau pikiran yang bisa menjadi penunjang.
Tangkaplah kata-kata kunci dan konsep yang menggambarkan "hutan"- nya, bukan "pohon"-nya. Jangan lupakan butir-butirnya secara rinci yang akan memperjelas gambaran.
Jadilah pendengar yang aktif.
Pusatkan perhatian Anda pada apa yang menjadi pesan dari topik pembicaraannya, kemudian ajukan pertanyaan atau tanggapan yang perlu untuk memastikan apakah Anda sudah memahaminya.
Jangan biarkan pikiran Anda melayang ke mana-mana. Konsentrasikan hanya pada pembicaraan yang sedang berlangsung.
Tunjukkan sikap kesediaan mendengar dengan rendah hati dengan menatap si pembicara, misalnya dengan cara mengangguk atau memberi tanggapan dengan suatu syarat tertentu.
Dengarkan dulu seluruh pembicaraannya, ajukan pertanyaan baru mengambil kesimpulan.
Atasi gangguan (misalnya orang keluar masuk ruangan) dengan memusatkan perhatian pada pembicaraannya. Jangan terjebak dengan memusatkan perhatian pada penampilan, gaya, atau pakaian si pembicara!
Catatlah kata-kata kunci, ungkapan, dan ide yang belum jelas untuk ditanyakan di luar waktu penyampaian ceramah. Tapi jangan tulis semua kata-kata yang diucapkan si pembicara!
Lawan kebosanan dengan mencari sesuatu yang berharga, yang dibangun dari pesan-pesan si pembicara meskipun kelihatannya bodoh. Bisa juga dengan memperhatikan kata atau ungkapan yang menarik untuk dijadikan bahan evaluasi.
Rendah hati.
Tempatkan diri Anda pada kedudukan si pembicara, bersikaplah terbuka, sabar, dan jangan terbawa emosi.
Banyak mendengar sedikit bicara.
Fakta bahwa manusia memiliki satu lidah dan mulut namun dua
telinga, kita disarankan oleh Yakobus, "cepat untuk mendengar,
tetapi lambat untuk berkata-kata, dan juga lambat untuk marah"
(
Links:
[1] https://c3i.sabda.org/jenis_bahan_c3i/artikel