Published on Christian Counseling Center Indonesia (C3I) - Pusat Konseling Kristen Indonesia (https://c3i.sabda.org)


Menjawab Pertanyaan Kontemporer

Menjawab Pertanyaan Kontemporer

Bab V Tentang Kehidupan Kristen

V. TENTANG KEHIDUPAN KRISTEN

  1. Bagaimana pandangan Alkitab tentang hukuman mati?
  2. Bagaimana pandangan Kristen terhadap seks?
    Apakah seks di luar pernikahan dapat dibenarkan?
  3. Bolehkah orang Kristen bercerai? Bolehkah orang Kristen menikah dengan orang yang pernah bercerai?
  4. Bolehkah orang Kristen merokok?
  5. Apakah dalam 1 Timotius 5:23 rasul Paulus menganjurkan umat Kristen untuk minum sedikit anggur?
  6. Bagaimana memperjuangkan etika Perjanjian Baru dalam konteks abad ke-20?


T/J Kontemporer:

[Ke Atas]

7. Bagaimana pandangan Alkitab tentang hukuman mati?

Hukuman mati (capital punishment) yang kami maksud adalah hukuman mati terhadap narapidana atau kriminal-kriminal. Tentu hal ini menyangkut ilmu pidana, ilmu sosial, hukum dan keadilan suatu negara, juga menyangkut teologi. Di sini yang akan kita bahas adalah: Bagaimana pandangan Alkitab tentang hukuman mati? Apakah Alkitab membenarkan atau menentang legitimasi hukuman mati?

Pandangan yang menentang hukuman mati?

Pada hakekatnya mereka mengatakan bahwa hukuman mati bertentangan dengan kasih dan pengampunan Tuhan. Ada beberapa hal yang mereka tekankan:

  1. Badan hukum dan undang-undang suatu negara dapat berbuat keliru dan mungkin yang dijatuhi hukuman adalah pihak yang tidak bersalah.
  2. Orang Kristen percaya bahwa hidup manusia itu pemberian Tuhan.
  3. Ilmu pidana yang modern lebih menekankan rehabilitasi daripada retribusi.

Pandangan di atas banyak dianut oleh penganut Teologi Liberal, sebab mereka lebih mementingkan penebusan sosial daripada penebusan pribadi.

Pengajaran dalam Alkitab

  1. Sebelum Taurat Musa

  2. Dalam Kejadian 9:6*, hukuman mati tidak diperdebatkan. Allah mengatakan: "Siapa yang menumpahkan darah manusia, darahnya akan tertumpah oleh manusia, sebab Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya sendiri." Hukuman ini diberikan oleh Allah kepada Nuh bahwa pembunuh harus dijatuhi hukuman mati.

  3. Dalam Taurat Musa

  4. Taurat Musa juga mencantumkan hukuman mati terhadap kriminal dan pelanggar hukum Taurat: membunuh (Kel 12:12; Bil 35:16-31*), menculik (Kel 21:16), bekerja pada hari Sabat (Kel 35:2*), mengutuk ayah atau ibu (Im 20:9), berzinah (Im 20:10-12*), homeseksual (Im 20:13-16), bernubuat palsu (Ul 13:1-10*) menyembah berhala (Ul 17:2-7), anak yang durhaka (Ul 21:18-21*), memperkosa (Ul 22:25), dan lain-lain. Cara untuk penghukuman mati sering disebut juga, misalnya: dibakar atau dilempari batu.

  5. Dalam Perjanjian Baru

  6. Dalam Yohanes 8:1-11*, ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi menghadapkan Tuhan Yesus dengan seorang perempuan yang kedapatan berbuat zinah. Mereka menanyakan pendapat pendapat Tuhan Yesus tentang hukuman mati terhadap perempuan tersebut.

    Ada 3 hal yang harus kita perhatikan:

    1. Motif ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi menanyakan hal itu adalah untuk mencobai Tuhan Yesus. Kalau Yesus mengatakan bahwa perempuan itu harus dihukum mati, maka Yesus akan melanggar hukum pemerintah Romawi, sebab yang berhak menjatuhkan hukuman mati hanyalah pemerintah Romawi. Tetapi kalau Yesus mengatakan bahwa perempuan itu tidak perlu dihukum mati, maka pendapat Tuhan Yesus ini akan bertentangan dengan Taurat Musa.

    2. Jawaban Tuhan Yesus bukan saja melepaskan diri-Nya dari siasat mereka, tetapi juga menunjukkan pentingnya kemampuan saksi-saksi dan pendakwa-pendakwa. Ia mengatakan: "Barangsiapa di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yakin pertama melemparkan batu kepada perempuan itu."

    3. Dalam kasus ini, ternyata Tuhan Yesus tidak meniadakan hukuman mati yang terdapat dalam Taurat Musa.

Nasihat rasul Paulus yang terdapat dalam Roma 13:1-7*, menganjurkan kepatuhan kita kepada pemerintah. Walaupun Paulus tidak secara khusus mengatakan bahwa pemerintah mempunyai hak untuk melakukan hukuman mati terhadap kriminal, tetapi ia mengatakan bahwa "pemerintah adalah hamba Allah untuk membalaskan murka Allah atas mereka yang berbuat jahat" (Rom 13:4*). Maka bila hukuman mati terhadap kriminal harus dijalankan sebagai hukuman "atas mereka yang berbuat jahat", yang berbentuk melaksanakan adalah pemerintah yang sah.

Perdebatan

  1. Hukum yang keenam dalam Sepuluh Hukuman Allah mengatakan: "Jangan membunuh" (Kel 20:13*). Apakah hukum ini menentang hukuman mati? Jawabannya adalah: Tidak, sebab kata kerja "membunuh" tersebut muncul 49 kali dalam Perjanjian Lama, yang semuanya relevan dengan arti "to murder." Di dalam Perjanjian Baru hukum yang keenam ini diterjemahkan sebagai "phoneuo" yang juga berarti "to murder." Kemudian kita mengetahui bahwa hukuman untuk pelanggar hukum ini adalah kematian (Kel 21:12; Bil 35:16-21*).

  2. Ada orang mengatakan bahwa dalam Perjanjian Lama, hukuman mati memang diperbolehkan Tuhan. Tetapi dalam Perjanjian Baru, semua hukum dalam Taurat Musa sudah digenapi oleh Tuhan Yesus, sehingga dengan sendirinya hukuman mati pun ditiadakan. Memang Yesus sudah menggenapi Taurat Musa, tetapi tidak berarti bahwa Ia meniadakan hukuman mati yang terdapat dalam Kejadian 9:6* dan dalam Hukum Taurat, Para rasul pun tidak pernah mengecam hukuman mati yang dijalankan pada waktu Perjanjian Lama.

  3. Mereka yang tidak setuju dengan hukuman mati, mengajak kita untuk memberi simpati terhadap keluarga kriminal yang akan dijatuhi hukuman mati. Tetapi kita pun harus lebih bersimpati terhadap keluarga orang yang dibunuh oleh kriminal tersebut.

Memang sampai saat ini perihal hukuman mati masih menjadi bahan perdebatan. Tetapi menurut laporan di pelbagai tempat, dengan berlakunya undang-undang tentang hukuman mati, maka jumlah dan derajat kriminal di tempat-tempat tersebut menjadi berkurang. Misalnya laporan dari Inggris yang mengatakan: "Sejak tahun 1965 dimana undang-undang tentang hukuman mati ditiadakan, maka kasus-kasus kejahatan, pembunuhan dan perampokan di seluruh negara Inggris terus bertambah." Menurut apa yang telah kita bahas, kiranya kita lebih mengetahui mengapa lebih banyak orang yang setuju dengan undang-undang hukuman mati.

[Lanjutkan] [Sebelumnya]



T/J Kontemporer:

[Ke Atas]

8. Bagaimana pandangan Kristen terhadap seks? Apakah seks di luar pernikahan dapat dibenarkan?

Dewasa ini isitlah seks sering kita dengar dan baca, namun banyak orang mempunyai arti pengertian yang salah terhadap seks. Banyak majalah, buku, dan film telah merendahkan nilai seks yang sebenarnya, sehingga dalam penafsiran kita, seks itu najis dan dosa.

Alkitab bukan buku tentang seks, tetapi Alkitab mengandung banyak gagasan yang spesifik mengenai seks. Seks adalah suci dan sesuai dengan rencana ciptaan Allah yang total dan kekal. Dalam kesempatan ini kita akan memperbincangkan interretasi Kristen terhadap seks.

Seks dalam pola ciptaan Allah

Dalam pola ciptaan Allah, seks merupakan suatu kasih karunia. Sebagaimana perkembangan ilmiah membuktikan kebijaksanaan Pencipta, kasih karunia Allah dalam seks juga menyatakan keajaiban-Nya. Seks merupakan suatu bagian yang vital untuk setiap makhluk hidup. Pembuahan pada tumbuh-tumbuhan jenis betina oleh jenis jantan terjadi dalam variasi yang berbeda. Hewan mempunyai struktur seks yang lebih kompleks bila dibandingkan dengan tumbuh-tumbuhan, tetapi seks dalam bentuk yang paling kompleks dan yang mempunyai nilai paling tinggi terdapat pada manusia.

Seks pada hewan merupakan hal yang bersifat otomatis dan dikendalikan oleh naluri yang gaib. Pada musim ini sangat berbeda, dimana seks tidak menurut siklus yang tertentu, melainkan berjalan terus-menerus setelah menginjak masa pubertas di bawah kontrol individu itu sendiri.

Dalam kitab Kejadian semua ciptaan Allah disebut "baik", tetapi kesepian Adam yang tidak mempunyai pasangan oleh Allah disebut "tidak baik." Maka Allah menciptakan manusia sebagai lelaki dan perempuan. Hawa diciptakan untuk menemani Adam; hubungan heteroseksual antara mereka sangat berarti dan indah dalam pola ciptaan Allah. Manusia pada fase kehidupannya sangat membutuhkan lawan seks baik dalam hal fisik, jiwa, kesyarakatan, maupun kerohanian.

Banyak agama dan kebudayaan Timur yang menyangkal keindahan seks sebagai karya Allah. Mereka menganggap seks adalah najis dan merupakan suatu akibat dosa manusia. Berdasarkan keyakinan ini, mereka mengagungkan keperawanan dan pertapaan serta merendahkan pernikahan. Sedangkan menurut iman kepercayaan kita, kita percaya bahwa ciptaan Allah berlandaskan dua orde, yaitu orde penebusan dan orde pengudusan. Kedua orde ini berlaku atas tubuh dan jiwa. Apa yang telah dikuduskan dan disebut baik oleh Tuhan, hendaknya kita terima dengan pengucapan syukur dan kita hormati sebagai kasih karunia Tuhan (1Tim 4:3-4*).

Seks dalam pernikahan

Selama berabad-abad, dogma Kristen menganggap bahwa tujuan seks hanyalah sebagai perkembangbiakan. Ajaran yang salah ini masih terdapat di kalangan gereja Roma Katolik dewasa ini. Adapun tujuan seks yang lain disebutkan sebagai "penghindar perbuatan dosa." Para dogmatis pada umumnya mengutarakan tiga tujuan pernikahan: persahabatan, hubungan seks, dan perkembangbiakan. Dari ketiga tujuan ini, yang mereka utamakan adalah perkembangbiakan.

Kitab Kejadian dalam pasal pertama menyebutkan hal perkembangbiakan, tetapi seolah-olah tidak menyinggung hal pernikahan. Dalam pasal kedua, hubungan seks disebut "satu tubuh" yang mengikat suami dan istri dalam kasih. Kedua hal yang tersebut di atas telah dipergunakan oleh Tuhan Yesus dalam Kitab Matius 19:4-5*, sebagai relasa antara suami dan istri dalam pernikahan. Baik Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru lebih mengutamakan maksud hubungan seks sebagai kesenangan atau kenikmatan dari perkembangbiakan.

Alkitab selalu memperbincangkan hubungan seksual dengan pendidikan dan pengajaran terhadap anak-anak, dimana anak merupakan pusaka dan berkat dari Tuhan, dan orangtua bertanggung jawab penuh terhadap anak-anak mereka (Mazm 127:1-5; 128:1-6; Ul 6:6-9*). Sangat disayangkan bahwa banyak buku tentang seks yang mengabaikan aspek hubungan seksual ini. Kehamilan, kelahiran dan perawatan anak-anak menjadi beban dalam pernikahan yang tidak dapat dihindari. Perkembangbiakan telah ditentukan oleh Pencipta sebagai fungsi seks. Pemakaian obat-obatan dan alat-alat pencegah kehamilan tidak akan mengubah fakta ini; sebaliknya justru menyatakan fakta yang telah ditentukan oleh manusia pada umumnya dan wanita pada khususnya (Kej 3:16; Yer 21:3; Yoh 16:21*).

Setelah apa yang tercantum dalam 1Korintus 7:5*; 1Tesalonika 4:4-5; Ibrani 13:4*, dan lain-lain segala aktivitas dalam pernikahan adalah maksud atau implikasi yang umum. Namun pada dewasa ini aktivitas seksual dalam pernikahan disalahartikan sebagai "dosa" atau "keji", bahkan kehamilan disebut sebagai akibat dosa. Maka para ahli teologi berusaha mencari jalan untuk membenarkan konsep terhadap hubungan seksual dalam pernikahan gereja Roma Katolik, dan dalam usaha ini menyebut pernikahan sebagai "pencegah percabulan"; ada pula yang mencari alasan bahwa pernikahan merupakan hal yang ditetapkan Allah, maka tidak selayaknya dipandang sebagai hal yang berdosa. Penilaian yang tersebut di atas sering menimbulkan keragu-raguan dalam pikiran manusia pada umumnya. Sedangkan Alkitab telah mengutarakan bahwa hubungan seksual dalam pernikahan adalah ordenansi Allah.

Setelah manusia jatuh ke dalam dosa, "hati manusia itu jahat adanya sejak kecil" (Kej 8:21*). Paulus pun mengakui kelemahan manusia: "Sebab aku tahu, bahwa di dalam aku, yaitu di dalam aku sebagai manusia, tidak ada sesuatu yang baik. Sebab kehendak memang ada di dalam aku, tetapi bukan hal berbuat apa yang baik. Sebab bukan apa yang aku kehendaki, yaitu yang baik, yang aku perbuat, melainkan apa yang tidak aku kehendaki, yaitu yang jahat, yang aku perbuat" (Rom 7:18-19*). Dosa telah mempengaruhi seluruh kehidupan manusia. Manusia salah mempergunakan seks, sehingga seks seolah-olah merupakan hal yang berdosa. Namun penebusan Kristus di atas kayu salib menjamin pengampunan dosa kepada setiap orang percaya, baik tubuh maupun jiwa. Dalam hal ini, bahagian penebusan Kristus. Kasih dalam pernikahan orang Kristen (termasuk seks) oleh rasul Paulus, dipakai sebagai simbol penyatuan Kristus dan gereja-Nya (Ef 5:30-32*).

Seks di luar pernikahan

Daya tarik seks adalah bahagian pola ciptaan Allah. Tetapi pernyataan seks dalam pengertian yang sempurna, hanya untuk pernikahan. Gilbert Russel dengan ringkas mengatakan: "Seksual seorang pria adalah milik istrinya, jauh sebelum ia berjumpa dengan istrinya. Andaikata ia tidak berjumpa dengan istrinya, maka tiada seorang pun akan memiliki seksualnya."

Pada waktu Tuhan menyusun standar moral untuk manusia, Ia menuntut hubungan seks hanya terjadi antara suami dan istri dalam hidup pernikahan. Di samping itu, Tuhan pun berkenan memimpin kita menuju pernikahan yang bahagia. Melanggar hukum Tuhan berarti merugikan diri sendiri, orang lain, dan masyarakat.

Dalam masyarakat modern dewasa ini, di mana orang bebas berpacaran dan bercumbu-cumbuan, meningkatlah angka hubungan seksual di luar pernikahan, sehingga pemakaian alat-alat atau obat-obatan pencegah kehamilan juga menjadi lebih lazim. Pada hakekatnya, agama Kristen tidak membenarkan hubungan seksual sebelum atau di luar pernikahan. Namun demikian janganlah kita memandang seks adalah dosa yang tidak dapat diampuni. Sebagaimana Kristus telah mengampuni perempuan yang berzinah pada Injil Yohanes, demikian pula Ia mengampuni siapa yang datang kepada-Nya serta bertobat dengan iman.

Kita sering menjumpai pria dan wanita yang tidak mempunyai kesemptan untuk menikah atau yang karena sesuatu hal yangkhusus, tetap tinggal membujang dan perawan. Apakah keinginan mereka dalam hal seks akan demikian terpendam?

Kita tidak dapat menyangkal bahwa seks mempunyai peranan yang penting dalam kehidupan seseorang. Seks bersifat perseorangan dan sebagian dari hubungan antar perorangan. Tuhan mengaruniakan seks kepada manusia untuk maksud-maksud yang tertentu, maka seks bukan melulu untuk seks. Seks harus disertai dengan kasih. Inilah satu-satunya jalan menuju kehidupan yang bertanggung jawab, dimana banyak cara untuk menyatakan kasih seseorang kepada orang lain. Memang pada umumnya Tuhan berkehendak supaya setiap manusia menikah dan berkeluarga. Namun nafsu seks berbeda dengan kelaparan terhadap makanan. Nafsu seks tetap di bawah penguasaan kita. Kalau hal ini sukar kita kontrol, maka firman Tuhan menganjurkan kita untuk menikah (1Kor 7:7-9*).

Untuk mereka yang tidak menikah, dengan pengabdian kepada Tuhan dan sesama, mereka pun sanggup hidup sehat, suci dan penuh berkat. Pernikahan bukan syarat mutlak untuk menuju kehidupan yang sukses. Seseorang mempunyai pandangan yang betul terhadap seks, bilamana ia mempunyai pandangan hidup yang betul. Kalau ia seorang Kristen, ia akan bersandar kepada Tuhan, pencipta seks, dan menerimanya sebagai karunia Tuhan, serta mempergunakannya sesuai dengan kehendak-Nya "Karena semua yang diciptakan Allah itu baik dan satu pun tidak ada yang haram, jika diterima dengan ucapan syukur" (1Tim 4:4*)

Keinginan seks yang salah

Kita tidak dapat mengatakan bahwa nafsu seks adalah dosa, sebab Tuhan menciptakan pria dan wanita yang saling mempunyai daya tarik satu sama lain, dan akhirnya mereka meninggalkan ayah dan ibu mereka untuk berdampingan sebagai suami istri.

Filsafat Yunani dan Manichacisme berpendapat, bahwa tubuh itu jahat dan roh itu baik, maka segala keinginan tubuh disebut dosa. Kalau demikian, kelaparan dan kehausan terhadap makanan dan minuman juga disebut dosa. Dengan konsep yang salah ini mereka juga mengatakan bahwa nafsu seks berasal dari tubuh, karena itu disebut dosa. Paulus dalam Efesus 5:29* mengatakan: "Tidak pernah orang membenci tubuhnya sendiri, tetapi mengasuhnya dan merawatnya." Keinginan tubuh dibenarkan oleh Tuhan, asal jangan kita salah gunakan.

Tuhan Yesus mengatakan: "Setiap orang yang memandang perempuan serta menginginkannya, sudah berzinah dengan dia di dalam hatinya" (Mat 5:28*). Hal ini menunjukkan kedisiplinan orang Kristen terhadap seks. Seseorang yang melampiaskan hawa nafsunya untuk perzinahan, adalah berdosa di hadapan Tuhan. Dalam surat Galatia 5:16-24* Paulus membicarakan pertentangan antara tubuh dan roh. Hal ini bukan mengenai keinginan seksual antara suami dan istri dalam pernikahan, melainkan mengenai tunasusila, kenajisan dan percabulan.

Sering orang bertanya, mengapa hubungan seksual sebelum pernikahan tidak dibenarkan? Jawabannya hanya satu, dimana Tuhan mengatur kesemuanya untuk kebakan manusia. Tuhan mendirikan pernikahan bukan persundalan. Keinginan seks harus dipergunakan secara bertanggung jawab dalam ikatan pernikahan dan kesetiaan terhadap suami atau istri serta pengasuhan terhadap anak-anak.

Hubungan antar kasih dan seks

Dalam kebudayaan masa kini, kasih romantik mempunyai peranan yang penting. Meskipun masih ada pernikahan yang ditentukan oleh orangtua, namun kasih dan kesetiaan tidak akan absen, bahkan terus bertumbuh dalam pernikahan.

Dalam Alkitab, kasih antara suami dan istri adalah ideal, dan kasih Allah yang tak terhingga terhadap gereja merupakan suatu teladan (Ef 5:1-33*). Kasih ini adalah kasih yang tak kunjung padam, pengorbanan dan penyerahan yang total, suatu kasih yang bertanggung jawab terhadap Allah dan manusia. Kasih ini membuat kita setia menanggung suka duka dalam pernikahan. Dalam bahasa Yunani kasih yang demikian disebut "Agape." Kita pun mengenal "Philia", yaitu kasih persahabatan, dan "Eros" yaitu kasih seksual. Kehidupan pernikahan hendaklah mencakup ketiga kasih tersebut. Tanpa eros, tidak akan terjadi hubungan sekseual antara suami dan istri; tanpa phila, hilanglah perpaduan yang sempurna antara kedua pribadi; dan tanpa agape, berarti tanpa kesetiaan dan pengorbanan.

Hubungan antara kasih dan seks adalah sebagai berikut: Kasih dan seks merupakan dua hal yang berbeda. Adakalanya aktivitas seksual tidak disertai dengan kasih, dan juga mungkin terdapat kasih yang tanpa seksual. Di dalam pernikahan, aktivitas seksual hendaknya merupakan suatu media dimana kasih dapat diwujudkan. Kasih inilah yang mengikat suami dan istri dalam suatu hubungan yang intim. Hubungan ini adalah normal dan wajar (Kej 24:67; Pengkh 9:9*).

Sebagaimana kasih dan seks tidak identik, begitu juga kasih dan nafsu berbeda. Nafsu birahi bersifat eksploitatif, mementingkan diri sendiri, dan memuaskan diri sendiri. Nafsu birahi menjatuhkan manusia dalam percabulan, tidak bertanggungjawab, dan kriminal seks. Semuanya ini bertentangan dengan kasih.

Peranan gereja tentang pendidikan seks

Fakta-fakta membuktikan bahwa kriminal seks dan perbuatan kelamin yang tidak wajar semakin bertambah. Homoseksualitas adalah keadaan yang lebih parah, menunjukkan emosi yang tidak seimbang dan membutuhkan pengobatan para ahli. Alkitab menunjukkan bahwa homoseksualitas adalah kemurtadan terhadap ciptaan Tuhan dan salah penggunaan seks yang tidak sesuai dengan pola ciptaan Tuhan.

Kepada mereka yang tersangkut dalam problema-problema tersebut, kita tidak dapat membenarkan perbuatan mereka. Namun mereka membutuhkan pengampunan, simpati, pengertian dan adakalanya membutuhkan pengobatan para ahli. Inilah tugas gereja untuk memberikan suatu jaminan pengampunan yang sempurna di dalam Kristus, memberikan konseling dan pendidikan.

Gereja dewasa ini membutuhkan suatu kesadaran terhadap keadaan moral masyarakat umum, di mana hubungan seks di luar pernikahan dan homoseksualitas semakin bertambah. Gereja hendaklah memperkenalkan proses rehabilitasi dan memanfaatkan tugas psikiater atau dokter penyakit jiwa. Kita harus yakin bahwa hanya Injil penebusan Tuhan yang mempunyai kuasa untuk memperbaharui kehidupan manusia (2Kor 5:14-21) dan pengampunan. Dengan pengajaran moral dan kerohanian, gereja akan membimbing segala lapisan masyarakat, baik kanak-kanak, kaum muda, dan orang dewasa, sehingga gereja bertindak sebagai peningkat standar moral dan guru Injil.

Memberikan informasi tentang seks tetapi tidak disertai relasi nilainya, merupakan pengajaran yang tidak bertanggung jawab. Kita memikirkan pentingnya pendidikan seks yang sesuai dengan agama Kristen. Banyak orang berpendapat bahwa faktor sosial dan biologi bekerja kurang efektif kalau tidak disertai nilai kerohanian Kristen. Bahkan pers selalu mengatakan, "Pendidikan seks adalah pekerjaan pendeta".

Ahli-ahli berpendapat bahwa rumah tangga mempunyai peranan yang penting dalam pendidikan seks, tetapi banyak orangtua yang melalaikan hal ini. Tiada seorang pun yang dapat menggantikan kedudukan ayah dan ibu dalam hal ini, sehingga gereja hendaknya dapat memanfaatkan mereka dalam pelaksanaan ini. Kita dapat membantu orangtua atau wali keluarga dalam hal pemberian bahan-bahan, cara-cara dan sikap yang dapat digunakan oleh mereka sebagai alat untuk mendidik anak-anak mereka.

Selain rumah tangga, sekolah juga mempunyai peranan dalam pendidikan seks. Dalam hal ini sekolah Kristen, mempunyai posisi yang terbaik bila dibandingkan dengan sekolah-sekolah yang lain. Sebab sekolah Kristen mempunyai pengajaran agama yang lebih baik dalam kurikulum untuk setiap murid.

Tentang kesucian dan kesopanan

Kesucian merupakan lencana orang Kristen dan kesaksian kehidupan baru di dalam Kristus. Orang Kristen dipanggil untuk hidup suci (1Tes 4:3-8). Tubuh mereka adalah anggota Kristus dan rumah Roh Kudus (1Kor 6:15-20), bukan alat kejahatan (Rom 6:11-23). Mereka sudah belajar dari Kristus untuk meninggalkan segala kejahilan, percabulan dan kecemaran (Efe 4:17-24). Kesopanan dalam tingkah laku adalah pernyataan kesucian hati. Apa yang dianggap sopan, pada suatu saat mungkin disebut kurang sopan pada waktu atau situasi yang berbeda. Maka selaku orang Kristen kita harus waspada terhadap pakaian dan perbuatan kita (1Tim 2:9-10). Kesucian dinyatakan melalui pikiran, tutur kata dan perbuatan. Tuhan senantiasa menilik hati manusia dan motif yang terkandung di dalamnya. Konsep dalam Alkitab tentang kesopanan dan kesucian (Tit 2:5; 1Pet 3:2), tidak. akan ketinggalan zaman. Ini adalah orde Allah untuk kebahagiaan manusia. Pengolahan kesucian Kristen mempunyai tugas yang berat dalam masyarakat dewasa ini.

Kesimpulan

Walaupun seks merupakan karunia Allah, namun setelah manusia jatuh ke dalam dosa, seks sering disalahgunakan. Iblis telah membuat segala aspek seks menjadi perzinahan (Rom 1), dimana kasih diganti dengan nafsu birahi. Meskipun orang Kristen masih mempunyai unsur dosa di dalam hatinya, namun sanggup berusaha menentang birahi dan melatih mengontrol diri sendiri. Ingat bahwa "penguasaan diri" adalah buah yang dihasilkan oleh Roh Kudus. Maka sebagai anak Tuhan, kita menerima seks sebagai karunia Tuhan dan mempergunakannya sesuai dengan kehendak-Nya (Mat 19:4-5), demi kemuliaan-Nya (1Kor 10:31), dan untuk maksud-Nya (Kej 1:28, 2:24).

[Lanjutkan] [Sebelumnya]



T/J Kontemporer:

[Ke Atas]

9. Bolehkah orang Kristen bercerai? Bolehkah orang Kristen menikah dengan orang yang pernah bercerai?

Alkitab tidak membenarkan perceraian

Pernikahan itu merupakan institusi yang suci, yang didirikan oleh Allah sendiri di taman Eden. Tuhan mengatakan: "Apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia" (Mar 10:9). Hal ini menunjukkan bahwa pernikahan harus berlangsung terus selama suami dan istri masih hidup. Dengan demikian, orang Kristen seharusnya tidak bercerai.

Mengapa kemudian perceraian diizinkan?

Namun karena terlalu banyak kasus perceraian yang terjadi dalam masyarakat, maka Taurat Musa mengizinkan perceraian dengan suatu syarat, bahwa suami yang menceraikan istrinya harus menulis surat cerai, dan menyerahkan kepada istrinya. Sang istri yang diceraikan diperbolehkan menikah lagi (Ula 24:1-4), sehingga perceraian dengan menulis surat cerai adalah suatu perlindungan bagi para istri yang menjadi korban pernikahan yang tidak bertanggung jawab. Sekali lagi Tuhan Yesus menegaskan: "Karena ketegaran hatimu Musa mengizinkan kamu menceraikan istrimu, tetapi sejak mula tidaklah demikian" (Mat 19:8). Pada awal mula pola pernikahan yang Tuhan dirikan, tidak ada istilah "perceraian".

Perceraian karena terjadi perzinahan

Selanjutnya Tuhan juga mengatakan bahwa perceraian diizinkan kalau salah satu pihak berbuat zinah (Mat 5:32, 19:9). Hal ini bukan berarti bahwa kalau sang istri berbuat zinah, maka sang suami harus menceraikannya, atau sebaliknya sang istri harus menceraikan suami yang berzinah. Tetapi maksud Tuhan adalah demikian: Kalau karena perzinahan, sehingga pernikahan mereka tidak dapat diteruskan lagi, maka perceraian diperbolehkan setelah mereka berusaha untuk memperbaiki pernikahan tetapi gagal.

Sesudah perceraian terjadi, kalau pihak yang tidak berzinah menikah lagi, di pandangan Tuhan ia tidak berdosa.

Perceraian yang bukan karena perzinahan

Kalau perceraian tidak disebabkan karena perzinahan, misalnya karena tidak cocok, dan salah satu pihak menikah lagi, maka pihak yang menikah dianggap berzinah. Orang yang menikah dengan dia pun terlibat dalam perzinahan. Sebab walaupun secara resmi menurut hukum sipil mereka sudah bercerai, namun di hadapan Tuhan mereka masih terikat sebagai suami dan istri. Perceraian hanya diperbolehkan kalau terjadi perzinahan, maka kalau salah satu pihak sudah menikah, pihak yang lain baru diperbolehkan menikah lagi tanpa dianggap berdosa, sebab pihak yang menikah terlebih dahulu sudah berbuat zinah di hadapan Tuhan.

Perceraian karena perbedaan iman kepercayaan

Orang-orang Kristen di Korintus mengalami suatu problema tentang istri atau suami yang bukan Kristen. Karena iman yang berbeda, apakah mereka boleh bercerai? Jawaban Paulus adalah tegas: seorang istri tidak boleh menceraikan suaminya, ... dan seorang suami tidak boleh menceraikan istrinya" (1Kor 7:10-11). Dengan demikian kita jelas bahwa inisiatif perceraian tidak boleh datang dari pihak yang Kristen. Tetapi kalau pihak yang tidak beriman itu mau bercerai, Paulus mengatakan: "Biarlah ia bercerai" (1Kor 7:15). Tetapi kita yakin bahwa sebelum perceraian dilangsungkan, pihak yang Kristen seharusnya berusaha keras untuk memperbaiki pernikahan dan membawa istri atau suaminya menerima Tuhan. Kalau memang tidak ada harapan lagi, dan pihak yang tidak beriman terus mendesak untuk bercerai, maka Tuhan mengizinkan pihak yang Kristen untuk bercerai. Tetapi setelah perceraian yang demikian terjadi, pihak Kristen tidak seharusnya menikah lagi, kecuali pihak yang lain sudah menikah terlebih dahulu. Dan tentunya ia harus menikah dengan orang yang beriman dalam Tuhan Yesus, supaya tragedi rumah tangga tidak terulang lagi.

[Lanjutkan] [Sebelumnya]



T/J Kontemporer:

[Ke Atas]

10. Bolehkah orang Kristen merokok?

Sebagai orang Kristen, kita percaya bahwa Alkitab merupakan pedoman bagi kehidupan dan kepercayaan kita. Memang ada sebagian ayat yang memberitahu dengan jelas tentang hal-hal yang boleh kita perbuat, dan hal-hal yang tidak patut kita perbuat. Misalnya Alkitab mengatakan: "Jangan kamu membunuh!", "Jangan kamu mencuri", "Janganlah ada perkataan kotor ke luar dari mulutmu", "Janganlah kamu mabuk anggur". Tetapi karena perkembangan masyarakat, dan perubahan cara hidup manusia, banyak hal yang tidak tercantum dalam Alkitab. Misalnya, "Bolehkah orang Kristen merokok?"

Memang Alkitab tidak mencantumkan setiap perkara yang terjadi dalam kehidupan kita dalam masyarakat yang modern ini. Namun Alkitab memberikan prinsip-prinsip yang boleh menjadi pedoman di dalam kehidupan kita. Dalam dunia yang pancarobah ini, prinsip-prinsip tersebut tetap berlaku bagi kita, bahkan sanggup menjawab segala segi problema yang kita hadapi.

"Bolehkah orang Kristen merokok?" Hal ini tidak terdapat dalam Alkitab, sebab pada masa Alkitab ditulis, manusia belum menemukan rokok, jadi Alkitab tidak mencantumkan perihal rokok. Tetapi kita boleh membahasnya melalui prinsip- prinsip yang digariskan dalam 1Korintus 6:12 dan 1Korintus 10:23 sebagai berikut:

  1. Jawaban yang spontan adalah: "Boleh". Sebab Paulus mengatakan: "Segala sesuatu halal bagiku" (2x) (1Kor 6:12). Segala sesuatu diperbolehkan" (2x) (1Kor 10:23).

  2. Tetapi selanjutnya Paulus mengatakan: "Tetapi bukan semuanya berguna". Apakah faedahnya merokok? Mungkin penggemar rokok sanggup memberikan satu daftar tentang kebaikan merokok. Tetapi para ahli telah membuktikan bahwa merokok sangat membahayakan kesehatan seseorang. Di Amerika semua iklan rokok diharuskan memberi peringatan kepada pembeli rokoknya, bahwa rokok itu membahayakan kesehatan mereka. Misalnya: "Smoking by pregnant women may result in fatal injury, premature, and low birth weight". "Quitting smoking now greatly reduces serious risks to your health". "The surgeon general has determined that cigarette smoking is dangerous to your health". "Cigarette smoke contains carbo monoxide". Kalau merokok itu membahayakan kesehatan kita, apakah selaku orang Kristen kita tetap merokok? Jawabannya adalah: Tidak!

  3. Prinsip yang ketiga: Tetapi aku tidak membiarkan diriku diperhamba oleh sesuatu apapun". Kalau merokok dapat menjadi suatu ketagihan, dan menyebabkan kita semakin banyak merokok, dan tidak dapat hidup tanpa merokok, ini berarti kita sudah diperhamba oleh batang rokok. Hal ini tidak senonoh dengan kedudukan kita sebagai anak Tuhan.

  4. Prinsip yang keempat: "Tetapi bukan segala sesuatu membangun". Merokok di tempat tertutup menyebabkan polusi udara, sehingga orang-orang yang berada di sekeliling kita menjadi "second smokers". Hal ini tidak membangun orang lain, tetapi justru mencelakakan mereka. Konon pendeta yang terkenal di Inggris yang bernama Charles H. Spurgeon (1834-1892) juga merokok. Pada suatu hari terdapat iklan rokok yang mengatakan bahwa: "Inilah rokok yang paling disukai oleh pendeta Spurgeon". Setelah Spurgeon mengetahui hal tersebut, maka ia segera membuang rokoknya, sebab menjadi iklan rokok itu dianggap "tidak membangun", malahan menjatuhkan orang lain.

Biarlah kita selalu memperhatikan prinsip-prinsip yang terdapat dalam Alkitab, dan menjawab segala persoalan hidup kita melalui prinsip-prinsip tersebut.

[Lanjutkan] [Sebelumnya]



T/J Kontemporer:

[Ke Atas]

11. Apakah dalam 1Timotius 5:23 Rasul Paulus menganjurkan umat Kristen untuk minum sedikit anggur?

Bagaimana Alkitab menasihati orang supaya waspada dalam minum anggur? Bagaimana kita memberi pertolongan kepada pecandu minuman keras?

Paulus berkata kepada Timotius: "Janganlah lagi minum air saja, melainkan tambahkanlah anggur sedikit, berhubung pencernaanmu terganggu dan tubuhmu sering lemah" (1Tim 5:23).

Ayat ini tidak berarti Paulus menganjurkan setiap orang Kristen untuk minum sedikit anggur, sebab anjuran Paulus agar Timotius minum anggur adalah karena Timotius "sering lemah" dan "pencernaannya terganggu". Tetapi banyak orang Kristen telah memakai ayat ini sebagai suatu alasan mengapa mereka minum anggur. Bahkan mereka memegahkan kelakuan tersebut adalah Alkitabiah, padahal mereka tidak sakit dan tidak lemah.

Bagaimana Alkitab menasihati orang supaya waspada dalam hal minum anggur?

  1. Alkitab sering memperingatkan adanya bahaya kalau minum sesuatu yang mengandung alkohol: "Jangan melihat kepada anggur, kalau merah menarik warnanya, dan mengilau dalam cawan, yang mengalir masuk dengan nikmat, tetapi kemudian memagut seperti ular, dan menyemburkan bisa seperti beludak" (Ams 23:31-32).

  2. Alkitab juga melarang kita mabuk oleh anggur: "Dan janganlah kamu mabuk oleh anggur, karena anggur menimbulkan hawa nafsu, tetapi hendaklah kamu penuh dengan Roh" (Efe 5:18). Cara yang terbaik untuk tidak mabuk anggur adalah tidak minum anggur. Ayat-ayat lain yang melarang kita mabuk anggur adalah sebagai berikut: Rom 13:13; 1Kor 5:11, 6:10; 1Tes 5:7; Tit 2:3; 1Tim 3:8, dan lain-lain.

  3. Alkitab mencantumkan akibat beberapa orang yang mabuk anggur, misalnya: Nuh yang telanjang karena mabuk (Kejadian 19), Daud memabukkan Uria untuk membunuhnya (11 Sam.11), dan lain-lain. Dengan demikian kita mengetahui bahwa alkohol sanggup memperdaya seseorang sehingga orang tersebut mudah berbuat dosa.

  4. Alkitab juga mencantumkan orang-orang yang diasingkan oleh Tuhan untuk sesuatu jabatan yang suci dilarang minum air anggur, misalnya:

    1. Orang nazir dilarang minum anggur dan minuman yang memabukkan (Bil 6:2-3).
    2. Harun dan orang-orang Lewi yang melayani di dalam kemah pertemuan, dilarang minum anggur atau minuman keras (Im 10:9)
    3. Yohanes Pembaptis juga dilarang minum anggur atau minuman keras (Luk 1:15).

Di Timur Tengah pada zaman Alkitab, air tawar sukar didapat. Mereka juga tidak mempunyai alat pendingin atau kulkas, sehingga susu yang diproduksi mudah rusak, maka air anggur yang mudah disimpan merupakan bahan minuman yang umum. Biasanya air anggur yang mereka minum adalah campuran air tawar dan anggur dengan perbandingan 3 bagian air ditambah 1 bagian anggur. Dengan demikian orang yang minum tidak mudah mabuk.

Situasi pada hari ini berbeda dengan zaman tatkala Alkitab ditulis. Kita mempunyai kulkas untuk menyimpan aneka macam sari buah-buahan seperti sari jeruk, apel, nenas, strawberry, dan Iain-Iain. yang sangat berguna bagi kesehatan kita. Kita pun boleh minum aneka macam soda, misalnya 7-up, Coca-cola, Sprite, Pepsi yang sangat menyegarkan. Bahkan banyak yang dibuat sebagai "caffeine free" atau "diet" soda. Maka kehidupan kita tidak lagi tergantung pada air anggur. Kita boleh mengganti kebiasaan minum anggur yang mengandung alkohol dengan bahan minuman yang lain yang berfaedah bagi kesehatan kita.

Ada suatu peribahasa orang Yahudi yang mengatakan: "Kalau iblis terlalu sibuk dan tidak sempat mengunjungi seseorang, maka ia mengutus alkohol untuk mengunjungi orang tersebut". Ingatlah bahwa tubuh kita ini adalah rumah Roh Kudus (1Kor 6:19). Cara yang terbaik menghindari diri kita menjadi pecandu minuman alkohol, adalah tidak minum segala minuman yang mengandung alkohol. Khususnya bagi mereka yang sering mengendarai kendaraan, anjuran kita adalah: "Don`t drink and drive". Banyak kecelakaan mobil disebabkan karena pengaruh alkohol di dalam tubuh manusia. Ingat nasihat rasul Paulus: "Segala sesuatu halal bagiku, tetapi bukan semuanya berguna. Segala sesuatu halal bagiku, tetapi aku tidak membiarkan diriku diperhamba oleh sesuatu apapun" (1Kor 6:12).

Bagaimana kita memberi bantuan kepada mereka yang sering mabuk anggur atau pecandu minuman keras?

  1. Cara preventing (pencegahan) adalah lebih baik daripada cara terapi (pengobatan).
  2. Gereja seharusnya memperhatikan mereka, memberikan pertolongan dan konseling untuk mencari sebab-sebab dan jalan penyelesaiannya.
  3. Gereja hendaknya menyediakan aktivitas-aktivitas yang sehat bagi mereka dan menyediakan supporting group yang dapat saling mendukung dan mengasihi.
  4. Gereja juga boleh bekerja sama dengan lembaga-lembaga dalam masyarakat yang berkaitan dengan masalah tersebut.
  5. Membina kerohanian seseorang untuk mengatasi masalah alkohol, sebab cara yang terbaik untuk membantu mereka adalah membawa mereka mengenal Tuhan, serta dibaharui di dalam Dia.

[Lanjutkan] [Sebelumnya]



T/J Kontemporer:

[Ke Atas]

12. Bagaimana mempergunakan etika Perjanjian Baru dalam konteks abad ke 20?

Dalam abad ke-20 ini, banyak isu yang tidak dibicarakan secara saksama dalam Alkitab Perjanjian Baru. Misalnya Euthanasia, pengguguran, kedudukan dan peranan wanita dalam masyarakat atau gereja, seksualitas pra-nikah, dan lain-lain. Tetapi Firman Tuhan telah memberikan prinsip-prinsip yang dapat kita terapkan dalam kehidupan moral kita masa kini. Metode-metode yang dapat kita pakai untuk mengungkapkan dasar.etika Perjanjian Baru adalah sebagai berikut:

Kehendak Allah adalah pusat pembicaraan etika Perjanjian Baru

Nilai moral kehidupan orang Kristen ditentukan oleh suatu standar yaitu: kehendak Tuhan. Karena Tuhan adalah pencipta, tentu Ia mengetahui hal-hal apa yang baik dan paling berfaedah bagi manusia. Tugas kita adalah menuntut untuk mengetahui kehendak-Nya dan bagaimana mempraktekkannya dalam kehidupan sehari- hari.

Dalam Roma 12:1-2, tercantum beberapa hal yang berkaitan dengan kehendak Tuhan:

  1. Untuk mengetahui kehendak Tuhan, kita wajib mempersembahkan diri (personalitas total) sebagai korban yang hidup (12:1a). Seorang yang belum beriman atau tidak mempunyai pengabdian kepada Tuhan tentu tidak perlu mencari kehendak Tuhan.

  2. Untuk mengetahui kehendak Tuhan, kita tidak diperbolehkan menjadi serupa dengan dunia ini (12:2a), melainkan harus mempunyai sikap hidup yang kudus dan berkenan kepada Allah (12:1b).

  3. Dengan demikian kita dapat membedakan mana kehendak Allah. Kehendak Tuhan mempunyai 3 karakteristik (12:2)

    1. baik
    2. berkenan kepada Allah
    3. sempurna

Penerapan data Alkitab dalam etika Kristen

Firman Tuhan sering menuntut kita berbuat sesuatu. Tetapi kita harus mengetahui bahwa adakalanya penuturan-penuturan tersebut tidak bermaksud dilaksanakan secara harafiah.

Misalnya dalam Matius 5:39, Tuhan menasihati murid-muridNya: Siapa pun yang menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu". Hal ini tak dapat kita lakukan secara harafiah, sebab Tuhan Yesus sendiri tidak melakukan seperti apa yang Ia katakan. Hal ini kita temukan di dalam Yohanes 18:22-23.

Contoh lain terdapat di Matius 6:6. Tuhan Yesus mengatakan: "Jika engkau berdoa, masuklah ke dalam kamarmu, tutuplah pintu dan berdoalah kepada Bapamu yang ada di tempat tersembunyi". Tetapi di dalam Yohanes 11:41 ternyata Tuhan sendiri berdoa di tempat umum dan di depan orang-orang yang mengelilingi-Nya.

Juga di dalam Lukas 15:26, Tuhan mengatakan bahwa seseorang yang ingin menjadi murid-Nya harus membenci bapa, ibu dan istrinya. Dengan jelas perkataan ini bersifat hiperbola, untuk menyatakan sebagai murid Tuhan, seseorang harus mengasihi Tuhan melebihi segala sesuatu.

Bagaimana kita membedakan perintah-perintah yang bersifat hiperbola atau harafiah? Hal ini ditentukan oleh pengenalan kita terhadap Firman Tuhan. Pahamilah Alkitab secara saksama.

Perbedaan antara perintah dan prinsip

Alkitab mempunyai prinsip yang mutlak dan tidak berubah. Tetapi tatkala prinsip- prinsip tersebut diterapkan dalam keadaan yang berbeda, akan menghasilkan perintah-perintah yang berbeda.

Misalnya dalam Kis 15:19-22, orang Kristen dilarang makan makanan yang pernah dipersembahkan kepada berhala, tetapi dalam 1Korintus 8:1-13 dan 1Korintus 10:25-30, hal tersebut diperbolehkan dan disertai dengan syarat-syarat tertentu. Walaupun dalam ayat-ayat tersebut terdapat perintah-perintah yang berbeda, namun mempunyai prinsip yang sama, yaitu "segala sesuatu diperbolehkan ... tetapi bukan segala sesuatu membangun. Jangan seseorang mencari keuntungan sendiri, tetapi hendaklah tiap-tiap orang mencari keuntungan orang lain" (1Korintus 10:23-24).

Hal ini dapat kami jelaskan sebagai berikut: Di dalam Kisah Para Rasul 15, perintah itu diberikan kepada orang-orang Kristen di Antiokhia, Siria dan Kilikia, di mana 40-50% penduduk setempat berlatar belakang Yahudi, dan masih banyak dipengaruhi oleh hukum Musa (15:21). Walaupun berhala itu tidak berarti, tetapi makan makanan yang sudah dipersembahkan kepada berhala dan melanggar kebiasaan orang-orang Kristen yang bersangkutan. Tetapi keadaan di kota Korintus sangat berbeda, di mana pengaruh orang Yahudi sangat kecil. Maka di dalam I Korintus Paulus mengatakan bahwa asal mereka tidak membingungkan atau menjatuhkan orang lain, mereka tidak dilarang untuk makan makanan tersebut.

Menghadapi dua perintah yang kontradiktif

Kalau kita menghadapi dua perintah yang kontradiktif, kita hendaknya memilih melakukan perintah yang "lebih besar" atau "lebih penting". Misalnya di dalam 1Petrus 2:13, kita diperintahkan untuk tunduk kepada semua lembaga manusia, baik kepada raja maupun kepada wali-walinya. Tetapi kalau hukum pemerintah setempat bertentangan dengan perintah Tuhan, maka kita akan memilih untuk menaati perintah Tuhan dan melanggar hukum pemerintah setempat. Hal ini dilakukan oleh Petrus sendiri tatkala ia diadili oleh Mahkamah Agama (Kis 4:19).

Contoh lain: Bolehkah orang Kristen berdusta? Jawabnya adalah jelas: Tidak boleh! Tetapi mengapa bidan-bidan yang bernama Sifra dan Pua diperbolehkan berdusta kepada raja Mesir dalam hal menyelamatkan bayi-bayi lelaki orang Israel? Bahkan karena hal ini bidan-bidan tersebut diberkati oleh Tuhan (Kel 1:15-21).

Penjelasannya adalah sebagai berikut: Berdusta itu adalah dosa, tetapi membunuh bayi-bayi itu merupakan dosa yang lebih besar. Kalau kita terjepit di antaranya, kita harus pilih salah satu di antara kedua hal itu. Pasti kita akan memilih "berdusta kepada Firaun" daripada "membunuh bayi-bayi yang tidak bersalah". Dengan "pendustaan" tersebut, maka Sifra dan Pua tetap sebagai bidan-bidan di tanah Mesir untuk menyelamatkan bayi-bayi Israel.

Prinsip yang sama berlaku dalam kasus Rahab yang diperbolehkan "berdusta" dalam hal menyembunyikan pengintai-pengintai. Bahkan di dalam Ibrani 11:12 Rahab dipuji sebagai tokoh iman karena "ia telah menyambut pengintai-pengintai itu dengan baik".

Memang Tuhan berkehendak agar kita melakukan kehendakNya secara keseluruhan, yaitu 100%. Tetapi di dalam dunia yang penuh dengan dosa dan kejahatan ini, walaupun ada kalanya kita tidak dapat 100% melakukan kehendak Tuhan, janganlah kita "give up". Lakukanlah 99% dari kehendak-Nya. Kita harus berusaha menerapkan kehendak Tuhan secara maksimal dalam kehidupan kita masing-masing. Ini adalah prinsip-prinsip yang penting dalam etika Kristen.

Pendahuluan

PENDAHULUAN

Buku ini merupakan kumpulan naskah yang sebagian besar pernah dimuat di dalam majalah "Immanuel" yang diterbitkan oleh Indonesian Evangelical Church of Fresno. Juga terdapat naskah-naskah yang pernah dipakai sebagai bahan diskusi dalam pelbagai retreat mahasiswa Indonesia dan youth camp di California.

Buku ini diberi judul "MENJAWAB PERTANYAAN-PERTANYAAN KONTEMPORER", sebab penulis berusaha menjawab pertanyaan-pertanyaan yang sedang digumuli oleh umat Kristen pada masa kini. Walaupun buku ini tidak mencakup keseluruhan pertanyaan tentang iman Kristiani, tetapi ia cukup relevan untuk mencerminkan problema-problema yang terkandung di antara mahasiswa-mahasiswa Indonesia.

Buku ini dibagi menjadi lima bagian:

Bagian pertama membahas DOKTRIN DAN TEOLOGI. Sebagian besar dari bagian ini merupakan bahan kuliah tatkala penulis menggajar di CWC (Christian Witness Center) di Missouri.

Hal mempelajari doktrin dan teologi Kristen bukan monopoli para pendeta, setiap orang Kristen yang disebut kaum awam pun hendaknya sanggup membaca dan memahami perkembangan teologi Kristiani.

Bagian kedua membahas pribadi YESUS KRISTUS. Banyak skeptisme, bidat atau ajaran sesat yang bermunculan, karena mereka mempunyai interpretasi yang salah terhadap pribadi Kristus. Sebab itu, bagian ini sangat penting untuk lebih mengenal siapakah Kristus Yesus itu dan mengapa Ia datang ke dalam dunia ini.

Bagian ketiga berisi tentang GEREJA DAN PELAYANAN. Konsep tentang gereja merupakan hal yang hakiki dalam sejarah agama Kristen. Namun masih banyak ajaran yang simpang-siur sehingga mengaburkan pandangan orang Kristen. Dengan demikian kita wajib menyelidiki secara seksama doktrin gereja yang terdapat di dalam Perjanjian Baru.

Bagian keempat memuat PEMBAHASAN ALKITAB, yang merupakan otoritas tertinggi dalam kehidupan dan pelayanan orang Kristen. Kita wajib membaca, menyelidiki, dan memberitakan kebenaran yang terkandung dalam Alkitab. Kita harus menerima semua kebenaran Alkitab dengan iman. Jangan karena kesukaran-kesukaran yang kita hadapi dalam mempelajari Alkitab, kita menjadi bimbang terhadap otoritasnya dan berusaha mengubah inti beritanya.

Bagian kelima mengulas KEHIDUPAN ORANG KRISTEN. Banyak kasus dalam masyarakat yang membingungkan umat Kristen, misalnya tentang seks, perceraian, standar moral, dan lain-lain. Di antara seribu satu pertanyaan yang pernah diajukan, telah kami coba untuk menjawab beberapa di antaranya yang kami anggap penting.

Dalam kesempatan ini Penulis juga menaikkan puji syukur kepada Tuhan yang telah memanggil penulis terjun dalam pelayanan-Nya selama 20 tahun, di mana berkat-Nya sering mengalir melalui hamba-Nya yang lemah ini untuk menjadi berkat bagi orang lain. Penulis juga tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada Pdt. Phebe Purnomo, yang sudah menjadi teman hidup dan rekan kerja selama 21 tahun. Ia telah mendorong penulis sehingga buku ini dapat diterbitkan.

Rasul Petrus pada masa tuanya menasihati umat Kristen agar "sungguh-sungguh berusaha" untuk menuntut kemajuan rohani. Ia mengatakan: ".... untuk menambahkan kepada imanmu kebajikan dan kepada kebajikan PENGETAHUAN, ...." (2Petrus 1:5-7*). Semoga buku ini dapat membantu para pembaca di dalam proses peningkatan kemajuan rohani masing-masing.

BIBLIOGRAFI : Pan Purnono, David. 1994. Menjawab Pertanyaan-pertanyaan Kontemporer. Malang: Seminari Alkitab Asia Tenggara.

DESKRIPSI :

Buku berjudul "Menjawab Pertanyaan-pertanyaan Kontemporer` ini merupakan kumpulan naskah yang sebagian besar pernah dimuat di dalam majalah "Immanuel" yang diterbitkan oleh Indonesian Evangelical Churh of Fresno. Buku ini berusaha menjawab pertanyaan- pertanyaan yang sedang digumuli oleh umat Kristen pada masa kini. Walaupun buku ini tidak mencakup keseluruhan pertanyaan tentang iman Kristen, tetapi cukup relevan untuk mencerminkan problema-problema yang terkandung di antara mahasiswa-mahasiswa Indonesia.


Bab I Tentang Doktrin Dan Teologi

I. TENTANG DOKTRIN DAN TEOLOGI

  1. Apakah yang dimaksud dengan doktrin "Presdestinasi"?
    Apa perbedaan antara Calvinisme dan Arminianisme?
  2. Apakah yang dimaksud dengan Teologi Pembebasan
    (Liberation Theology)?
  3. Apakah yang dimaksud dengan Allah Tritunggal?
  4. Apakah yang dibicarakan dalam doktrin Eskatologi
  5. Apakah arti nama-nama yang dipakai untuk menyatakan Allah
    (misalnya: Elohim dan Jenovah)?
  6. Apakah arti penebusan dosa melalui Kristus?
  7. Apakah makna kebangkitan Tuhan Yesus dalam kepercayaan
    orang Kristen?
  8. Mengapa Tuhan memilih bangsa Israel sebagai kaum
    pilihan-Nya?
  9. Apakah yang dipelajari dalam ilmu purbakala?
    Apakah arti penemuan EBLA dalam ilmu tersebut?
  10. Apakah bidat itu?


T/J Kontemporer:

[Ke Atas]

1. Apakah yang dimaksud dengan "Teori Predestinasi"? Apa perbedaan antara Calvinisme dan Arminianisme?

Teori predestinasi merupakan salah satu doktrin agama Kristen yang sangat penting. Pada tahun 1536, seorang ahli teologi bernama John Calvin, telah menerbitkan sebuah buku yang berjudul Institutes of the Christian Religion. Di dalam buku ini, beliau memberikan definisi tentang predestinasi sebagai berikut: "Predestinasi adalah titah Allah yang kekal, di mana Allah sendiri yang menetapkan hal-hal yang akan terjadi atas diri manusia secara pribadi." Dengan demikian, Calvin berpendapat bahwa keselamatan dan hidup kekal yang diperoleh seseorang adalah ketetapan Allah. Dengan kata lain, hanya orang-orang yang dipilih oleh Allah saja yang "sanggup" beriman kepada Tuhan Yesus dan diselamatkan.

Dasar-dasar Predestinasi di dalam Alkitab

  1. ".... dan semua orang yang ditentukan Allah untuk hidup yang kekal, menjadi percaya." (Kis 13:48*).
  2. "Sebab semua orang yang dipilihnya dari semula, mereka juga ditentukannya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya, supaya Ia, Anak-Nya itu, menjadi yang sulung di antara banyak saudara. Dan mereka yang ditentukan-Nya dari semula, mereka itu juga dipanggil-Nya. Dan mereka yang dipanggil-Nya, mereka itu juga dibenarkan-Nya, mereka itu juga dipermuliakan-Nya." (Rom 8:29-30*).
  3. "Sebab di dalam Dia, Allah telah memilih kita sebelum dunia dijadikan, supaya kita kudus dan tak bercacat di hadapan-Nya. Dalam kasih Ia menentukan kita dari semua oleh Yesus Kristus untuk menjadi anak-anakNya.
  4. "... kami yang dari semula ditentukan untuk menerima bagian itu sesuai dengan maksud Allah ..." (Ef 1:11*).
  5. "Karena Allah tidak menetapkan kita untuk ditimpa murka, tetapi beroleh keselamatan oleh Kristus Yesus, Tuhan kita." (1Tes 5:9*).

Berdasarkan ayat-ayat di atas, kita dapat mengambil kesimpulan bahwa keselamatan ditetapkan oleh Allah bagi mereka yang terpilih, dan jaminan keselamatan ditetapkan oleh Allah bagi mereka yang terpilih, dan jaminan keselamatan dapat dimiliki oleh kaum pilihan Allah.

Dasar-dasar Ajaran Calvinisme

Ada lima dasar yang penting dalam ajaran Calvin pada umumnya dan teori predestinasi pada khususnya, yaitu:

  1. Kerusakan total. Dosa manusia mengakibatkan kerusakan total. Manusia tak berdaya untuk berbuat kebajikan, tak berdaya untuk menyelamatkan dirinya sendiri, bahkan tak berdaya untuk memilih jalan keselamatan.
  2. Pilihan Tuhan yang tanpa syarat. Tuhan mengaruniakan keselamatan-Nya kepada orang-orang yang terpilih tanpa syarat.
  3. Penebusan yang terbatas. Khasiat penebusan Kristus memang cukup untuk menyelamatkan seluruh isi dunia, tetapi hanya kaum pilihan Allah yang menerimanya dan hanya merekalah yang diselamatkan.
  4. Anugrah yang tak dapat ditolak. Orang-orang yang pada mulanya ditetapkan Allah, mereka pasti akan menerima keselamatan Kristus. Tidak seorang pun yang menolaknya.
  5. Pemeliharaan kekal. Kaum pilihan Allah tidak mungkin kehilangan keselamatan. Tuhan memberi jaminan dalam keselamatan: Satu kali diselamatkan, tetap diselamatkan.

Perbedaan Arminisme dan Calvinisme

Jacob Arminius (1560-1609) telah mengutarakan pandangan teologinya yang sangat bertentangan dengan pandangan John Calvin. Beliau berpendapat bahwa:

  1. Walaupun manusia jatuh dalam dosa dan sudah rusak secara total, namun manusia masih mempunyai kebebasan dan kemampuan untuk memilih Allah, dan karena beriman mereka pun dapat diselamatkan.
  2. Tuhan mengetahui siapa yang akan menerima keselamatan-Nya dan siapa yang akan menolak. Berdasarkan pengetahuan ini Tuhan memilih orang-orang yang diselamatkan. Dengan demikian pilihan Tuhan itu bersyarat.
  3. Penebusan Tuhan bersifat tidak terbatas. Barangsiapa yang menerimanya pasti diselamatkan.
  4. Manusia mempunyai kebebasan untuk menerima atau menolak anugerah Tuhan.
  5. Orang yang sudah diselamatkan masih ada kemungkinan jatuh ke dalam dosa dan binasa.

Dari hal-hal tersebut di atas, kita mengetahui bahwa Arminius mementingkan kemauan bebas manusia, sedangkan Calvin mengutamakan kedaulatan Allah yang tidak dapat diganggu gugat. Ada beberapa ayat dalam Alkitab yang memberi penjelasan tentang otoritas Allah dan kemauan bebas manusia. Misalnya: Semua yang diberikan Bapa kepada-Ku, dan barangsiapa yang datang kepada-Ku ia tidak akan Kubuang.." (Yoh 6:37*). "Semua yang diberikan Bapa kepada-Ku, merupakan orang-orang yang dipilih Tuhan, sedangkan, "barangsiapa yang datang kepada-Ku" merupakan kemauan bebas manusia. Memang kemauan bebas manusia itu penting, namun kemauan bebas tersebut adalah pemberian Tuhan, maka otoritas Tuhan pasti melebihi kemauan bebas manusia. Demikian kesaksian Paulus tentang bagaimana ia diselamatkan, "Ia (Tuhan), yang telah memilih aku sejak dalam kandungan ibuku dan memanggil aku oleh kasih karunia-Nya." Walaupun Paulus baru diselamatkan tatkala ia berada dalam perjalanan menuju Damsyik, tetapi ia sudah dipilih oleh Tuhan sebelum ia dilahirkan.

Banyak orang mengira bahwa doktrin predestinasi dapat melemahkan semangat pekabaran Injil. Mereka mengatakan: "Orang-orang pilihan Allah pasti diselamatkan, walaupun kita tidak mengabarkan Injil, toh Tuhan ada cara-Nya sendiri untuk menyelamatkan mereka. Sebaliknya, orang-orang yang bukan pilihan Tuhan, walaupun sering mendengarkan Injil, mereka tetap mengeraskan hati terhadap Tuhan." Pendapat ini salah! Di dalam Alkitab, Paulus sering membicarakan predestinasi, tetapi Paulus juga seorang rasul yang paling bersemangat mengabarkan Injil. Pada suatu hari tatkala Paulus mengabarkan Injil di kota Korintus, Tuhan berkata kepadanya: "Jangan takut! Teruskan memberitakan firman dan jangan diam! ... sebab banyak umat-Ku di kota ini." Justru di kota Korintus itu banyak umat pilihan Allah, maka Paulus memberitakan Injil di sana, supaya umat pilihan Allah itu mempunyai kesempatan mendengarkan Injil dan diselamatkan.

Kiranya doktrin predestinasi ini menguatkan iman kita, dan memberi jaminan hidup kekal dalam Kristus, serta mengobarkan semangat kita dalam pekabaran Injil.

[Lanjutkan] [Sebelumnya]



T/J Kontemporer:

[Ke Atas]

2. Apakah yang dimaksud dengan Teologi Pembebasan?

Teologi Pembebasan (Liberation Theology) merupakan suatu aliran teologi yang lahir di Amerika Latin pada tahun 1960 an, yang kemudian juga mempengaruhi Amerika Utara dan Asia. Ada beberapa bagian Alkitab yang sering dipakai oleh penganut Teologi Pembebasan sebagai landasan pengajaran mereka yakni:

  1. Kisah yang tercantum dalam Kitab Keluaran, tatkala bani Israel berada di tanah Mesir, Tuhan telah mendengarkan jeritan mereka, dan membebaskan mereka dari perbudakan dan penderitaan.
  2. Nyanyian pujian Maria yang terdapat dalam Injil Lukas 1:46-55* ".... Ia memperlihatkan kuasa-Nya dengan perbuatan tangan-Nya dan menceraiberaikan orang-orang yang congkak hatinya; Ia menurunkan orang-orang yang berkuasa dari takhtanya dan meninggikan orang-orang yang rendah; Ia melimpahkan segala yang baik kepada orang yang lapar dan menyuruh orang yang kaya pergi dengan tangan hampa ...."
  3. Nubuat nabi Yesaya tentang pekerjaan Messias: "... untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang yang miskin; dan Ia telah mengutus Aku untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang." (Luk 4:18-19*).
  4. Penghakiman terakhir yang terdapat dalam Injil Matius 25:31-46*, di mana penghakiman Tuhan berdasarkan sikap seseorang terhadap orang-orang yang menderita dan miskin.

Dari bagian-bagian Alkitab tersebut, mereka menarik kesimpulan bahwa Tuhan bersikap pilih kasih kepada orang-orang miskin dan orang-orang yang tertindas (partiality of God). Gustavo Gutierez adalah seorang ahli teologi yang paling terkenal di kalangan penganut Teologi Pembebasan. Dengan bukunya yang berjudul "Liberation Theology", beliau merintis ajaran Teologi Pembebasan. Beliau mengatakan bahwa agama Kristen tradisional hanya memperhatikan orang-orang yang belum percaya (non-believers), tetapi telah mengabaikan kebutuhan orang-orang yang kemanusiaannya tertindas (non-persons). Sebetulnya konsep ini mulai terkandung dalam pemikirannya tatkala beliau mengunjungi orang-orang yang miskin, menderita dan tertindas. Cukupkah kita hanya mengatakan kepada mereka: "Kamu adalah anak Tuhan, nanti di surga kamu akan menikmati kemuliaan"; padahal kita sama sekali mengabaikan penderitaan mereka pada masa kini.

Maka Gutierrez mengutarakan suatu istilah yaitu "Praxis." Beliau berpendapat bahwa pusat pembicaraan teologi bukan keadaan manusia setelah mati (after death), melainkan keadaan manusia setelah lahir di dunia (after birth). Dengan lain kata, inti pembicaraan teologi adalah bagaimana manusia hidup sesuai dengan kemuliaan Tuhan.

John Sobrino, tokoh yang terkenal di kalangan Teologi Pembebasan, dalam bukunya yang berjudul "The True Church and the poor" mengatakan bahwa pada zaman ini, orang-orang miskin merupakan saluran dimana Roh Tuhan menyatakan diri-Nya. Selanjutnya Sobrino mengatakan bahwa misi yang dikandung oleh Tuhan Yesus adalah suatu bentuk gereja, dimana gereja itu bukan saja di sebut gereja untuk orang miskin, tetapi juga gereja orang-orang miskin yang benar (a Chruch not only for the poor, but the true chruch of poor).

Teologi Pembebasan juga menentang developmentalisme yang terjadi di dunia ketiga pada umumnya dan Amerika Latin pada khususnya. Mereka berpendapat bahwa penanaman modal asing untuk "mengambangkan" dunia ketiga, mempunyai banyak unsur negatif. Apa yang dibutuhkan oleh negara-negara tersebut bukan "perkembangan", tetapi perubahan sistem kemasyarakatan merreka. Untuk memperoleh kemerdekaan dan pembebasan dari penderitaan, bila perlu mereka boleh memakai kekerasan untuk menggulingkan penguasa yang menindas mereka. Karena hal yang demikian itulah maka di Amerika Latin banyak pemimpin Teologi Pembebasan telah berkorban dan mati terbunuh. Salah satu contoh terjadi di Nicaragua, di mana banyak pemimpin Teologi pembebasan berpihak kepada rakyat yang tertindas, telah terjun ke dalam usaha menggulingkan penguasa negara tersebut untuk mendirikan pemerintahan demokrasi.

Pada umumnya penganut "Teologi Pembebasan masih tetap tinggal dalam gereja mereka masing-masing tetapi di luar gereja mereka telah membentuk kelompok-kelompok kecil untuk berhimpun bersama-sama berdoa, membaca Alkitab dan sharing.

Setelah membahas pandangan Teologi Pembebasan tentang orang-orang yang tertindas dan miskin, kita boleh memberi komentar sebagai berikut:

  1. Teologi Pembebasan mengatakan bahwa Tuhan "pilih kasih" kepada orang miskin. Menurut pandangan kami, istilah yang lebih tepat adalah Tuhan "membela" keadilan bagi orang yang miskin dan tertindas. Gereja harus berbicara untuk keadilan dan perikemanusiaan. Jangan menghina atau menindas orang miskin.
  2. Teologi Pembebasan terlalu mengidealisasikan atau mendewa-dewakan orang miskin, seolah-oleh hanya mereka yang akan mewarisi kerajaan surga dan yang mengerti makna teologi. Kita mengakui bahwa tatkala Kristus masih hidup dalam dunia, Ia selalu bergaul dengan rakyat jelata dan memperhatikan kebutuhan orang miskin, tetapi Ia juga menyelamatkan Zakheus pemungut cukai yang kaya. Unsur yang menyebabkan seseorang diselamatkan, bukan situasi keungannya dan atau miskin, tetapi tergantang apakan apakah Ia beiman kepada Tuhan atau tidak.
  3. Kalau dikatakan Injil Kristus ditujukan bagi orang-orang yang miskin, hal ini mempunyai dua arti, yaitu miskin di dalam hal materi dan miskin di dalam kerohaniannya. Kalau mereka merendahkan diri di hadapan Tuhan, merekapun akan diselamatkan.
  4. Sebaliknya Tuhan pun tidak pernah menjanjikan bahwa setiap orang miskin, hal ini mempunyai dua arti, yaitu miskin di dalam hal materi dan miskin di dalam kerohaniannya. Kalau mereka merendahkan diri untuk menerima keselamatan-Nya. Bahkan Tuhan mengatakan jikalau hidup keagamaan ahli-ahli Taurat dan orang- orang Farisi,mereka tidak akan masuk ke dalam kerajaan surga.
  5. Banyak gereja telah dipengaruhi oleh Teologi Pembebasan. Di Amerika Serikat misalnya, telah muncul Black Theology dan Feminist Theology. Kita mengakui bahwa teologi yang benar harus disertai dengan kelakuan yang benar. Teori harus diimbagi dengan praktek. "Praxis" orang Kristen adalah cara pemikiran dan penghidupan yang sangat mempengaruhi teologi dan hermeneutika gereja pada zaman ini.

Memang secara keseluruhan, Teologi Pembebasan mempunyai nilai yang tertentu dalam perkembangan teologi masa kini. Namun kita harus mengetahui bahwa Teologi Pembebasan yang berlaku di Amerika Latin, mempunyai kekhususan yang tentu sesuai dengan situasi di sana. Gereja-gereja Indonesia, baik di Amerika Utara maupun di tanah air, menghadapi situasi dan kebutuhan yang berbeda dengan gereja-gereja di Amerika Latin. Kita perlu mempelajari teologi yang kontemporer dan relevan dengan keadaan kita masing-masing agar kita dapat mengintegrasikan iman kita dalam doktrin yang benar.

[Lanjutkan] [Sebelumnya]



T/J Kontemporer:

[Ke Atas]

3. Apakah yang dimaksud dengan Allah Tritunggal?

Doktrin tentang Allah Tritunggal merupakan salah satu doktrin yang unik dan sulit dimengerti. Kita katakan unik, sebab perkataan "Tritunggal" tidak terdapat dalam Alkitab. Kita katakan sulit dimengerti, sebab dasar konsep pluralitas dalam bentuk tunggal adalah suatu hal yang melampaui kemampuan pikiran kita. Walaupun demikian, doktrin Tritunggal ini terkandung dalam Alkitab. Secara singkat doktrin ini terdiri atas 4 pendukung:

  1. Allah Bapa adalah Allah
  2. Allah Putra (Yesus) adalah Allah
  3. Roh Kudus adalah Allah
  4. Ketiga oknum tersebut berbeda satu dengan yang lain, namun Allah hanya satu.

Kalau salah satu di antara 4 pendukung ini tidak benar, maka runtuhlah doktrin Tritunggal ini, dan bilamana doktrin Tritunggal ditiadakan, maka doktrin-doktrin yang lain, misalnya tentang penebusan, juga akan runtuh.

Problema-problema di dalam Alkitab

  1. Alkitab mengatakan bahwa Allah adalah tunggal (Ul 6:4*; Yes 44:6; Ef 4:5-6; Yak 2:9*).
  2. Tetapi Alkitab juga mengakui bahwa Allah Bapa adalah Allah (Yoh 6:27), Tuhan Yesus adalah Allah (Tit 2:13*) dan juga Roh Kudus adalah Allah (Kis 5:4*).
  3. Ketiga Oknum tersebut masing-masing berbeda satu dengan yang lain:
    1. Allah Bapa berbeda dengan Allah Putra (Mat 3:17; 17;5; 26:39*; Luk 23:46; Yoh 5:36-38*).
    2. Allah Bapa dan Allah Putra berbeda dengan Roh Kudus (Luk 3:21-22; Yoh 14:16, 26; 16:7*).
    3. Kebradaan mereka masing-masing selalu berbeda satu dengan yang lain. (Kej 1:2; Yoh 1:1; 17:5*).

Jawaban atas problema

  1. Walaupun ketiga Oknum tersebut berbeda, namun mereka tidak dapat dipisahkan:
    1. Bersama-sama bertindak di dalam penciptaan (Kej 1:1-2*; Kol 1:16*).
    2. Bersama-sama bertindak, di dalam keselamatan (Tit 3:4-6*; 1Pet 1:2; 1Kor 12:2*).
    3. Bersama-sama bertindak di dalam doa orang Kristen (Ibr 4:14-16; Rom 8:26-27*).
    4. Bersama-sama bertindak di dalam pemberian hidup (Kej 2:7*; Yoh 10:10; Yeh 37:14*).
  2. Walaupun ketiga Oknum tersebut berbeda. Alkitab menganggap mereka setara:
    1. Allah Putra setara dengan Allah (Yoh 5:18-23; Filip 2:6*).
    2. Roh Kudus setara dengan Allah (1Kor 3:16-17; 6:19*).
    3. Di dalam formula pembaptisan, nama Allah Bapa, Allah Putra dan Roh Kudus disebutkan dalam konotasi yang sederajat (Mat 28:19*). Demikian pula dengan pemberkatan rasul Paulus (2Kor 13:14*).
  3. Ketiga Oknum ini disebut sebagai Allah yang Esa (Yoh 14:10-11*; 1Kor 2:10-13; 2Kor 5:19; 1Yoh 5:17-18*).
  4. Ketiga Oknum ini mempunyai sifat yang sama:
    1. Kekal:
      • Allah Bapa itu kekal (Mazm 90:1-4*)
      • Allah Putra itu kekal (Ibr 13:8*)
      • Roh Kudus itu kekal (Ibr 9:14*)
    2. Mahatahu:
      • Allah Bapa itu mahatahu (1Yoh 3:20*)
      • Allah Putra itu mahatahu (Yoh 21:17*)
      • Roh Kudus itu mahatahu (1Kor 2:10*)
    3. Mahakuasa:
      • Allah Bapa itu mahakuasa (Kej 17:1*)
      • Allah Putra itu mahakuasa (Yoh 1:3*)
      • Roh Kudus itu mahakuasa (Luk 1:35*)
    4. Mahaada:
      • Allah Bapa itu mahaada (Yer 23:23-24*)
      • Allah Putra itu mahaada (Mat 18:20*)
      • Roh Kudus itu mahaada (Mazm 139:7-10*)
    5. Suci:
      • Allah Bapa itu suci (Im 11:44*)
      • Allah Putra itu suci (Kis 3:14*)
      • Roh Kudus itu suci (Luk 11:13*)

Dengan demikian kita mengetahui bahwa Allah Bapa, Allah Putra dan Roh Kudus berbeda satu dengan yang lain, namun mereka setara. Keberadaan mereka masing-masing adalah kekal, dari awal mula sampai selama-lamanya adalah Allah yang Esa. Mereka mempunyai sifat-sifat yang sama sebagai Allah yang mahakuasa, mahaada, mahasuci, dan mahatahu.

Manusia berusaha memakai ilustrasi-ilustrasi untuk menerangkan doktrin yang berbeda: Es, air dan uap. Dikatakan bahwa es, air dan uap masing-masing adalah H2O, namun es bukan air, air bukan uap dan uap bukan es. Ilustrasi ini sangat menyimpang dengan keadaan Allah yang Tritunggal: H2O tidak mungkin di dalam saat yang sama, sekaligus mempunyai tiga bentuk yang berbeda sebagai es, air dan uap. Sedangkan keberadaan Allah Bapa, Tuhan Yesus dan Roh Kudus adalah bersamaan dari kekal sampai kekal.

Memang tidak ada suatu ilustrasi yang sanggup menjelaskan doktrin Tritunggal dengan jelas dan tepat. Kita hanya menerimanya dengan iman dan bersukacita di dalam Allah Bapa, Tuhan Yesus dan Roh Kudus.

[Lanjutkan] [Sebelumnya]



T/J Kontemporer:

[Ke Atas]

4. Apakah yang dibicarakan dalam doktrin Eskatologi?

Definisi

Istilah eskatologi berasal dari kata "eskatos" yang berarti hal-hal yang terakhir (the last thing), maka eskatologi merupakan suatu bagian dari pelajaran teologi yang mempelajari tentang akhir zaman.

Intisari eskatologi adalah proses kedatangan Tuhan Yesus yang kedua kali serta kerajaan-Nya. Menurut Daniel 12:9*, hal-hal ini "akan tinggal tersembunyi dan termeterai sampai akhir zaman." Tetapi melalui Kitab Wahyu, misteri ini telah dinyatakan (apokalupsis), sebab "waktunya sudah dekat" (Wahy 22:10*).

Tujuan

Dengan mempelajari eskatologi, kita akan mengetahui bahwa pada suatu hari kelak akan terjadi kemenangan Tuhan yang sempurna atas dosa dan maut, serta akhir cerita yang mulia bagi mereka yang percaya kepada Tuhan. Hal-hal ini sangat berfaedah bagi kehidupan orang Kristen:

  1. Meneguhkan iman kepercayaan kita
  2. Meyakinkan pengharapan kita
  3. Menggairahkan kasih dan pelayanan kita

Garis Besar

  1. Tentang tanda-tanda akhir zaman Tanda-tanda itu mengenai:
    1. Situasi dunia
      • kesengsaraan dan peperangan (Mat 24:4-8*)
    2. Bangsa Israel
      • bangsa Israel kembali ke Palestina untuk mendirikan negaranya (Mat 24:32; Yeh 37:1-28*)
    3. Gereja
      • bermunculan bidat-bidat dan kemurtadan (2Tes 2:3*)
  2. Tentang kedatangan Tuhan Yesus yang kedua kali
    1. Pengangkatan gereja (the rapture, the parousia or pressence) (1Tes 4:16-17; 1Kor 15:51-52*)
    2. Masa kesengsaraan (tribulition)
      • munculnya Anti-Kristus (Wahy 13:2,13-14*)
      • peperangan di Harmagedon di mana negara-negara bersekutu di bawah komando Anti-Kristus untuk menyerang Israel dan melawan Tuhan (Wahy 16:12-16*).
    3. Tuhan datang dengan orang-orang kudusnya (Yud 1:14*). Tuhan menghancurkan kuasa Anti-Kristus, dan mendirikan kerajaan-Nya.
  3. Tentang kerajaan 1000 tahun (Millenium)
    • Kristus sebagai raja (Wahy 13:2, 13-14*)
    • Tidak ada kematian dan sakit penyakit (Yes 65:20; 35:5-6*)
    • Indah dan harmonis (Yes 35:1-7; 11:6-8; 65:25*)
  4. Tentang pengadilan terakhir
    • Tuhan mendirikan takhta putih yangbesar (Wahy 20:11*)
    • Lautan api: Nama lain untuk neraka atau jahanam yaitu tempat hukuman iblis dan pengikutnya, serta orang jahat atau orang-orang yang tak beriman kepada Tuhan (Wahy 20:10,13-15*)
  5. Yerusalem baru Ibukota bagi ciptaan Allah yang baru; tempat abadi bagi orang-orang yang beriman kepada Tuhan (Wahy 21:2*)
  6. Hidup yang kekal (Wahy 22:5; Yes 66:22*)

Kesimpulan

Dengan demikian, genaplah rencana Allah yang agung dan kekal untuk umat manusia dan alam semesta ini. Sebagai ciptaan Tuhan yang sudah diselamatkan dan berpengharapan yang kekal, kita hanya dapat mengatakan: "Oh, alangkah dalamnya kekayaan, hikmat dan pengetahuan Allah!" (Rom 11:33*).

[Lanjutkan] [Sebelumnya]



T/J Kontemporer:

[Ke Atas]

5. Apakah arti nama-nama yang dipakai untuk menyatakan Allah (misalnya: ELOHIM dan JEHOVAH)

Dalam Alkitab ada banyak nama yang dipakai untuk menyatakan Allah. Nama-nama itu menunjukkan usaha para penulis, yang diberi nama ilham oleh Allah, untuk melukiskan kasih dan kebesaran-Nya.

"Maha" merupakan awalan yang dipakai untuk menyatakan sesuatu yang paling unggul sehingga tidak ada bandingnya lagi. Allah, seperti: Mahatinggi (Mazm 77:11), Mahakudus (Yes 45:11*), Mahakuasa (Ayub 8:3), Mahakuat (Mazm 132:2), Mahatahu (Ayub 37:16), Mahabesar (Tit 2:13), Mahaadil (Ayub 34:17*), Mahasuci (Yes 41:14), Mahamulia (Yes 57:15*), Mahabaik (Ezr 3:11), Mahabahagia (1Tim 1:11*) dan Mahapenyayang (Yak 5:11*). Sifat-sifat keunggulan Allah yang lain lagi nyata di dalam Alkitab. Dalam bahasa Ibrani terdapat dua nama yang paling sering dipakai untuk menyebut Allah, yaitu Elohim dan Jehovah (atau Yahweh) dan nama-nama tersebut menyatakan sifat-sifat keilahian-Nya.

ELOHIM

Dalam bahasa Inggris "Elohim" diterjemahkan sebagai "God", yang bahasa Indonesianya adalah "Allah." Di seluruh Kitab Perjanjian Lama, nama Elohim ini telah disebutkan 2500 kali. Ada beberapa hal yang perlu kita ketahui tentang hal ini:

  1. Dalam tata bahasa Ibrani, arti suatu kata benda ditentukan oleh arti kata kerjanya. Untuk mengerti arti "Elohim", kita harus mencari kta kerjanya, yaitu "Elah." Elah berarti "menyembah", "mengagumi" dan "memohon", maka "Elohim" adalah Allah yang menjadi objek di mana manusia menyembah, mengagumi, dan memohon.
  2. Dalam Kitab Perjanjian Lama, nama Elohim ini dipakai untuk menyatakan Allah sebagai pencipta alam semesta. Misalnya dalam Kitab Kejadian pasal yang pertama nama Elohim di sebut sebanyak 31 kali: Elohim menciptakan (Kej 1:1,21*)
    Elohim berfirman (Kej 1:3,6,11*)
    Elohim melihat (Kej 1:12,18,21,25*)
    Elohim menjadikan (Kej 1:7,16,21,25*)
    Elohim memberkati (Kej 1:22,28*)

  3. Dalam susunan tata bahasa Ibrani, "im" di dalam kata "Elohim" merupakan suatu akhiran yang menyatakan bentuk jamak. Hal ini menerangkan dua hal yaitu:

    1. Allah adalah Tritunggal. Perhatikan Kejadian 1:26* dimana Allah berfirman: "Baiklah kita ...", kata ganti "kita" menyatakan bentuk jamak.

    2. Allah adalah mahabesar dan tak terbatas. Bentuk jamak dalam bahasa Ibrani juga dipakai untuk menyatakan sesuatu yang agung dan unggul, misalnya langit sering ditulis dalam bentuk jamak "Heavens."

  4. Walaupun kedua pendapat ini masih menjadi bahan argumentasi di kalangan sarjana Alkitab, namun dapat kita simpulkan bahwa bentuk jamak Elohim menyatakan tiada suatu kata pun yang mampu mengungkapkan personalitas Allah yang tidak terbatas Pemakaian bentuk jamak itu sesuai dengan doktrin tritunggal yang kita percayai.

  5. Kata "Elohim" berasal dari kta "el" yang sering timbul dalam Kitab Perjanjian Lama dengan bentuk kata majemuk, misalnya: El-Shaddai (Allah yang mahakuasa - Kej 17:1-2*)
    El-Elyon (Allah yang Mahatinggi - Kej 14:18-20*)
    El-Bethel (Allah yang di Bethel - Kej 31:14*)
    El-Elohe Israel (Allah Israel ialah Allah - Kej 33:20*)
    El-Olam (Allah yang kekal - Kej 21:33*) dll.

Kalau kita mempelajari arti dan makna nama-nama tersebut, maka kita akan lebih mengenal karakter dan kebesaran Allah, Tuhan kita.

YEHOVAH

Yehovah adalah nama Allah yang khususnya dipakai berkenaan dengan perjanjian yang dibuat antara Dia dan bangsa Israel. Dalam Kitab Perjanjian Lama, nama ini hanya ditulis dengan empat huruf konsonan YHVH. Oleh karena namanya itu dianggap suci untuk diucapkan, maka kata "YHVH" sering diganti dengan sebuah kata dalam bahasa Ibrani "Adonai" yang berarti "Tuhan." Setelah turun-temurun beberapa generasi, orang Israel tidak lagi sanggup membaca YHVH. Sampai abad keenam dan ketujuh, para sarjana sepakat untuk menambahkan huruf-huruf vokal e, o, a, ke dalam YHVH, sehingga nama ini dibaca sebagai Yehovah (YHVH + eoa = Yehovah). Tapi kemudian ada juga para ahli yang berpendapat bahwa nama tersebut seharusnya dibaca "Yahweh."

"Yehovah" atau "Yahweh" berasal dari kata kerja "hayah", yang berarti "adalah" (to be). Maka nama ini berarti "Aku adalah Aku" (Kel 3:13-15*). Ada lima interpretasi tentang nama ini yang dapat dinyatakan di dalam bahasa Inggris sebagai berikut: "I am the One who is" "I am who I am" "I will be what I will be" "I cause to be what I cause to be" atau "I cause to be what occurs" "I am present is what I am"

Dalam Kitab Perjanjian Lama, Yehovah atau Yahweh disebut 6800 kali. Adakalanya timbul dalam bentuk kata majemuk, misalnya:

Yehovah-jireh (Tuhan menyediakan - Kej 22:13-14*) Yehovah-rophe (Tuhan yang menyembuhkan engkau - Kel 15:26*) Yehovah-nissi (Tuhan panji-panjiku - Kel 17:8-15*) Yehovah-M`Kaddesh (Tuhan yang menguduskan kamu - Im 20:7*) Yehobah-shalom (Tuhan pemberi damai - Hak 6:24*) Yehovah-shamah (Tuhan hadir di situ - Yeh 48:35*)

Nama-nama tersebut sangat indah dan mempunyai analogi yang sangat berarti bagi orang Kristen. Misalnya Yehovah Jireh, Tuhan yang menyediakan. Apa yang Ia sediakan? Domba. Sebagaimana di gunung Moria, Allah menyediakan domba untuk dipersembahkan, sedemikian pula di atas bukit Golgota, Ia menyediakan Kristus sebagai Anak Domba Allah untuk mati di atas kayu salib (Yoh 1:29; 1Pet 1:18-19*).

Syukur kepada Tuhan bahwa ia mempunyai nama yang indah, nama di atas segala nama. Filipi 2:10-11* mengatakan, "supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bmi, dan segala lidah mengaku: Yesus Kristus adalah Tuhan, bagi kemuliaan Allah Bapa."

[Lanjutkan] [Sebelumnya]



T/J Kontemporer:

[Ke Atas]

6. Apakah arti penebusan dosa melalui Kristus?

Istilah "penebus dosa" atau "penghapus dosa" merupakan salah satu topik yang utama di dalam Alkitab. Istilah ini berasal dari bahasa Ibrani "kaphar", yang muncul di dalam Perjanjian Lama sebanyak + 80 kali. Di dalam Alkitab bahasa Indonesia adakalnya ia diterjemahkan sebagai "pendamaian." Hal ini sesuai dengan bahasa Yunaninya "katallage", yang berarti "mendamaikan" (Rom 5:11*).

Maka pada hakekatnya, "menebus" berarti memberikan atau berbuat sesuatu untuk membatalkan tuntutan atas seseorang. Khususnya Tuhan Yesus disebut sebagai Penebus bagi semua orang yang percaya kepada-Nya. Ia memberikan hidup-Nya agar kita ditebus dari dosa dan maut (Mr 10:14; 1Pet 1:18-19*), kemudian didamaikan dengan Allah.

Teori-teori Tentang Penebusan

Di sini kita sekedar memperbincangkan beberapa teori yang "salah" atau "kurang sempurna" yang telah mempengaruhi gereja-gereja sepanjang zaman:

  1. Teori Patristik

  2. Teori yang dipegang oleh bapa gereja pada abad-abad permulaan, di mana kematian Kristus dianggap sebagai tebusan yang dibayar oleh Allah kepada Iblis. Teori ini seolah-olah membuktikan bahwa Allah tidak mampu melepaskan jiwa-jiwa manusia yang dibelenggu oleh iblis, kecuali membayar suatu tebusan kepada iblis.

  3. Teori Socinnian

  4. Teori ini diajukan oleh Faustus Socinus pada abad ke-16 dan dipercayai oleh kaum Unitarians. Mereka beranggapan bahwa kematian Kristus berupa kematian seorang syahid untuk suatu kebenaran. Kematian ini akan memberikan ilham pengikut- pengikut-Nya, untuk memperoleh kemenangan di dalam pergumulan moral. Teori ini dengan jelas telah menyangkal kuasa Injil di dalam hal menyelamatkan manusia dan mentransformasikan orang yang percaya.

  5. Teori Pengaruh Moral

  6. Teori ini disenangi oleh ahli teologi aliran baru (modernism, Liberalism). Mereka beranggapan bahwa kematian Kristus tidak menggenapi sesuatu yang ilahi, melainkan hanya suatu pengaruh agar manusia bertobat. Teori ini hanya mengutamakan kasih Allah, tapi tidak menghiraukan keadilan Allah.

  7. Teori Anselm

  8. Teori ini merupakan dasar pengajaran teologi gereja Roma Katolik dan juga Teori Grotius yang dikemukakan oleh Hugo Grotius. Kedua teori ini mengutamakan keadilan dan kehormatan Tuhan, tetapi mengabaikan kebenaran dan kasih Tuhan.

Penebusan Melalui Kristus

  1. Dasar Penebusan

    Menurut Yohanes 3:16*, elemen yang menjadi dasar penebusan Kristus adalah kasih Allah. Dosa manusia adalah pelanggaran terhadap keadilah dan kesucian Allah, dan akibatnya ialah hancurnya hubungan antara Allah dan manusia. Kasih Allah adalah kasih yang adil. Hal ini menyangkut dua hal: Yang pertama, manusia yang berdosa tak mungkin mempunyai hubungan kasih dengan Tuhan. Yang kedua, Tuhan yang adil tak mungkin mengabaikan dosa manusia. Kasih yang adil inilah yang mendorong Allah untuk menyediakan penebusan melalui Kristus.

  2. Resolusinya

    Dosa manusia merupakan pelanggaran terhadap Allah, maka hanya Allah yang dapat menyelesaikan persoalan dosa. Menurut Roma 3:26*, upah dosa itu maut. Hanya kematian seorang yang tidak berdosa, yang dapat menyelesaikan persoalan dosa yang dihadapi oleh manusia (Bil 28:3; 1Pet 1:19*). Satu-satunya jalan keluar untuk penebusan adalah Allah yang menjadi manusia di dalam Kristus Yesus. Ia harus mati di atas kayu salib untuk menggantikan hukuman dosa manusia (Yoh 1:14,29; Ibr 9:14*)

  3. Kwalifikasi sebagai Penebus

    Menurut Perjanjian Lama, dalam hal penebusan dosa dibutuhkan Imam dan korban persembahan. Tuhan Yesus memenuhi kedua syarat ini: Ia adalah Imam Besar dan Ia adalah Domba Allah yang dipersembahkan sebagai korban penebusan dosa (Ibr 9:10-12*)

Akibat Penebusan

  1. Kuasa dosa dihancurkan

    Kristus yang tak berdosa menderita hukuman dan mati bagi dosa manusia. Dengan demikian, kuasa dosa dan maut telah dihancurkan (1Kor 15:55-58*).

  2. Pengampunan dosa

    Pengampunan Tuhan diberikan kepada mereka yang percaya dalam keselamatan Tuhan Yesus (Rom 8:1-2*)

  3. Persekutuan antara Allah dan manusia dipulihkan

    Orang berdosa yang berseteru dengan Allah didamaikan melalui darah Kristus (Kol 1:20-22*)

  4. Hidup yang kekal

    Barangsiapa yang percaya dan menerima penebus-Nya, akan beroleh hidup yang kekal (Yoh 3:16*).

  5. Penebusan yang sempurna

    Tuhan menjanjikan penebusan yang sempurna, yaitu penebusan atas tubuh, jiwa dan roh. Hal ini akan digenapi tatkala Yesus datang untuk kedua kalinya (1Tes 5:23*).

[Lanjutkan] [Sebelumnya]



T/J Kontemporer:

[Ke Atas]

7. Apakah makna kebangkitan Kristus dalam kepercayaa orang Kristen?

"Tetapi andaikata Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah pemberitaan kami dan sia-sialah juga kepercayaan kamu." (1Kor 15:14*).

Kuburan yang kosong adalah salah satu bukti bahwa Kristus telah bangkit. Kebangkitan Kristus merupakan dasar kepercayaan orang Kristen. Gereja-gereja yang Injili dan konservatif, selalu yakin bahwa kebangkitan Kristus tidak dapat disingkirkan dari pengakuan iman kekristenan.

Fakta Kebangkitan Kristus

Bultmann, seorang ahli teologi aliran baru mengatakan, bahwa kebangkitan Kristus adalah suatu dongeng. Memang, banyak penentang kebenaran telah menciptakan aneka macam teori untuk menyangkal fakta kebangkitan. Pada hakekatnya, mereka adalah orang-orang yang tidak mempercayai Alkitab sebagai Firman Tuhan yang mutlak benar. Di dalam surat Roma 10:9-10*, rasul Paulus mengatakan bahwa tidak mungkin seorang diselamatkan tanpa mempercayai kebangkitan Kristus. Selanjutnya Paulus mengatakan bahwa kalau Kristus tidak bangkit, sia-sialah kepercayaan dan pemberitaan kami.

Membahas tentang Kristologi, W. Pannenberg mengatakan, bahwa kebangkitan Kristus merupakan suatu peristiwa sejarah yang unik dan kisah yang tercantum di dalam 1Korintus 15:1-7* merupan dokumen sejarah yang sah. Syukur kepada Kristus pernah dibarangkan itu kosong, Kuasa maut tidak berdaya untuk membelenggu-Nya.

Intisari Injil

Injil adalah kabar baik tentang Yesus Kristus. Menurut Rasul Paulus, intisari Injil adalah kematian dan kebangkitan Kristus merupakan dua tiang yang mendukung seluruh kebenaran agama Kristen. Jikalau Kristus tidak dibangkitkan dari kematian, maka Injil yang kita kabarkan bukanlah kabar baik, melainkan kabar buruk yang menyedihkan.

Setelah Yesus disalibkan dan mati, para murid dan pengikut Tuhan dinaungi oleh awan ketakutan, kesedihan dan kecemasan. Mereka tidak tahu apa yang hendak mereka lakukan. Kemudian tersebar berita di seluruh Yerusalem, bahwa jenazah Yesus tidak ditemukan dalam kuburan-Nya. Hal ini sangat membingungkan para murid Tuhan. Karena takut serangan dari orang Yahudi mereka berhimpun di suatu tempat dan mengunci pintu-pintu. Hal ini membuktikan bahwa mereka tidak yakin kalau Yesus yang mati dan dikubur itu telah bangkit kembali.

Namun setelah Tuhan Yesus menampakkan diri-Nya kepada mereka, dan meyakinkan mereka bahwa Ia telah bangkit dari kematian, maka percayalah murid-murid itu. Dengan penuh kuasa dan berkobar-kobar, mereka memberitakan kabar kesukaan ini dari Yerusalem sampai ke ujung bumi. "Yesus yang diserahkan karena pelanggaran kita dan bangkit karena pembenaran kita" (Rom 4:25*). Inilah Injil yang diberitakan oleh rasul Paulus dan sampai pada hari ini, tetap diberitakan oleh gereja-gereja di seluruh permukaan bumi.

Pengharapan yang meyakinkan

Kebangkitan Kristus juga merupakan pengharapan yang mengutarakan iman kekristenan. Kebangkitan-Nya membuktikan bahwa Ia adalah Anak Allah yang kekal (Rom 1:3-4*), yang berkuasa membangkitkan kita yang percaya kepada-Nya. Kebangkitan Kristus merupakan "buah sulung" (1Kor 15:20-23*). Buah sulung merupakan bagian pertama hasil tuaian yang dikorbankan pada hari raya sebagai tanda bahwa seluruh tuaian itu berasal dari Allah (Im 23:17-20*). Paulus memakai istilah ini untuk menghiaskan bahwa pada suatu hari, setiap orang yang beriman kepada-Nya juga akan mengalami kebangkitan yang sama seperti kebangkitan-Nya. Kita "akan dihidupkan kembali dalam persektuan dengan Kristus" (1Kor 15:22*). Inilah pengharapan kita. Tanpa pengharapan yang demikian, sia-sialah iman kepercayaan kita.

Dalam Pengakuan Iman Rasuli yang sering kita baca bersama dikatakan: "Aku percaya kepada Allah, ..... Dan kepada Yesus Kristus, ... Yang disalibkan, mati dan dikuburkan. Pada hari ketiga bangkit pula dari antra orang mati." Dan selanjutnya dikatakan "Aku percaya ... kebangkitan daging dan hidup yang kekal." Dengan demikian jelas bahwa kematian dan kebangkitan Kristus merupakan dua elemen yang paling penting dalam kekristenan. Kiranya kita lebih memahami makna kebangkitan Kristus sebagai fondasi dan pengharapan iman kepercayaan kita.

[Lanjutkan] [Sebelumnya]



T/J Kontemporer:

[Ke Atas]

8. Mengapa Tuhan memilih bangsa Israel sebagai kaum pilihan-Nya?

Menghadapi kegawatan Timur Tengah, negara-negara Islam seperti Iraq, Syria, Libia, Jordan dan PLO terus berusaha menjatuhkan bangsa Israel. Memang sejak tahun 1945 Israel timbul sebagai suatu negara di antara negara-negara yang selalu menjadi fokus perhatian dunia. Persengketaan di Timur Tengah selalu berkaitan dengan Israel.

Kalau kita tinjau dari sudut kebenaran Alkitab, Israel mempunyai peranan yang penting dalam pergolakan sejarah manusia, sebab mereka adalah kaum pilihan Allah. Semua peristiwa penting yang terjadi dalam negara Israel telah dinubuatkan oleh para nabi, di antaranya adalah Yehezkiel 36:24* yang berbunyi: "Aku akan menjemput kamu dari antara bangsa-bangsa dan mengumpulkan kamu dari semua negeri dan akan membawa kamu kembali ke tanahmu."

Banyak orang bertanya: "Mengapa Tuhan memilih orang Yahudi atau Israel sebagai kaum pilihan-Nya? Apakah kebaikan orang Yahudi sehingga Tuhan memilih mereka?" Karena hal-hal inilah banyak iri hati dan kebencian telah dilontarkan kepada orang Yahudi, di antaranya adalah anti Semitisme pada abad pertengahan dan juga gerekan Nazi di Jerman. Belakangan ini anti Semitisme mulai bergolak lagi dengan tujuan untuk melenyapkan orang Yahudi yang tersebar di selruh dunia.

Kembali pada pertanyaan tadi, mengapa Tuhan memilih bangsa Isral? Tuhan memilih mereka bukan karena mereka lebih baik daripada bangsa lain, seperti apa yang telah dikatakan oleh Musa: "Bukan karena lebih banyak jumlahmu dari bangsa manapun kiga, maka Tuhan terpikat olehmu dan memilih kamu - bukankah kamu ini yang paling kecil dari segala bangsa?" (Ul 7:7*). Ada beberapa faktor yang menyebabkan Tuhan memilih umat-Nya:

  1. Setelah manusia jatuh dalam dosa, manusia bermusuhan dengan Allah dan upah dosa adalah maut.
  2. Dalam peristiwa menara Babel, manusia telah bersatu untuk melawan Tuhan. Akibatnya Tuhan turun ke atas bumi untuk mengacaubaluakan bahasa manusia sehingga manusia tersebar dan terjadilah bangsa-bangsa yang berbeda di atas permukaan bumi.
  3. Karena Allah mengasihi umat manusia, maka Ia menyediakan suatu jalan keselamatan, yaitu Putra-Nya yang tunggal. Yesus Kristus harus datang ke dunia. Ia harus dilahirkan melalui suatu bangsa dan negara tertentu.
  4. Bangsa dan negara tersebut harus dipersiapkan untuk menerima wahyu Allah, sehingga kelahiran Juru Selamat menjadi suatu realitas dalam sejarah dalam sejarah manusia.
  5. Bangsa-bangsa yang merupakan akibat hukuman Allah di Babel, tidak layak menggenapi tujuan Allah untuk penyelamatan dunia. Sebab itu Allah demi rahmat-Nya telah memilih seorang yang bernama Abraham sebagai saluran berkat-Nya. Dari Abraham akan timbul suatu bangsa dan oleh Abraham semua kaum di muka bumi akan mendapat berkat (Kej 12:3*)

Karena iman dan kesetiaan Abraham, Allah telah meyakinkan suatu perjanjian yang tidak bersyarat (unconditional covenant) kepada Abraham bahwa Kristus akan dilahirkan oleh keturunan Abraham (Gal 3:16*). Keturunan Abraham adalah bangsa Israel.

Bukan saja Allah berjanji tentang kelahiran Juru Selamat melalui keturunan Abraham, yaitu bangsa Israel, Allah pun menjanjikan tanah perjanjian (the Promissed Land) sebagai pusaka mereka untuk selama-lamanya. "Kepada keturunanmulah Kuberikan negeri ini, mulai dari sungai Mesir sampai ke sungai yang besar itu, sungai Efrat" (Kej 15:18*). Perjanjian ini diulang oleh Tuhan kepada Ishak, anak Abraham (Kej 26:3-5*). Allah juga mengutarakan lagi kepada Yakub, cucu Abraham (Kej 28:13-15; 35:10-12*). Semuanya ini Allah janjikan kepada umat Israel tanpa syarat.

Memang sejarah membuktikan bahwa karena kemurtadan bani Israel, mereka telah dihajar dan dihukum oleh Tuhan, bahkan mereka harus meninggalkan tanah perjanjian dan disebarkan ke seluruh muka bumi. Dosa terbesar yang pernah mereka lakukan adalah menolak Kristus setelah menyalibkan-Nya. Untuk hal tersebut, Yesus menubuatkan hukuman atas bangsa Israel: "Sebab akan datang kesesakan yang dahsyat atas seluruh negeri dan murka atas bangsa ini, dan mereka akan tewas oleh mata pedang dan dibawa oleh bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah, sampai genaplah zaman bangsa-bangsa itu" (Luk 21:23-24*)

Walaupun demikian, Allah tidak melupakan janji-Nya yang tidak bersyarat kepada Abrahan (Rom 11:1-2*). Dengan hikmat-Nya Allah telah mempergunakan kesempatan ini untuk menyelamatkan bangsa-bangsa lain (Kis 15:14*). Sampai pada hari ini, bangsa Israel telah menduduki sebagian besar dari tanah perjanjian dan makin banyak orang Yahudi yang berpaling kepada Tuhan, menerima Yesus sebagai Messias mereka. Kami yakin pada hari kedatangan Tuhan Yesus yang kedua kalinya, bangsa Israel secara kolektif akan bertobat dan beriman kepada Tuhan Yesus, seperti apa yang dikatakan oleh Paulus: "Dengan demikian seluruh Israel akan diselamatkan" (Rom 11:26*).

Timur Tengah selalu dalam keadaan gawat. Kita tak tahu apa yang akan terjadi di sana. Kalau peperangan timbul, pastilah Israel menjadi target penyerbuan Iraq beserta sekutu-sekutunya. Memang pemerintah Israel sudah siap siaga dan berjanji akan membalas serangan musuh dengan sepuluh lipat ganda.Namun kami mengetahui bahwa nasib bangsa Israel ada di tangan Tuhan, janji yang tidak bersyarat kepada Abraham itu meyakinkan bahwa Israel tidak mungkin dikalahkan dan diusir ke luar dari Palestina. Tuhan pasti memelihara umat pilihan-Nya (Yer 31:37*). Baiklah kita "wait and see", mengamati bagaimana Tuhan bekerja di Timur Tengah.

[Lanjutkan] [Sebelumnya]



T/J Kontemporer:

[Ke Atas]

9. Apa yang dipelajari dalam ilmu purbakala? Apa arti penemuan EBLA dalam ilmu tersebut?

Istilah "Archaelogy" terdiri atas dua buah kata yang berasal dari bahasa Yunani: "Archairos" yang berarti "dahulu kala" dan "logos" yang berarti "perkataan, risalah atau pelajaran." Maka secara harafiah, terjemahan kata Arkhaelogi adalah ilmu purbakala, yang pada dasarnya mempelajari penemuan Silvias atau peradaban kuno.

Arkheologi merupakan suatu perkembangan yang baru di dalam ilmu pengetahuan, yang juga mempunyai arti dan jasa-jasa yang penting dalam hal pengupasan Alkitab.

Di sini kita akan bersama-sama membahas suatu penemuan yang terbesar dan yang mengagumkan di bidang ilmu purbakala, yaitu penemuan EBLA, suatu kota terpendam dengan sivilas 45 abad yang lalu. Jasa penemuan ini hampir sama dengan penemuan "Dead Sea Scrolls" pada tahun 1946.

Penemuan

  1. Pada tahun 1974-1976, 16500 tablet dan fragmen lembaran tanah liat telah ditemukan oleh ahli purbakala Italia yang bernama Paolo Matthiae.
  2. Lokasi: Di kota kuno EBLA, yaitu di Tell Mardikh di Syria Utara.
  3. Panggalian pertama dilakukan oleh Matthiae pada tahun 1965, tetapi ia tak sanggup mengartikan tulisan-tulisan kuno yang terdapat di atas tabel-tabel dan fragmen-fragmen. Kemudian seorang purbakala yang bernama Giovanni Petinato yang berhasi mengartikannya.

Kota Ebla

1. Terletak di daratan Syria Utara

  1. Dengan populasi + 250.000.
  2. 30.000 penduduk tinggal di dalam kota Ebla dan yang lain tinggal di kota-kota kecil dan dusun-dusun di sekitar Ebla.
  3. Benteng Ebla setinggi 50 kaki, mempunyai banyak pintu gerbang yang besar. Di tengah-tengah keramaian kota, terdapat kuil dan istana.

Raja-Raja Ebla

  1. Para raja Ebla tidak turun-temurun, tetapi dengan cara pemilihan.
  2. Mereka harus diurapi sebelum nai takhta. Mereka dipercaya oleh rakyat sebgai pemimpin yang selalu mempersembahkan kebutuhan rakyatnya, khususnya kebutuhan-kebutuhan para janda, yatim-piatu, dan orang-orang miskin.
  3. Menurut catatan yang ditemukan, raja Ebla yang pertama adalah EBRIUM, yang bertakhta + 2300 BC.
  4. Para ahli telah membuktikan bahwa Ebrium adalah Eber (Kej 10:25*), yaitu keturunan Nuh yang ke-4 (atau: great-great grandson) dan adalah nenek moyang Abraham (great-great grandfather).

Nama-nama yang tercantum

  1. Ab-ra-mu (=Abraham)
  2. E-sa-um (=Esau)
  3. Da-u-dm (=Daud)
  4. Sa-u-um (=Saul), dan lain-lain

Kota-kota yang terantum

Damascus, Assur, Ur, Haleb, Goza, Yerusalem, Berytus, Elisahah, Kish, Sodom, Kanish, Byblos, Mari, Khmazi, dan lain-lain.

Perdagangan

Banyak fragmen yang menyatakan bahwa penduduk Ebla selalu melakukan perdagangan barang-brang logam, kayu da liat.

Bahasa

Bahasa yang dipakai disebut Eblaite, yang merupakan bahasa tertua di Kanaan. Bahasa ini mirip dengan Ibrani dan Urgarit. Diperikirakan bahwa orant Ebla juga mengerti bahasa Ibrani dan ugrarit.

Kepercayaan

  1. Menurut Pettinato, penduduk Ebla mengalami perkembangan dari Politeisme menjadi Henoteisme.
  2. Ilah yang mereka sembah adalah Dagon, sama dengan ilah orang Filistin pada zaman Simson (Hak 16:23*).
  3. Dalam bahasa Ebla, "Ya-el" berarti Tuhan." Hal ini mirip dengan bahasa Ibrani: Yahweh (Yehovah) dan El (Allah).

Keruntuhan Ebla

Karena penggarongan bangsa Naram-Sin, Ebla telah menjadi kota mati (1800 BC). Walaupun kemudian kota ini mulai bangun lagi, tetapi tak berselang lama, dan tidak dikenal di dalam sejarah.

Kesimpulan

  1. Di antara 8000 perkataan Ibrani yang terdapat dalam Perjanjian Lama, terdapat 1700 perkataan yang hanya muncul satu kali dalam seluruh Alkitab. Maka arti kata-kata itu sukar dimengerti. Dengan penemuan Ebla, kita akan mengetahui latar belakang dan konteks kata-kata tersebut. Dengan demikian, arti kata-kata itu akan lebih mudah dimengerti.
  2. Setelah penemuan Ebla, kita memandang Alkitab bukan saja sebagai Firman Tuhan yang kekal, tetapi juga sebagai dokumen sejarah yang mempunyai latar belakang harfiah sebagai pendukungnya.

[Lanjutkan] [Sebelumnya]



T/J Kontemporer:

[Ke Atas]

10. Apakah bidat itu?

Bidat adalah ajaran atau aliran yang menyimpang dari ajaran Kristen yang benar. Banyak bidat timbul karena ada sekelompok orang yang berhimpun bersama untuk mengikuti seseorang yang salah menginterprestasikan Alkitab. Misalnya, Saksi-Saksi Yehovah, adalah orang-orang yang mengikuti interpretasi Charles T. Russel dan J.F. Rutherford. Mormons adalah orang-orang yang mempercayai interpretasi Joseph Smith dan Brigham Young. Penganut Christian Science merupakan murid Mary Baker Eddy yang sangat mempercayai interpretasi Alkitabnya.

Dewasa ini beraneka macam bidat telah timbul di kalangan gereja-gereja Kristen, dan mereka mempunyai ciri-ciri yang hampir sama satu dengan yang lain:

  1. Mereka mempercayai Auto-soterisme, yaitu manusia yang sanggup menyelamatkan diri sendiri. Memang banyak di antara mereka yang mengatakan bahwa manusia diselamatkan karena anugerah Tuhan, tetapi keselamatan itu masih diberi syarat-syarat tertentu. Misalnya, Seventh Day Adventist mengira bahwa memegang hari Sabat "membantu" seseorang untuk diselamatkan, padahal Alkitab mengajarkan "sola gratia" (hanya oleh anugerah manusia diselamatkan ). Kita mempercayai teori "Substitutuonary Atonement", yaitu hanya Tuhan Yesus yang mati bagi dosa manusia yang sanggup menyelamatkan kita, Manusia diselamatkan bukan karena perbuatan, tetapi karena iman dan anugerah (Ef 2:8-9*).

  2. Menyangkal keilahian Kristus yang mutlak. Misalnya Saksi-Saksi Yehovah menyangkal bahwa Kristus yang setara dengan Allah Bapa. Mereka tidak mempercayai Allah Tritunggal, menganggap Kristus sebagai ciptaan Allah yang "tertinggi", tetapi bukan anak Allah yang kekal.

  3. Tidak memerlukan pertobatan yang total. Misalnya, Mormon beranggapan bahwa melalui pembaptisan gereja Mormon, dosa seseorang dapat diampuni. Christian Science bahkan menyangkal adanya dosa, mereka menganggap dosa hanyalah fantasi manusia yang fana.

  4. Menjadi anggota gereja mereka merupakan jalan menunju keselamatan. Orang Mormon mengatakan bahwa menjadi anggota gereja Mormn berarti diselamatkan.

  5. Di samping Alkitab mereka masih mempunyai buku-buku lain yang otoritasnya sama atau melebihi Alkitab. Misalnya Christian Science menyamakan buku-buku karangan Mary Baker Eddy dengan Alkitab. Begitu juga dengan saksi-saksi Yehovah yang menganggap buku-buku karangan Charles T. Russel setara dengan Alkitab. Orang Mormon mempunyai tiga macam buku yang berotoritas seperti Alkitab yaitu The Book of Mormon, Doctines and Covenants dan Pearl or Great Price. Dalam hal ini kita harus kembali pada semboyan para reformator "Sola Scriptura", yang berarti bahwa hanya Alkitab yang menjadi pedoman dan dasar iman kepercayaan dan kehidupan orang Kristen.

  6. Di antara mereka ada yang memfitnah Yesus. Pemimpin Mormon yang bernama Brigham Youm mengatakan bahwa Yesus adalah Polygamis. Ia mempunyai beberapa istri, termasuk Maria Magdalena serta Marta dan Maria dari Betania. Ia juga mengatakan bahwa pesta pernikahan di Kana (Yoh 2:1-11*), adalah salah satu pesta pernikahan Tuhan Yesus.

  7. Banyak bidat yang memakai alasan rohani untuk melampiaskan hawa nafsu mereka. Misalnya aliran The Children of God menganjurkan umatnya mempergunakan hubungan seks untuk "menyelamatkan jiwa" orang lain. Mereka juga menyetujui bahwa kanak-kanak yang belum dewasa hendaknya mempunyai pengalaman seks.

  8. Salah menginterprestasikan Alkitab. Misalnya, Alkitab mengatakan: "Upah dosa adalah maut" (Rom 6:23*), Saksi-saksi Yehovah berpendapat bahwa "maut" yang dimaksud di sini adalah "lenyap atau tidak ada lagi. Mereka menyangkal adanya penghukuman orang berdosa pada akhir zaman, menyangkal adanya neraka, sebab dianggap bahwa hal-hal tersebut bertentangan dengan kasih Allah.

  9. Mereka mengira bahwa pemimpin-pemimpin mereka mendapat wahyu dan urapan yang khusus. Misalnya gereja Roma Katolik di dalam konferensi di Vatican pada tahun 1870 memutuskan suatu kaidah bahwa Paus Katolik itu tidak mungkin berbuat salah. Mereka terlalu mengagungkan pemimpin mereka. Demikian juga dengan Christian Science yang menganggap Mary Baker Eddy adalah "nabi." Bagi orang Mormon, mereka percaya bahwa Joseph Smith telah menerima wahyu dari malaikat untuk menulis buku Mormon.

  10. Bidat-bidat yang berkaitan dengan modernisme atau Liberalisme pada umunya tidak mempercayai segala mujizat dan hal-hal yang supranatural di dalam Alkitab. Misalnya tidak mempercayai Tuhan Yesus dilahirkan melalui anak dara Maria, tidak mempercayai kebangkitan tubuh, menyangkal kedatangan Yesus yang kedua kali, dan lain-lain. Iblis mempergunakan bidat-bidat tersebut untuk mengelabui hati manusia, sehingga Alkitab menasihati kita: ".... di waktu-waktu kemudian ada orang yang murtad lalu mengikuti roh-roh penyesat dan ajaran setan-setan oleh tipu daya pendusta-pendusta yang hati nuraninya memakai cap mereka" (1Tim 4:1-2*). Tuhan Yesus juga mengatakan: "Waspadalah terhadap nabi-nabi palsu yang datang kepadamu dengan menyamar seperti domba, tetapi sesungguhnya mereka adalah serigala yang buas" (Mat 7:15*). Marilah kita "Berjuang untuk mempertahankan iman yang telah disampaikan kepada orang-orang kudus" (Yud 1:3*).

[Lanjutkan] [Sebelumnya]

Bab II Tentang Yesus Kristus

II. TENTANG YESUS KRISTUS

  1. Mengapa Yesus harus dilahirkan melalui anak dara Maria?
  2. Apakah yang dimaksud dengan "Pengharapan Mesias"?
  3. Apakah makna kelaharian Tuhan Yesus?
  4. Bilamana Yesus dilahirkan?
    Apakah Dia dilahirkan pada tanggal 25 Desember?
  5. Siapakah yang menyalibkan Tuhan Yesus?
    Mengapa Ia harus disalibkan dan siapa yang bertanggung jawab atas kematian-Nya?
  6. Bilamana Tuhan Yesus datang kembali? Sanggupkah manusia menghitung hari atau saat kedatangan-Nya


T/J Kontemporer:

[Ke Atas]

1. Mengapa Yesus harus dilahirkan melalui anak dara Maria?

Sejak zaman dahulu, kaum skeptis mengarahkan serangan-serangan mereka atas ajaran Alkitab tentang kelahiran Yesus melalui anak dara Maria. Mereka terus-menerus bertanya: "Bagaimana hal itu mungkin? Bukankah hal itu bertentangan dengan hukum biologi?"

Sebetulnya pertanyaan ini sudah diucapkan oleh Maria tatkala malaikat Gabriel mengunjunginya. Maria bertanya: "Bagaimana hal itu mungkin terjadi, karena aku belum bersuami?" (Luk 1:34*). Dan pertanyaan itu pun sudah dijawab oleh Gabriel sebagai berikut: "Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Allah yang mahatinggi akan menaungi engkau; sebab itu anak yang akan kau lahirkan itu akan disebut kudus, Anak Allah" (Luk 1:35*). Penjelasan yang sama akan diberikan kepada Yusuf: "... anak yang di dalam kandungannya adalah dari Roh Kudus ..." (Mat 1:18-25*).

Jawaban tersebut sangat jelas dan tegas. Bahwa Roh Kuduslah yang memungkinkan Maria mengandung dan melahirkan Yesus. Namun sangat disayangkan, banyak golongan skeptis yang dipengaruhi oleh aliran teologi modern yang masih menanyakan pertanyaan tersebut dan meragukan hal kelahiran Yesus melalui perawan Maria. Mungkin mereka tidak membaca Alkitab, sehingga tidak mengetahui jawaban Gabriel tersebut. Atau mereka sudah membacanya, tetapi tidak mempercayai Firman Tuhan.

Memang kelahiran Yesus melalui anak dara merupakan suatu mujizat secara biologis, yang menyatakan bahwa Yesus adalah unik di antara umat manusia, sesuai dengan pernyataan-Nya bahwa Ia adalah Anak Allah yang tunggal, yang secara mutlak tidak berdosa. Inilah suatu doktrin yang penting di dalam kekristenan. Maka, pengakuan Iman Rasuli dengan tegas menyatakan bahwa "Aku percaya ... kepada Tuhan Yesus Kristus, Anak-Nya yang tunggal Tuhan kita, yang dikandung daripada Roh Kudus, lahir dari anak dara Maria ..." C.S Lewis menyebut kelahiran Yesus adalah "the grand miracle" (mujizat yang agung).

Alkitab secara harafiah mencantumkan kelahiran Yesus melalui anak dara dan menjadikan hal ini sebagai bagian yang intergal di dalam seluruh rencana Allah untuk menyelamatkan manusia:

  1. Setelah manusia jatuh ke dalam dosa dan dijatuhi hukuman oleh Tuhan, maka janji keselamatan telah diberikan kepada manusia, dimana Tuhan berfirman bahwa keturunan perempuan akan meremukkan kepala iblis (Kej 3:15*). Maka penyelamat manusia yang akan menghancurkan kuasa iblis, kuasa dosa dan kuasa kematian, bukan dari keturunan lelaki (secara biologis, seluruh manusia dilahirkan sebagai keturunan lelaki), tetapi dari keturunan perempuan. Janji ini di bidang teologi di sebut "Protevangelium."

  2. Dalam Yesaya 7:14*, Protevangelium ini dijelaskan sebagai berikut: "Sesungguhnya, seorang perempuan muda mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki, dan ia akan menamakan Dia Immanuel." Istilah "perempuan muda" di sini boleh diterjemahkan sebagai "perawan" atau "anak dara" (NIV "Virgin"), yang secara logis adalah "perempuan" yang terdapat di dalam Kej 3:15*. Lebih dari itu, Injil Mat 1:23* mencantumkan bahwa kelahiran Yesus adalah penggenapan Yes 7:14*.

  3. Dalam Alkitab terdapat dua silsilah Kristus yang berbeda: Mat 1:1-16; Luk 3:23-38*. Matius memberikan urutan keturunan rajani dari Daud, Salomo dan seterusnya sampai ke Yekhonya (raja Yehuda terakhir). Inilah silsilah Yusuf, ayah Yesus. Tetapi Lukas memberikan silsilah Daud melalui Natan sampai ke Eli, yaitu ayah Maria. Untuk mewarisi takhta kerajaan Daud, Yesus harus menjadi anak Yusuf yang sah. Tetapi karena janji Allah di dalam Protovangelium tadi, Matius tidak mengatakan "Yusuf memperanakkan Yesus", melainkan mengatakan "Yakub memperanakkan Yusuf suami Maria yang melahirkan Yesus" (Mat 1:16*). Maka tidak mungkin bagi Yesus untuk menjadi anak Yusuf yang sesungguhnya. Namun demikian, Yesus harus menjadi "keturunan Daud" agar Ia dapat mewarisi takhta kerajaan. Jalan buntu ini telah diselesaikan oleh kelahiran Yesus melalui anak dara Maria, istri Yusuf.

  4. Selanjutnya Injil Yohanes menyatakan bahwa "Firman", yaitu "Allah" telah menjadi manusia dan diam di antara kita" (Yoh 1:1,14*). Dengan jelas ayat-ayat ini memberitahukan bahwa kelahiran Yesus merupakan Allah "diam di antara kita" atau "Immanuel."

  5. Masih banyak ayat di dalam Perjanjian Baru yang menyatakan kelahiran Tuhan Yesus dari anak dara. Misalnya, rasul Paulus mengatakan: "Setelah genap waktunya, maka Allah mengutus anak-Nya, yang lahir dari seorang perempuan dan takluk kepada hukum Torat" (Gal 4:4*).

  6. Untuk layak menjadi Juru Selamat, Yesus harus bebas dari segala dosa, atau secara mutlak Ia tidak berdosa. Untuk tidak mewarisi sifat manusia yang tidak berdosa, kelahiran Yesus haruslah unik dari Roh Kudus, sehingga Ia boleh disebut "kudus, Anak Allah" (Luk 1:35*).

Kelahiran Yesus melalui anak dara merupakan suatu mujizat yang besar, yang hanya dapat dilakukan oleh Allah sendiri. Mereka yang meragukan doktrin ini berarti tidak percaya kuasa Allah atas ciptaan-Nya. Kalau Allah berfirman: "Jadilah terang!", lalu terang itu jadi (Kej 1:3*), mengapakah kita tidak mempercayai Allah yang sama menyebabkan inkarnasi Yesus melalui anak dara Maria?

Kami yakin taktala Yusuf mengetahui calon istrinya hamil, pastilah ia mengira bahwa Maria itu berzinah. Tetapi setelah diberi penjelasan oleh Gabriel, Yusuf percaya bahwa kehamilan Maria itu suatu mujizat Allah. Maka ia taat perintah malaikat tersebut, dan "Mengambil Maria sebagai istrinya" (Mat 1:24*). Semoga kaum skeptis modern mau membaca Alkitab tanpa prasangka. Kami yakin Roh Kudus pasti menerangkan doktrin ini kepada mereka.

[Lanjutkan] [Sebelumnya]



T/J Kontemporer:

[Ke Atas]

2. Apakah yang dimaksud dengan "pengharapan Mesias"?

Setelah manusia jatuh ke dalam dosa, Allah telah menjanjikan kedatangan Juru selamat ke dalam dunia. Hal ini telah menjadi pengharapan bagi semua Israel sepanjang zaman. Secara teologi pengharapan ini disebut "Pengharapan Mesias."

Mesias yang artinya "diurapi, adalah istilah bahasa Ibrani "Mashiach", yang sama dengan istilah Yunani "Kristos" yaitu "Kristus" di dalam bahasa Indonesia dan bahasa Arab adalah "Almasih" atau "Masih."

Dalam perjanjian Lama, orang-orang yang diurapi adalah orang-orang yang disiram dengan minyak khusus. Upacara itu biasanya menyatakan bahwa dia yang diurapi adalah seorang imam istimewa, misalnya seorang raja (2Sam 5:3) atau seorang imam (Im 4:16*), sedangkan pengurapan untuk nabi hanya terjadi atas diri Elisa (1Raj 19:16*).

Akan tetapi oleh karena Tuhan Yesus adalah yang terutama ditahbiskan atau diurapi oleh Allah bagi suatu pelayanan yang khusus, maka Dialah yang diberi gelar "Mesias" sehingga hanya Yesus yang kita sebut sebagai Kristus.

Dalam Perjanjian Lama terdapat beberapa janji yang penting perihal pengharapan Mesias ini, misalnya:

  1. Mesias sebagai keturunan perempuan (Kej 3:15*). Ayat ini biasanya kita sebut sebagai "Protevangelium." Karena janji ini, maka Adam menemui istrinya Hawa yang berarti "ibu semua yang hidup" (Kej 3:20*).

  2. Mesias sebagai keturunan Sem (Kej 9:26-27*) Ayat-ayat ini memberikan indikasi bahwa Mesias akan dilahirkan sebagai keturunan bangsa Semitik.

  3. Mesias sebagai keturunan Abraham (Kej 12:2-3*). Janji ini ditegaskan dalam Kej 18:18 dan diulangi dalam Kej 22:18*, serta diinterpretasikan oleh Petrus (Kis 3:25*) dan Paulus (Gal 3:8*).

  4. Mesias sebagai penguasa dari suku Yehuda (Kej 49:10*). Hal ini dinubuatkan oleh Yakub pada masa tuanya, bahwa anaknya yang bernama Yehuda akan menjadi nenek moyang Messias.

  5. Messias sebagai pemenang yang kuat (Bil 24:17*). Hal ini ducapkan oleh nabi Bileam. Tetapi penulis-penulis Perjanjian Baru memetik Mazmur 2:1-12; 110:1-7* untuk menyatakan bahwa Messias sebagai pemenang yang kuat.

  6. Messias sebagai nabi seperti Musa (Ul 18:15*). Messias yang akan datang ke dalam dunia telah dilukiskan sebagai nabi yang seperti Musa. Pesan Allah yaitu "Dialah yang harus kamu dengarkan" ini sering diperbincangkan dalam Perjanjian Baru (Yoh 1:21; 6:14*) dan Allah Bapa sendiri yang berkenan memberi jawaban (Mr 9:7*). Perkataan "dengarkanlah Dia" (Mr 9:7*) adalah gaung perkataan "Dialah yang harus kamu dengar" (Ul 18:15*). Yesuslah nabi itu dan Dialah yang harus kita dengar.

  7. Messias sebagai anak Daud (2Sam 7:12-17*). Ayat-ayat ini dikenal sebagai "Davidic Covenant", di mana Tuhan berjanji akan "mengokohkan" kerajaan raja Daud. Hal ini hanya direalisasikan atas diri Tuhan Yesus.

  8. Mesias sebagai Imam yang rajani (Mzm.110). Surat Ibrani mempergunakan mazmur ini untuk menjelaskan dasar pelayanan Tuhan Yesus sebagai Mesias (Ibr.5:6,10). Ia dipanggil sebagai Imam Besar menurut peraturan Melkisedek

Kesimpulan

"Setelah genap waktunya, maka Allah mengutus anak-Nya, yang lahir dari seorang perempuan dan takluk kepada Hukum Taurat" (Gal 4:4*). Kita bersyukur kepada Tuhan bahwa pengharapan Mesias yang ditunggu-tunggu oleh orang Israel sudah digenapi oleh Tuhan Yesus. Dialah satu-satunya Juru Selamat yang diutus atau diurapi oleh Allah untuk menyelamatkan manusia. Hendaknya kita menerima Dia sebagai Penyelamat dan Raja Hidup kita.

[Lanjutkan] [Sebelumnya]



T/J Kontemporer:

[Ke Atas]

3. Apakah makna kelahiran Tuhan Yesus?

Pada hari ini banyak orang merayakan hari Natal, namun mereka sama sekali buta terhadap makna Natal. Bahkan ada yang berpendapat bahwa Natal berarti pohon terang, sinterklaas, kado-kado, dan lain-lain. Mereka melupakan Tuhan Yesus.

Istilah "Natal" itu berapa dari bahasa Portugis yang berarti "kelahiran", khususnya kelahiran Tuhan Yesus. Maka hari Natal berarti hari raya untuk memperingati kelahiran Tuhan Yesus di dalam dunia.

Kelahiran Tuhan Yesus merupakan klimaks wahyu Allah

Istilah "wahyu" di dalam Perjanjian Baru berasal dari bahasa Yunani "Apokalupsis", yang berarti "Penyataan" atau "Hal yang menjadikan sesuatu dikenal orang" (Gal 1:12*). Maka wahyu merupakan suatu perbuatan Allah menyatakan Dirinya sendiri atau sesuatu perihal kebenaran-Nya kepada manusia.

Alkitab menceritakan bagaimana Allah memberikan wahyu kepada manusia:

  1. Melalui alam semesta yang indah (Mazm 19:2*)
  2. Melalui sejarah manusia dan bangsa (Yes 45:10*)
  3. Melalui hati nurani manusia (Rom 1:19*)
  4. Melalui hal-hal yang bersifat supranatural, misalnya visi, mimpi dan lain-lain. Hal-hal ini pada umumnya terjadi pada zaman para rasul, tatkala Alkitab Perjanjian Baru belum digenapi.
  5. Klimaks atau puncak wahyu Allah adalah melalui pribadi Tuhan Yesus (Ibr 1:1-2*), di mana "Firman itu telah menjadi manusia dan diam di antara kita" (Yoh 1:14*). Kita menyebut Alkitab sebagai wahyu Allah, sebab Alkitab menyatakan hal-hal yang tersebut di atas (2Tim 3:16-17; 2Pet 1:16-21*).

Bersyukur kepada Tuhan walaupun tidak ada seorang pun yang pernah melihat Allah, tetapi Yesus Kristus sebagai Anak Allah yang ada di pangkuan Bapa, Dialah yang menyatakan-Nya (Yoh 1:18*). Maka Natal berarti Allah menyatakan diri-Nya melalui pribadi Tuhan Yesus.

Kelahiran Tuhan Yesus merupakan realitas perjanjian Allah

Kurang lebih 3400 tahun yang lalu, seorang nabi yang bernama Bileam telah bernubuat: "Bintang terbit dari Yakub, tongkat kerajaan timbul dari Israel" (Bil 24:17*). Bani Israel selalu menunggu dan mengharapkan kedatangan bintang tersebut, sebab mereka yakin terbitnya bintang Yakub, itu berarti ketangan Mesias atau Juru Selamat ke dalam dunia. Inilah perjanjian Allah yang terbesar kepada umat manusia.

Syukur kepada Tuhan bahwa pengharapan ini sudah menjadi realita. Pada hari Natal yang pertama, di langit yang gelap gulita tiba-tiba terbit sebuah bintang yang terang benderang, sehinggal beberapa orang majus dari dunia sebelah timur melihatnya dan mengetahui ada seorang raja agung telah lahir. Maka mereka dengan tidak mengenal lelah, lalu mengikuti arah bintang tersebut dan akhirnya sampai ke Betlehem. Dengan serentak mereka menyembah Tuhan Yesus dan dengan hati yang ikhlas mereka memberikan persembahan yang indah kepada-Nya.

Hari Natal berarti terwujudnya perjanjian Allah untuk menyelamatkan manusia melalui pribadi Tuhan Yesus.

Kelahiran Tuhan Yesus merupakan pernyataan Allah

"Immanuel" (Mat 1:23*) berarti "Allah menyertai kita." Nama ini diberikan kepada seorang bayi yang saat kelahirannya dinubuatkan oleh Yesaya (Yes 7:14*) di mana Tuhan memberikan tanda kepada raja Ahas. Melalui kelahiran seorang anak, Allah akan setia terhadap janji-Nya dari musuh-musuh mereka. Injil Matius lebih lanjut mengatakan bahwa nama Immanuel adalah janji kedatangan Allah ke dunia dalam pribadi Tuhan Yesus. Maka kelahiran Tuhan Yesus merupakan pernyataan Allah kepada kita, untuk menyelamatkan kita dari dosa (Mat 1:21-23*).

"Immanuel" ini diteruskan lebih jelas lagi dalam janji bahwa Kristus Yesus yang bangkit itu akan hadir senantiasa (Mat 28:20*).

[Lanjutkan] [Sebelumnya]



T/J Kontemporer:

[Ke Atas]

4. Bilamana Yesus dilahirkan? Apakah Dia dilahirkan pada tanggal 25 Desember?

Istilah "Natal" berarti "kelahiran", khususnya kelahiran Tuhan Yesus, maka hari Natal berarti hari raya untuk memperingati Tuhan Yesus di dalam dunia ini.

Kelahiran Tuhan Yesus merupakan suatu fakta di dalam sejarah manusia di mana tanggalan yang kita pakai sekarang ini dimulai menurut kelahiran-Nya: A.D. (Anno Damini) berarti "di dalam tahun Tuhan kita", dan B.C. (Before Christ) berarti "sebelum Kristus dilahirkan."

Namun sampai abad ke-17, banyak sarjana Kristen yang menemukan bahwa ada kekeliruan sejarah di dalam hal menghitung tahun kelahiran Tuhan Yesus.

Pada hakekatnya ada dua peristiwa yang sangat menentukan:

1. Peristiwa kematian raja Herodes

Alkitab mengatakan bahwa Yesus dilahirkan di kota Betlehem tatkala Herodes bertakhta di Yerusalem (Mat 2:1*). Selanjutnya dikatakan pula bahwa setelah Herodes meninggal dunia, Yusuf dan Maria menyelesaikan pengungsiannya di tanah Mesir dan membawa Yesus kembali ke Nazaret (Mat 2:19-23*).

Bilamana raja Herodes meninggal dunia? Sejarah tidak mencantumkan tanggal yang tepat. Tetapi Josephus, seorang ahli sejarah dalam abad I mengatakan: "Tatkala Herodes jatuh sakit, ia berbaring di dalam istana di Yerikho. Menjelang kematiannya, di Yerikho terlihat eklip bulan dan Herodes mati pada hari raya Paskah." Tanggalan yang dipakai oleh Josephus sukar untuk dicocokkan dengan tanggalan yang kita pakai sekarang ini, namun perihal "eklip" akan memecahkan persoalan ini. Sebab pada masa itu, di Yerikho hanya pernah terlihat eklip yang terjadi pada 13 Mei tahun ke-4 B.C. Hal ini menyatakan bahwa kelahiran Tuhan Yesus pasti sebelum tahun ke-4 B.C.

2. Peristiwa pendaftaran diri pada masa kaisar Agustus

Peristiwa ini tercantum dalam Injil Lukas, di mana Yusuf dan Maria harus pulang ke kampung halamannya yaitu Betlehem, untuk pendaftaran diri. Sesampainya di Betlehem, Maria melahirkan Yesus.

Alkitab tidak memberitahukan bilamana Kaisar Agustus memerintah penduduknya untuk mendaftarkan diri. Tetapi pada tahun 1923, para ahli purbakala menemukan batu ukiran di ibu kota negara Turki, yang mencantumkan tahun-tahun tiga kali pendaftaran diri semasa Kaisar Agustus bertakhta yaitu: 28 B.C., 8 B.C. dan 14 A.D. Di antara ketiga pendaftaran ini, tentunya yang dilakukan pada waktu kelahiran Tuhan Yesus adalah perintah pendaftaran diri pada 8 B.C.

Dengan demikian kita boleh mengatakan bahwa kelahiran Tuhan Yesus adalah di antara 8-4 B.C. Berhubung pada waktu itu kendaraan untuk lalu lintas tidak secepat seperti kendaraan pada saat ini dan juga karena luasnya wilayah kerajaan Romawi, maka suatu perintah yang dikeluarkan di kota Roma, baru akan dilaksnakan di daerah Palestina beberapa tahun setelah titah dikeluarkan. Maka kita boleh mengira bahwa pendaftaran diri di Palestina dilakukan pada 6 B.C.

Sebagai kesimpulan kita akan mengatakan bahwa kelahiran Tuhan Yesus adalah sekitar 4 - 6 B.C. Walaupun para ahli mengetahui bahwa manusia telah melakukan kekeliruan dalam hal menentukan tanggalan menurut A.D. dan B.C., tetapi kekeliruan ini dibiarkan, karena kalau dibetulkan akan mengacaukan sejarah yang sudah berlalu hampir 2000 tahun.

Isu yang kedua yang akan kita perbincangkan adalah tentang tanggal kelahiran Tuhan Yesus. Pada umumnya gereja Kristen menentukan 25 Desember sebagai hari Natal, tetapi gereja Ortodoks Yunani menentukan 6 Januari sebagai hari Natal. Atas kedua tanggal tersebut tidak ada bukti-bukti dalam Alkitab untuk disebut sebagai hari kelahiran Yesus. Kalau demikian, mengapa kita merayakan hari Natal pada tanggal 25 Desember? Atau: Apakah artinya merayakan Natal, sedangkan tiada seorang pun yang mengetahui hari kelahiran Tuhan Yesus?

  1. Kita percaya bahwa Tuhan Yesus sungguh dilahirkan oleh anak dara Maria di Betlehem. Jadi ia pasti mempunyai hari ulang tahun-Nya, walaupun kita tidak mengetahui tanggalnya.

  2. Menurut hukum di negara Tiongkok, kalau orang tidak mengetahui hari kelahirannya, maka secara hukum ia akan dianggap lahir pada tanggal 1 Juli. Walaupun 1 Juli ini bukan hari kelahirannya yang sebenarnya, namun hal ini lebih baik daripada mengangap ia tidak punya hari kelahiran.

    Begitu juga dengan kalender di Amerika Serikat. Sering kita menemukan Presiden George Washington mempunyai dua hari ulang tahun yang disebut "Traditional Brithday dan "Observerence Brithday." Hal ini terjadi kalau hari ulang tahunnya kebetulan jatuh pada week-end, maka oleh pemerintah dipindahkan ke hari Senin supaya hari libur nasional ini sungguh-sungguh libur.

    Dari kedua contoh tersebut di atas, kita mengetahui bahwa yang penting bukan tanggal berapa Yesus dilahirkan, melainkan sikap dan tujuan kita merayakan hari Natal.

  3. Perayaan hari Natal merupakan suatu kesempatan di mana kita dapat menyaksikan kepada dunia bahwa Juru Selamat sudah dilahirkan. Dan khususnya di negara yang kita diami ini, para hari Natal terbuka banyak kesempatan untuk mengabarkan Injil dan mengadakan aktivitas-aktivitas yang bersifat gerejawi. Bagi orang-orang Kristen, perayaan Natal merelakan putra-Nya yang tunggal datang ke dalam dunia ini. Hal ini akan meningkatkan kasih kita kepada Tuhan.

[Lanjutkan] [Sebelumnya]



T/J Kontemporer:

[Ke Atas]

5. Siapa yang menyalibkan Tuhan Yesus? Mengapa Ia harus disalib dan siapa yang bertanggungjawab atas kematian-Nya

Suatu tragedi telah terjadi kurang lebih 2000 tahun yang lalu, tatkala seorang yang bernama Yesus dijatuhi hukuman mati dan disalib di atas bukit Golgota. Bukankah di mata rakyat jelata Yesus dianggap sebagai orang nabi besar, bahkan dipandang sebagai seorang Mesias, yaitu seorang yang diutus Allah untuk membebaskan umat-Nya dari cengkraman dosa dan kematian? Tetapi mengapa Yesus disalib? Siapa yang bertanggung jawab atas kematian-Nya?

Mungkin dengan spontan orang akan menjawab, Yudas Iskariotlah yang harus bertanggung jawab atas kematian Yesus. Memang Yudas adalah murid Tuhan Yesus, tetapi kemudian ia mengkhianati Tuhan. Ia berjanji sanggup menyerahkan Yesus di tangan orang-orang jahat, asal saja dengan imbalan jasa yang berupa uang. Hal ini disetujui, maka terjadilah penangkapan Yesus di taman yang sepi, taman Getsemani.

Maka ada orang yang mengatakan bahwa Sanhedrinlah yang harus bertanggung jawab atas penyaliban Yesus. Dari Getsemani Yesus di bawa ke Pengadilan Yahudi, Sanhedrin namanya dan disitu Yesus dikeroyok dengan tuduhan-tuduhan palsu yang bertubi-tubi. Tuduhan-tuduhan itu karena palsu, tidak mengenai sasarannya. Maka para Farisi merasa sangat jengkel dan mendesak Yesus untuk menjawab hanya satu pertanyaan saja: "Demi Allah yang hidup, katakanlah kepada kami, apakah Engkau Mesias, Anak Allah atau tidak?" Jawab Yesus: "Benar, engkau telah mengatakannya." Maka imam besar itu mengoyakkan pakaiannya dan berkata: "Ia sudah menghujat Allah, untuk apa kita perlu saksi lagi?" Dengan demikian Sanhedrinlah yang telah menjatuhi hukuman mati atas Yesus.

Memang, oleh Sanhedrin, Yesus telah divonis sebagai orang yang tidak dapat diampuni dosanya. Karena Ia melanggar "kehormatan Allah." Tetapi Sanhedrin tidak berhak untuk menjalankan hukuman tersebut. Maka oleh orang Yahudi, Yesus telah dibawa ke pengadilan penguasa Romawi yang pada waktu itu menguasai bangsa Yahudi. Di dalam pengadilan kedua ini, Pontius Pilatus bertanya kepada bertanya kepada penuduh: "Apa yang kau tuduhkan terhadap Yesus ini?" Jawab mereka: "Jikalau orang ini bukan orang jahat, tiada juga kami menyerahkan Dia kepada uan." Alasan ini kurang jelas bagi Pilatus, karena itu ia mendesak supaya mereka mengajukan hal-hal yang konkret. Para pemimpin Yahudi berpikir: Tentu Pilatus tidak mau menjatuhi hukman mati, kalau alasannya hanya Yesus mengaku "Anak Allah", karena itu mereka datang dengan tuduhan-tuduhan yang dibuat-buat sebagai berikut:

  1. Ia menyesatkan bangsa Yahudi,
  2. Ia melarang orang membayar pajak,
  3. Ia mengatakan diri-Nya sendiri Raja (dalam arti, untuk menandingi dan melawan kaisar Romawi.)

Setelah Pilatus mengadakan dialog dengan Yesus, Pilatus mengambil kesimpulan bahwa Yesus tidak bersalah apa-apa. Yesus tidak mempunyai keinginan jahat, bukan orang yang memberontak terhadap pemerintahan Romawi. Lalu Pilatus ke luar mendapatkan orang-orang Yahudi dan mengumumkan pembebasan Yesus dari tuduhan-tuduhan mereka: "Aku ini tidak mendapati suatu kesalahan pun pada-Nya."

Seharusnya sampai di sini proses pengadilan itu sudah dapat diakhiri dengan pembebasan Yesus. Akan tetapi, karena desakan-desakan politis, ancaman-ancaman dan intimidasi dari pihak pemimpin agama Yahudi, Pilatus yang mula-mula berdiri tegak hendak melepaskan Yesus, akhirnya terpaksa menyerah kalah terhadadap tuntutan-tuntutan orang Yahudi itu, sehingga karena habis akal ia menyerahkan Yesus ke tangan mereka untuk disalibkan.

Dari pembahasan di atas, seolah-olah aga tiga pihak yang harus bertanggung jawab atas kematian Yesus, yaitu: Yudas, pemimpin-pemimpin orang Yahudi dan Pilatus. Tetapi hal ini masih belum menyatakan keseluruhan fakta, mengapa Yesus mati, sebab kematian Yesus sudah diizinkan bahkan telah ditentukan oleh Allah Bapa seperti yang tercantum dalam Kisah 4:27-28*, "Sebab sesungguhnya telah berkumpul di dalam kota ini Herodes dan Pontius Pilatus beserta bangsa-bangsa dan suku-suku bangsa Israel melawan Yesus, Hamba-Mu yang kudus, yang Engkau tentukan dari semula oleh kuasa dan kehendak-Mu."

Dengan demikian kita mengetahui bahwa kematian Yesus adalah "maksud dan rencana" Allah Bapa. Namun Bapa tidak pernah memaksakan Yesus untuk menyerahkan nyawa-Nya. Yesus berkata: "Tidak seorang pun mengambil dari pada-Ku, melainkan Aku memberikannya dan berkuasa mengambilnya kembali" (Yoh 10:18*).

Kalau begitu, Yesus sendirilah yang dengan rela hati menyerahkan nyawa-Nya untuk disalib dan mati dan Dialah yang bertanggung jawab atas kematian-Nya sendiri.

Tetapi hal ini pun belum membentangkan kisah yang sempurna tentang kematian Yesus. Mengapa Yesus merelakan diri-Nya untuk mati di atas kayu salib? Alkitab mengatakan bahwa "Kristus telah mati karena dosa-dosa kita, sesuai dengan Kitab Suci" (1Kor 15:3*). "Ia mengalami maut bagi semua manusia" (Ibr 2:9*). Paulus juga mengatakan bahwa Yesus "yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku" (Gal 2:20*).

Dengan demikian, kita boleh mengambil kesimpulan bahwa kitalah yaitu umat manusia secara individual, yang telah menyalibkan Yesus. Orang-orang berdosa yang menyebabkan Yesus mati di atas kayu salib. Kitalah orang-orang durhaka yang harus bertanggungjawab atas kematian Kristus Yesus.

Demikianlah tragedi penyaliban Tuhan Yesus telah digenapi menurut rencana Allah dalam rangka menyelamatkan isi dunia ini. Memang Yesus sudah mati bagi dosa kita. Namun pada hari ketiga Ia bangkit dari antara orang mati, membuktikan bahwa Ia telah sukses menunaikan misi yang dibebankan Bapa kepada-Nya, supaya barangsiapa yang percaya akan Dia jangan binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal (Yoh 3:16*).

[Lanjutkan] [Sebelumnya]



T/J Kontemporer:

[Ke Atas]

6. Bilamana Tuhan Yesus datang kembali? Sanggupkah manusia menghitung hari atau saat kedatangan-Nya?

Di dalam Alkitab tercantum bahwa pada suatu hari Tuhan Yesus akan datang kembali ke dalam dunia ini untuk mendirikan kerajaan-Nya. Terutama di dalam kitab Wahyu Tuhan Yesus empat kali mengatakan: "Aku segera datang." Maka sejak zaman dahulu, banyak orang Kristen ingin tahu bilamanakah Yesus datang? Hal ini menyebabkan banyak penganut bidat dan ekstrimis yang menerka-nerka hari atau tahun kedatangan Tuhan Yesus. Tetapi segala usaha mereka gagal, sebab Tuhan Yesus sendiri mengatakan: "Tetapi tentang hari dan saat itu tidak seorangpun yang mengetahui, malaikat-malaikat di surga pun tidak, dan Anak pun tidak, hanya Bapa sendiri" (Mat 24:36*)

Di sini kami akan memberikan bebeapa contoh:

Contoh pertama: Di New York ada seorang pendeta dari gereja Baptis yang bernama William Miller. Pada tahun 1831 ia mengatakan bahwa berdasarkan penyelidikan Alkitab, Tuhan Yesus akan datang pada tahun 1834. Maka terbentuklah suatu gerakan yang menunggu dan menyambut kedatangan Tuhan. etapi sampai pada waktunya, Tuhan tidak kunjung datang. Maka ia mengubah nubuatnya, ia mengatakan bahwa kedatangan Tuhan adalah pada tanggal 22 Oktober 1844. Tetapi nubuat kedua ini pun gagal. Akhirnya William Miller mengakui kesalahannya dan mengundurkan diri dari gerakan yang ia bentuk. Tetapi seorang pengikutnya yang bernama ellen G. White, mengatakan bahwa ia telah melihat suatu penglihatan, mengetahui bahwa Kristus sesungguhnya sudah datang pada hari yang dinubuatkan oleh Miller. Tetapi Kristus tidak turun ke dunia, melainkan memasuki tahap yang kedua di "tempat yang kudus di surga." Ini berarti bahwa pada tahun 1844 Tuhan Yesus meninggalkan tempat kudus yang pertama, lalu memasuki tempat kudus yang kedua. Dengan demikian Ellen White telah menjadi pemimpin gerakan tersebut, yang akhirnya terbentuklah gereja Adventis.

Kita tidak perlu mempercayai penglihatan Ellen white tersebut, sebab hal itu pun bertentangan dengan firman Tuhan yang mengatakan: "Ia telah masuk SATU KALI untuk selama-lamanya ke dalam tempat yang kudus" (Ibr 9:12*). Kalau Alkitab dengan jelas mengatakan "satu kali", mengapa White mengatakan dua kali? Mungkin ia belum membaca bagian Alkitab ini dengan teliti.

Seandainya Tuhan mengatakan "tidak seorang pun yang tahu" bilamanakah Ia datang (Mat 24:36*), mengapa para Adventis mengetahui tanggal kedatangan Tuhan Yesus? Dengan jelas kita mengetahui bahwa ajaran mereka sudah menyimpang dari Alkitab.

Contoh kedua: Hal ini terjadi pada tahun 1992. Di Korea terdapat sekelompok orang Kristen yang mempercayai bahwa Tuhan Yesus akan datang pada tanggal 28 Oktober 1992. Mereka sangat yakin dengan nubuat ini. Dengan segala keyakinan mereka telah mencetak selebaran-selebaran dan menyebarkan berita kedatangan Tuhan ke tempat-tempat yang dapat mereka capai. Tentu berita itu sampai di Amerika maupun di Indonesia.

Apakah Yesus datang pada tanggal 28 Oktober 1992? Tentu tidak! Salah satu adegan menceritakan bahwa merreka percaya Tuhan Yesus akan menjemput umat Kristen pada tengah malam. Maka pada tanggal tersebut, terdapat 2500 anggota gereja telah berhimpun di Seoul. Mereka berseru dan menyanykan "the rapture is coming." Mereka pun saling mengatakan: "See you ini heaven." Bahkan ada yang melemparkan dompet-dompet ddan kunci-kunci mereka. Hal ini menyatakan betapa besar "iman" mereka terhadap kedatangan Tuhan Yesus. Tetapi segera hati mereka menjadi tawar, sebab waktunya sudah lewat namun Tuhan Yesus tak kunjung datang. Maka kecemasan dan kebimbangan telah meliputi hati mereka, sehingga beberapa jam kemudian ada beberapa orang yang membunuh diri. Ini suatu tragedi yang besar.

Sejarah membuktikan bahwa segala usaha untuk menerka hari dan saat kedatangan Tuhan Yesus adalah sia-sia. Namun kita percaya bahwa pada suatu hari kelak Kristus pasti datang. Walaupun kita tidak tahu bilamana Ia datang, tetapi Ia pasti "segera datang. Demikianlah firman Tuhan:

"Karena itu berjaga-jagalah sebab kamu tidak tahu pada hari mana Tuhanmu datang" (Mat 24:42*).

"Karena itu, berjaga-jagalah, sebab kamu tidak tahu akan hari maupun akan saatnya" (Mat 25:13*).

[Lanjutkan] [Sebelumnya]


Bab III Tentang Gereja Dan Pelayanan

III. TENTANG GEREJA DAN PELAYANAN

  1. Apakah arti, sifat, dan tujuan gereja?
  2. Bolehkah kaum wanita mengajar atau menjadi pemimpin dalam gereja?
  3. Apakah setiap orang Kristen dipanggil untuk melayani?
    Bagaimana mengetahui panggilan Tuhan?
  4. Apakah gereja salah memperingati Hari Natal
  5. Mengapa kita harus mengabarkan Injil?
  6. Mengapa gereja beribadah pada hari Minggu?


T/J Kontemporer:

[Ke Atas]

1. Apakah arti, sifat dan tujuan gereja?

Konsep tentang gereja merupakan hal yang hakiki di dalam sejarah agama Kristen. Namun demikian sampai hari ini masih ada ajaran-ajaran yang simpang siur, sehingga mengaburkan pandangan orang Kristen. Karena itu, kita wajib menyelidiki secara saksama doktrin gereja yang terdapat di dalam Perjanjian Baru.

Arti kata gereja

  1. Arti Linguistik

  2. Kata "gereja" sebetulnya tidak terdapat dalam Alkitab bahasa Indonesia, tetapi kata ini sama dengan "jemaat" atau "sidang jemaat" (Mat 16:18; 18:17; Rom 16:1,5*). Kata-kata ini adalah terjemahan dari bahasa Yunani "ekklesia." Kata ekklesia terdiri dari kata depan "ek" yang berarti "ke luar" dan kata kerja "kalein" yang berarti "memanggil." Maka ekklesia berarti "orang-orang yang dipanggil ke luar."

  3. Arti Sekuler

  4. Di masyarakat Yunani kuno, ekklesia merupakan sebagian rakyat setempat yang berkumpul untuk menyelesaikan persoalan-persoalan mereka di bawah pimpinan pemerintahan yang bersifat demokrasi. Dalam Kisah 19:39* istilah ini dipakai untuk menunjukkan suatu badan politik yang bercorak demokrasi, yaitu "Sidang Rakyat" di Efesus.

  5. Arti di dalam Perjanjian Lama

  6. Di dalam Septuaginta (Perjanjian Lama bahasa Yunani), kata Ibrani "Qahal" diterjemahkan sebagai "ekklesia." Qoahal menunjukkan sidang bangsa Israel di hadapan Allah. Misalnya: Jemaah/Congretation (Ul 31:30; 1Taw 29:1). Jemaah/Assembly (Hak 21:8*). Maka konsep orang Israel tentang "jemaah" adalah perhimpunan umat Allah di bawah kedaulatan teokrasi. Masih ada satu istilah yang mempunyai konsep ekklesia yaitu "Sinagoge" (Synogogue) yang diterjemahkan sebagai "rumah ibadat" (Mr 1:21-23*) atau "rumah sembahyang" (Luk 4:15-16*). Sinagoge merupakan suatu tempat di mana mereka berbakti kepada Tuhan dan kebaktian itu berkenan dengan berdoa, membaca serta menjelaskan ayat-ayat dalam Perjanjian Lama. Gagasan Sinagoge ini mirip dengan eklesia.

  7. Arti di dalam Perjanjian Baru

  8. Tatkala Yesus mengatakan "Aku akan membangun jemaat-Ku (Ekklesia)" (Mat 16:18*), para murid mengetahui apa yang dimaksud dengan "jemaat-Ku." Seolah-olah Tuhan mengatakan: "Lihatlah, orang-orang Yahudi mempunyai jemaat dan orang Yunani juga mempunyainya. Kini Aku akan membangun jemaat-Ku." Menurut Hall Lindsay, gereja di dalam Perjanjian Baru adalah suatu demokrasi-teokratik, suatu lembaga yang bebas, tetapi kebebasan mereka berdasarkan kesetiaan kepada Kristus. Maka gereja merupakan suatu tubuh, di mana anggota-anggota-Nya disatukan melalui kasih mereka terhadap Kristus dan ketaatan kepada-Nya (under the Lordship of Christ).

Sifat dasar gereja

Kata "ekklesia" dipakai di Perjanjian Baru sebanyak 115 kali, di mana 92 kali dipakai untuk menunjukkan gereja setempat (local Chruch). Yang lain menunjukkan gereja di dalam pengertian yang umum. Dengan demikian kita megenal dua ganda sifat dasar gereja:

  1. Dalam pengertian umum Ekklesia

  2. "Ekklesia" mencakup semua orang yang beriman di dalam Kristus, tanpa menyinggung perbedaan waktu dan lokalitas (Mat 16:18*). Inilah yang disebut dalam Pengakuan Iman Rasuli sebagai "gereja yang kudus dan am." Gereja ini akan menjadi realitas sewaktu Tuhan Yesus datang untuk kedua kalinya (Ibr 12:23; Wahy 21:22*).

  3. Dalam pengertian lokal

  4. "Ekklessia" merupakan gereja setempat, gereja yang berkaitan dengan waktu dan tempat dan merupakan sebagian dari gereja yang kudus dan am.

    Tatkala Yesus mengatakan: "Aku akan membangun jemaat-Ku, kepadamu Aku berikan kunci Kerajaan Surga" (Mat 16:18*). Di sini "jemaat" menunjukkan gereja di dalam arti yang umum. Tetapi janji Tuhan itu diulang di dalam Matius 18:18-20*, di mana gereja setempat pun diberi "Kunci Kerajaan Surga."

Tujuan Gereja

Tujuan gereja tercantum dalam Efesus 1:12*, yaitu untuk memuliakan Tuhan. Untuk mencapai tujuan ini, hendaknya kita mengenal dua kata yang sering muncul di dalam Perjanjian Baru:

  1. Koinonia

  2. Yaitu persekutuan (Fellowship) yang mempunyai arti "sharing" di dalam persahabatan, iman, pelayanan bahkan harta benda (Kis 2:44*). Koinonia akan tercapai kalau kita rela diatur dan di satukan oleh Roh Kudus.

  3. Diakonia

  4. Yaitu pelayanan orang Kristen. Hal ini dijelaskan oleh D.I. Moody sebagai berikut: "Gereja adalah misi, tanpa misi berarti tanpa gereja. Tuhan memanggil dan mengasingkan gereja dan keduniawian dan kemudian mengutusnyakembali ke dunia dengan suatu misi."

    Memang bentuk organisasi dan liturgi boleh senantiasa berubah menurut kebutuhan masing-masing tetapi tujuan gereja adalah sama yaitu melalui Koinonia dan Diakonia kita memuliakan Tuhan.

[Lanjutkan] [Sebelumnya]



T/J Kontemporer:

[Ke Atas]

2. Bolehkah kaum wanita mengajar atau menjadi pemimpin dalam gereja?

Berbicara tentang kaum wanita dalam kepemimpinan gereja, ada tiga bagian Alkitab yang selalu menjadi bahan perdebatan di antara orang Kristen. Ayat-ayat tersebut adalah: 1Kor 11:5; 14:34* dan 1Tim 2:12*. Hal-hal yang mereka perdebatkan adalah:

  1. Bolehkah kaum wanita mengajar di dalam gereja?
  2. Bolehkah kaum wanita menjadi pemimpin di dalam gereja?

Karena interpretasi-interpretasi yang berbeda terhadap ayat-ayat bersangkutan, maka selama beberapa abad yang lalu kaum wanita telah menderita banyak diskriminasi dalam pelayanan gereja. Banyak dokumentasi yang membuktikan hal-hal tersebut.

Ada beberapa argumentasi yang akan kita bahas:

  1. "Tetapi tiap-tiap perempuan yang berdoa dan bernubuat dengan kepala yang tidak bertudung, menghina kepalanya ..." (1Kor 11:5*). Menurut adat masyarakat sewaktu Paulus menulis surat ini, wanita-wanita yang sopan harus bertudung sewaktu mereka berada di tempat umum. Ayat ini ditujukan kepada wanita-wanita yang memimpin doa atau mengajar dalam kebaktian gereja. Hal ini menunjukkan bahwa Paulus tidak melarang wanita-wanita yang mengajar atau berkotbah di dalam gereja, asal mereka berdandan dan bertindak dengan sopan, yang dapat diterima oleh adat.

  2. "Sama seperti dalam jemaat orang-orang kudus, perempuan-perempuan harus berdiam diri dalam pertemuan jemaat. Sebab mereka tidak diperbolehkan untuk berbicara ..." (1Kor 14:34*). Ayat ini seolah-olah melarang kaum wanita untuk mengajar atau berkotbah dalam gereja. Tetapi janganlah kita tergesa-gesa mengambil kesimpulan yang sedemikian sebelum memperhatikan konteks yang terdapat dalam ayat berikutnya. Ayat 1Kor 14:35* mengatakan: "Jika mereka ingin mengetahui sesuatu, baiklah mereka menanyakan kepada suaminya di rumah..."

    Maka perkataan "tidak diperbolehkan untuk berbicara" yang terdapat dalam ayat 34, adalah "menanyakan" sesuatu sewaktu kebaktian berlangsung. Kalau di tengah-tengah kebaktian mereka dengan spontan mengacungkan tangan untuk bertanya, hal ini akan mengganggu suasana kebaktian. Interprestasi sedemikian dapat kita yakinkan dengan ayat 1Kor 14:40*, di mana Paulus mengatakan: "Tetapi segala sesuatu harus berlangsung dengan sopan dan teratur." Jadi maksud Paulus adalah demikian: Jangan kebaktiang gereja diganggu oleh pertanyaan-pertanyaan kaum wanita (ayat 1Kor 14:34-35*) ataupun diganggu oleh pemakaian "bahasa roh" (ayat 1Kor 14:39*). Dengan demikian kita mengetahui, pada hakekatnya ayat yang tersebut di atas bukan larangan Paulus kepada wanita untuk berdoa, mengajar dan berkhotbah dalam kebaktian gereja. Konteks ayat tersebut adalah membicarakan tentang "ketertiban" dalam kebaktian. Seperti halnya dengan bahasa roh, tetapi harus ada ketertiban dalam pemakaian bahasa roh.

  3. "Aku tidak mengizinkan perempuan mengajar dan juga tidak mengizinkannya memerintah laki-laki, hendaklah ia berdiam diri" (1Tim 2:12*). Kami yakin ayat ini mempunyai hubungan yang erat dengan situasi yang dialami oleh Timotius dalam gerejanya. Tentunya Timotius sering menghadapi seorang wanita yang "bossy" dalam gereja, sehingga Paulus tidak mengizinkan wanita tersebut menguasai Timotius. Kalau ayat ini kita ambil sebagai patokan bahwa wanita pada umumnya tidak boleh mengajar dan tidak boleh menjadi pemimpin, maka hal ini akan bertentangan dengan ayat-ayat yang lain, misalnya:

    1. Debora adalah seorang hakim yang memerintah orang Israel (Hak 4:4-5*).
    2. Hulda adalah seorang nabiah (nabi perempuan) di Yerusalem (2Raj 22:14; 2Taw 34:22*).
    3. Hana adalah seorang nabiah yang beribadah dengan setia di Bait Allah (Luk 2:36-39*).
    4. Priskilla bersama suaminya adalah rekan kerja Paulus yang setia (Kis 18:18*) dan mereka sanggup menjelaskan Firman Tuhan kepada Apolos (Kis 18:26*). Bapa gereja yang bernama John Chryssostom (337-407 A.D.), berpendapat bahwa nama Priskila selalu disebutkan terlebih dahulu, sebab Priskila lebih unggul dalam pelayanan dan lebih dihormati oleh anggota-anggota jemaat (Kis 18:18, 26; Rom 16:3; 2Tim 4:19*).
    5. Febe juga sebagai rekan Paulus yang melayani di Kengkrea (Rom 16:1*). g. Euodia dan Sintikhe pernah berjuang dengan Paulus dalam pekabaran Injil (Filip 4:2-3*).

Belakangan ini banyak gereja di benua Amerika beranggapan bahwa pemakaian "exclusia language" (misalnya: policeman) adalah diskriminasi terhadap kaum wanita, sehingga mereka menganjurkan pemakaian "inclusive language" (misalnya: police officer). Bagaimana tanggapan gereja kita terhadap hal ini? Pada hakekatnya kita tidak menentang anjuran ini, tetapi kita pun tidak menentang pemakaian "exclusive language." Jadi kita bersikap netral terhadap isu tersebut, tergantung pemakai bahasa secara individual.

Tetapi hal yang kita anjurkan adalah berdasarkan firman Tuhan yang tertulis dalam Galatia 3:28* "dalam hal ini tidak ada orang Yahudi atau orang Yunani, tidak ada hamba atau orang merdeka, tidak ada laki-laki atau perempuan, karena kamu semua adalah satu di dalam Kristus Yesus." Ayat ini sekaligus menentang diskriminasi terhadap suku bangsa, kasta dan perbedaan kelamin.

Kesimpulan

Berdasarkan apa yang telah kita bahas tadi, kita dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut:

  1. Dalam pelayanan dan jabatan gereja tidak boleh terjadi diskriminasi terhadap perbedaan kelamin. Tuhan pun memanggil wanita terjun dalam pelayanan sebagai majelis, tua-tua, misionari dan pendeta.

  2. Kaum wanita hendaknya melayani dalam gereja menurut panggilan dan karunia yang Tuhan berikan, misalnya dalam suatu gereja ada seorang saudari yang berkarunia untuk mengajar, hendaknya ia diberi kesempatan untuk mengajar.

Sesungguhnya kita mempunyai pandangan yang Alkitabiah terhadap segala isu yang sedang bergolak dalam masyarakat kita pada umumnya dan khususnya tentang kaum wanita dalam pelayanan gereja. Sekaligus kita anjurkan bagi kaum wanita yang mempunyai talenta rohaniah untuk terjun ke dalam pelayanan gereja secara aktif dan produktif.

[Lanjutkan] [Sebelumnya]



T/J Kontemporer:

[Ke Atas]

3. Apakah setiap orang Kristen dipanggil untuk melayani? Bagaimana mengetahui panggilan Tuhan?

"Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah" (Rom 8:28*).

Ayat tersebut di atas memberitahu kita dua hal:

  1. Orang-orang yang mengasihi Tuhan adalah mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana-Nya.

  2. Tuhan berjanji bahwa Ia turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka.

Dalam Perjanjian Baru, istilah "dipanggil" (Kletos) dan "panggilan" (Klesis) timbul 22 kali. Semuanya menyatakan panggilan Tuhan kepada umat-Nya untuk sesuatu maksud yang rohani. Panggilan-panggilan ini tidak melulu panggilan untuk menjadi seorang pendeta atau missionari, melainkan seluruh jemaat dipanggil oleh Tuhan dimana "kletos" + kata depan "ek" = "ekklesia." Istilah "ekklesia" timbul dalam Perjanjian Baru sebanyak 115 kali, yang berarti "the called-out ones" dan diterjemahkan sebagai "gereja."

Suatu gereja yang didirikan oleh Tuhan pasti terdiri atas individu-individu yang dipanggil oleh Tuhan. Mereka dipanggil ke luar dari keduniawian dan masuk ke dalam Kristus. Segala aktivitas dan cara hidup dalam gereja seharusnya tidak "serupa dengan dunia" (Rom 12:2*), melainkan "berpadanan dengan panggilan itu" (Ef 4:1*).

Paulus mengatakan bahwa ia "dipanggil menjadi rasul dan dikuduskan untuk memberitakan Injil Allah" (Rom 1:1*). Ini adalah panggilan khusus sebagai Pelayan Tuhan secara "Full time."

Dengan istilah-istilah yang sama Paulus mengatakan bahwa anggota-anggota di jemaat Roma dan Korintus juga dipanggil oleh Kristus dalam pelayanan-Nya (Rom 1:6; 1Kor 7:22*). Ini adalah pelayanan umum yang harus dilakukan setiap orang Kristen. Tiada seorang pun yang boleh berdalih bahwa ia tidak dipanggil oleh Tuhan dalam pelayanan. Semua anak Tuhan adalah pelayan Tuhan.

Secara praktis, banyak orang Kristen mempunyai alasan yang masuk akal untuk tidak terjun ke dalam pelayanan. Misalnya: "Aku tidak mempunyai talenta: Aku tidak berpendidikan tinggi; Aku lemah dan bodoh" dan lain-lain. Saya anjurkan orang-orang yang demikian membaca 1Korintus 1:26-28*. Di sana dikatakan bahwa "ketika kamu dipanggil: menurut ukuran manusia tidak banyak orang bijak, tidak banyak orang berpengaruh, tidak banyak orang yang terpandang. Tetapi apa yang bodoh bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan apa yang kuat, dan apa yang tidak terpandang dan yang hina bagi dunia, meniadakan apa yang berarti ...". Ayat-ayat ini bukan berarti semua orang yang dipakai oleh Tuhan adalah yang bodoh-bodoh, memakai kita. Bahkan Tuhan berjanji akan turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi kita yang mengasihi Dia (Rom 8:28*).

Dalam masyarakat modern yang berkompetisi tinggi, perusahaan-perusahaan dan organisasi-organisasi dunia hanya mau memakai orang-orang yang "pandai, cakap, kuat dan mulia." Tetapi Tuhan memanggil segala macam orang yang "mengasihi Dia" (Rom 8:28*) dan "yang kudus" (Ef 4:12*), untuk diperlengkapi bagi pekerjaan pelayanan. Istilah "diperlengkapi" (katartismos Ef 4:12*), boleh diterjemahkan "dipersenjatai" atau "disempurnakan." Syukur kepada Tuhan bahwa karena kerelaan melayani Tuhan, maka kita yang lemah dan bodoh "diperlengkapi" menjadi orang-orang yang pandai dan kuat. Seorang tokoh iman yang bernama A.W. Tozer mengatakan: "Tuhan hanya dapat memakai orang yang selalu bersukacita dan tidak menolak didikan atau ajaran Tuhan."

Ada banyak orang yang melayani Tuhan secara "temprary." Artinya, kalau ia "senang hati, lancar, banyak berkat, dipuni" maka ia mau melayani Than. Tetapi kalau keadaan memburuk, maka ia tidak lagi berminat untuk melayani. Ini adalah sifat manusia yang egois. Ingatlah bahwa "Allah tidak menyesali kasih karunia dan panggilan-Nya" (Rom 11:29*). Panggilan Tuhan bersifat "permanen", bukan "sementara."

Yang terakhir, bagaimana kita mengetahui panggilan Tuhan atas diri kita masing-masing?

  1. "Berusahalah sungguh-sungguh" (2Pet 1:10*a) untuk mengetahui panggilan Tuhan.

  2. "Jika kamu melakukannya (taat), kamu tidak pernah tersandung" (2Pet 1:10*b).

  3. Mintalah (berdoa) ... supaya Ia menjadikan mata hatimu terang, agar kamu mengerti pengharapan apa yang terkandung dalam panggilan-Nya (Ef 1:17-18*).

  4. Semakin kita mengasihi Tuhan, semakin kita meyakini panggilan Tuhan. Menurut Roma 8:28* "mereka yang mengasihi Dia" identik dengan "mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah." Maka ketaatan terhadap perintah Tuhan dan dorongan kasih kepada-Nya itulah yang mendasari pelayanan kita.

Setelah kita mengerti panggilan Tuhan, marilah kita siap untuk terjun ke dalam pelayanan dengan segenap hati dan pengucapan syukur. Sebagaimana ada sebuah poster yang mengatakan: "Uncle Sam needs you" demikian pula "we (our chruch) need you" Gereja membutuhkan orang Kristen yang mengasihi Tuhan dan rela melayani-Nya.

[Lanjutkan] [Sebelumnya]



T/J Kontemporer:

[Ke Atas]

4. Apakah gereja salah merayakan hari Natal?

Aspek-aspek yang negatif tentang perayaan Natal

Belakangan ini banyak gereja yang memberikan konotasi negatif terhadap perayaan Natal. Bahkan mereka melarang anggota-anggotanya untuk berpartisipasi dalam perayaan tersebut. Mereka mempunyai beberapa alasan yang boleh saya simpulkan sebagai berikut:

  1. Dalam Perjanjian Baru tidak ada indikasi bahwa gereja-gereja pada abad permulaan merayakan hari Natal. Demikian pula, pohon terang dan sinterklaas adalah tidak Alkitabiah.

  2. Menurut pendapat beberapa sarjana Alkitab, kelahiran Tuhan Yesus bukan pada musim dingin (bulan Desember), tetapi pada awal musim rontok (September).

  3. Dewasa ini hari Natal sudah terlalu komersial. Banyak yang menggantikan "Christmas" sebagai "Holiday Season."

  4. Banyak pemabukan dan kecelakaan terjadi karena orang merayakan "Holiday Season."

Hal-hal yang mereka katakan itu memang benar. Perayaan Natal yang sudah dikomersialkan memang tidak sesuai dengan tradisi Kristen, bahkan lebih menyerupai festival. Saturnalia yang dirayakan oleh gereja kafir pada zaman dahulu. Tetapi, apakah gereja salah memperingati kelahiran Tuhan Yesus? Mengapa setiap tahun gereja kita merayakan hari Natal? Marilah kita bahas hal ini.

Aspek-aspek yang positif tentang perayaan Natal

Walaupun perayaan Natal tidak terdapat di dalam Alkitab, kita pun boleh mengesahkan aplikasi Natal yang sehat tentang arti kelahiran Tuhan Yesus kepada dunia. Terutama dalam masyarakat yang semakin duniawi dan fragmental ini, alangkah baiknya kalau setiap tahun kita dapat memperingati suatu fakta yang terbesar di dalam sejarah manusia secara universal, sehingga di dalam hal inilah kasih Allah dinyatakan di tengah-tengah kita, yaitu bahwa Allah telah mengutus Anak-Nya yang tunggal ke dalam dunia, supaya kita hidup oleh-Nya" (1Yoh 4:9*). Maka, perayaan Natal adalah suatu proklamasi bahwa "Kristus Yesus datang ke dalam dunia untuk menyelamatkan orang berdosa" (1Tim 1:15*). Hal ini merupakan kesempatan yang baik untuk penginjilan.

Di dunia Barat kita lazim mengadakan reuni dalam perayaan Natal, di mana anggota-anggota keluarga (mungkin disertai oleh teman-teman atau sanak saudara) berhimpun bersama di bawah pohon terang, kita menyanyi bersama atau mendengarkan lagu-lagu Natal sambil tukar-menukar kado. Inilah suatu komunikasi yang indah antar anggota keluarga dan sanak saudara. Banyak salah paham dan perbedaan pendapat yang sanggup didamaikan. Memang, tukar-menukar kado dapat menjerumuskan kita ke dalam ketamakan atau keduniawian. Namun kalau kita lakukan hal tersebut dengan kasih, tukar-menukar kado mengingatkan kita akan hadian yang terbesar, yang Allah Bapa karuniakan kepada kita, yaitu Tuhan Yesus (Yoh 3:16*). Maka sebelum kita memberikan kado kepada orang yang kita kasihi, kita terlebih dahulu memberikan diri kita sendiri sebagi kado untuk Tuhan.

Melalui perayaan Natal, kita pun boleh memberitakan cerita Natal kepada anak-anak kita. Banyak orang yang sudah meninggalkan Tuhan, bertahun-tahun tidak pernah ke gereja, namun mereka masih teringat cerita-cerita tentang orang majus dan bintang terang, kandang dan palungan, malaikat dan gembala di padang rumput, dan lain-lain. Kesan-kesan Natal inilah yang sering mengembalikan mereka yang terhilang untuk pulang ke rumah Bapa.

Pohon terang memang tidak terdapat di dalam Alkitab. Namun kini pohon terang sudah menjadi suatu simbol perayaan Natal. KIta boleh memakai simbol ini dengan aplikasi yang benar. Misalnya, pohon terang melambangkan Kristus sebagai terang dunia (Yoh 9:5*) dan hendaklah kita "bercahaya di depan orang" agar Bapa yang di surga dipermuliakan (Mat 5:16*).

Bilamana Tuhan Yesus dilahirkan? Sebagian sarjana Alkitab "mengusulkan" 29 September sebagai hari Natal. Hal ini lebih masuk akal, sebab bertepatan dengan perayaan Tabernakel orang Yahudi. Tetapi sebenarnya tidak ada seorang pun yang mengetahui dengan tepat bilamana Yesus dilahirkan. Walaupun demikian, kita percaya bahwa Yesus sungguh telah dilahirkan oleh anak dara Maria di Betlehem. Jadi Ia pasti mempunyai hari ulang tahun, walaupun kita tidak tahu tanggal berapa Yesus dilahirkan, melainkan sikap dan tujuan kita merayakan hari Natal.

[Lanjutkan] [Sebelumnya]



T/J Kontemporer:

[Ke Atas]

5. Mengapa kita harus mengabarkan Injil? Bagaimana caranya mengabarkan Injil?

Mengapa kita mengabarkan Injil?

  1. Karena mengabarkan Injil merupakan bahagian dari amanat Kristus yang agung kepada murid-murid-Nya. Amanat agung ini tercantum di dalam Matius 28:18-20; Markus 16:15-18; Lukas 23:47-49*; Yohanes 20:21-23; Kisah 1:8*. Ayat-ayat tersebut mengatakan bahwa sebelum Tuhan Yesus naik ke surga, Ia memerintahkan murid-murid-Nya untuk menjadi saksi-saksi-Nya dan mengabarkan Injil ke seluruh bumi. Tuhan berjanji akan menyertai mereka serta memberikan kuasa Roh Kudus.

  2. Karena Injil adalah kuasa Allah untuk menyelamatkan manusia (Rom 1:16*). Intisari Injil adalah kematian dan kebangkitan Kristus (1Kor 15:3-4*). Allah berjanji bahwa kalau kita mengakui dengan mulut, bahwa Yesus adalah Tuhan dan percaya dalam hati bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka kita akan diselamatkan (Rom 10:9*). Ternyata banyak orang berdosa yang melakukan kriminalitas yang keji. Setelah mereka menerima Injil, kehidupan mereka telah berubah secara total. Mereka menjadi warga masyarakat yang baik dan berguna. Hal ini membuktikan kuasa Injil untuk menyelamatkan dan mengubah orang berdosa.

  3. Karena Injil Kristus adalah satu-satunya jalan untuk menyelamatkan umat manusia (Yoh 14:6; Kis 4:12*). Seandainya keselamatan dapat ditempuh dengan pelbagai macam cara yang berbeda, maka pekabaran Injil itu bukan hal yang harus kita lakukan. Tetapi kalau Kristus adalah satu-satunya jalan Keselamatan, hanya Kristus yang dapat memberi hidup yang kekal, maka pekabaran Injil itu harus kita laksanakan.

  4. Karena yang mengabarkan Injil itu sedikit (Mat 9:37-38*). Jumlah populasi manusia terus bertambah dengan cepat, tetapi angka pertumbuhan gereja sangat kecil sekali. Menurut statistik yang paling baru, populasi dunia pada dewasa ini sudah mencapai 5,7 billiun, dan setiap minggu penduduk dunia akan bertambah 1,8 juta. Diperkirakan pada pertengahan abad yang akan datang, populasi dunia akan menjadi 125 billiun. Ada suatu stastitik mengatakan bahwa orang Kristen yang mengabarkan Injil hanya 10%. Artinya ada 90% orang Kristen yang hanya berpangku tangan, tidak pernah berusaha mengabarkan Injil.

Oleh karena sebab-sebab yang telah kita sebutkan, gereja harus memobilisasi setiap anggotanya untuk berbeban dan terjun ke dalam pekabaran Injil.

Bagaimana kita mengabarkan Injil?

  1. Teladan jemaat di Filadelfia (Wahy 3:7-9*)

  2. Walaupun gereja ini kecil dan kekuatan mereka "tidak seberapa" (Wahy 3:8*), tetapi mereka "menurut firman Tuhan" bersedia mempergunakan apa yang mereka miliki untuk mengabarkan Injil, sehingga Tuhan berkata: "Lihatlah, Aku telah membuka bagimu, yang tidak dapat ditutup oleh seorang pun."

    Dengan demikian kita mengetahui, pekabaran Injil tidak tergantung atas kemampuan kita. Kalau Tuhan tidak membuka jalan, gereja yang bersar pun tidak dapat mengabarkan Injil. Sebaliknya, kalau Tuhan berkenan membuka jalan, gereja yang tidak mampu pun sanggup berfungsi dalam pekabaran Injil. Kita harus berdoa agar Tuhan membuka pintu pekabaran Injil, sehingga kita dapat menunaikan amanat yang agung.

  3. Teladan Andreas

  4. Dalam Injil Yohanes, Andreas pernah tiga kali membawa orang untuk datang ke hadapan Tuhan. Andreas merupakan "jembatan" yang menghubungkan orang-orang tersebut dengan Tuhan:

    1. Andreas telah membawa saudaranya, yaitu Simon Petrus kepada Tuhan (Yoh 1:35-42*).

    2. Andreas telah membawa seorang anak ke hadapan Tuhan untuk mempersembahkan roti dan ikan (Yoh 6:8-9*).

    3. Andreas telah membawa beberapa orang Gerika untuk menemui Tuhan Yesus (Yoh 12:21-22*).

    Kiranya kita mengambil teladan Andreas untuk membawa sanak saudara, keluarga dan teman-teman kepada Tuhan Yesus. Dalam hal ini, kita harus selalu memperhatikan kebutuhan orang lain dan selalu bersedia untuk sewaktu-waktu sanggup memperkenalkan orang kepada Tuhan. Rasul Petrus menganjurkan kita: "Siap sedialah pada segala waktu untuk memberi pertanggungan jawab kepada tiap-tiap orang yang meminta pertanggungan jawab dari kamu tentang pengharapan yang ada padamu, tetapi haruslah dengan lemah lembut dan hormat" (1Pet 3:15*).

  5. Pekabaran Injil melalui persahabatan

  6. Belakangan ini banyak orang membicarakan tentang "friendship evangelism" yaitu pekabaran Injil melalui persahabatan. Memang hal ini sangat menggembirakan. Sebab menurut stastitik yang kami dapatkan, 70% - 80% dari orang yang pertama kali mengikuti kebaktian di gereja, adalah hasil ajakan teman-teman mereka. Maka jangan lupa untuk selalu menyisipkan Injil Tuhan di dalam pergaulan Saudara.

  7. Kita harus "pergi" mengabarkan Injil

  8. Banyak orang tidak sempat atau tidak mungkin datang ke gereja. Karena itu janganlah membuang waktu untuk mengganggu kedatangan mereka. Sesuai dengan amanat agung, kita harus "pergi" ke tempat mereka untuk memberitahu bahwa Kristus adalah Tuhan. Di dalam missiologi, kita sering membaca istilah "Hidden People" yaitu "orang-orang yang tersembunyi." Siapakah mereka itu? Yang dimaksud dengan "the hidden people" bukan hanya orang-orang yang hidup di hutan atau di daerah yang tertutup, tetapi ada kemungkinan bahwa mereka berada di tengah-tengah masyarakat kita. Oleh karena sesuatu sebab yang tertentu, mereka tidak pernah mendengarkan berita Injil, atau tidak pernah berhubungan dengan gereja, atau bergaul dengan orang Kristen. Pernahkan Anda memperhatikan orang-orang yang demikian! Bersediakah Anda menjangkau mereka dengan kasih Kristus? Inilah tantangan yang kita hadapi: "Pergilah memberitakan Injil ke segala penjuru" (Mr 16:20*).

[Lanjutkan] [Sebelumnya]



T/J Kontemporer:

[Ke Atas]

6. Mengapa gereja beribadah pada hari Minggu?

Banyak umat Kristen bertanya: "Mengapa gereja beribadah pada hari Minggu? Bukankah hal ini bertentangan dengan hukum Tuhan di dalam Perjanjian Lama?" Memang hal ini bukan suatu isu yang baru, namun banyak orang Kristen yang masih kabur dengan makna hari Minggu yang berkaitan dengan KEBANGKITAN Tuhan Yesus. Marilah hal ini kita bahas bersama:

Di dalam Perjanjian Lama

Hari Sabat adalah hari yang ketujuh menurut kalender kita adalah hari Sabtu. Di dalam Alkitab Perjanjian Lama tercantum hukum-hukum yang ditetapkan oleh Tuhan tentang hari Sabat sebagai berikut:

  1. Hari Sabat dikuduskan oleh Tuhan: "Allah memberkati hari ketujuh itu dan menguduskannya, karena pada hari itulah Ia berhenti dari segala pekerjaan penciptaan yang telah dibuat-Nya itu." (Kej 2:3*)

  2. Tuhan memerintahkan umat Israel untuk memegang hari Sabat: "... enam hari lamanya engkau akan bekerja dan melakukan segala pekerjaanmu, tetapi hari ketujuh adalah hari Sabat ..." (Kel 20:8-11*). Hukum ini diberikan untuk memperingati pekerjaan penciptaan Tuhan yang selesai pada hari ketujuh.

  3. Sekali lagi Tuhan memerintah umat Israel untuk merayakan hari Sabat: "Tetaplah ingat dan kuduskan hari Sabat ... Sebab haruslah kau ingat, bahwa engkau pun dahulu budak di tanah Mesir dan engkau di bawa ke luar dari sana oleh Tuhan ..." (Ul 5:12-15*). Hukum ini diberikan bukan untuk memperingati penciptaan Tuhan, tetapi untuk memperingati anugerah Tuhan yang telah menyelamatkan mereka dari perbudakan di tanah Mesir. Umat Israel yang diperbudaki di tanah Mesir harus bekerja seminggu tujuh hari tanpa istirahat, maka setelah Tuhan menyelamatkan mereka, mereka diberi istirahat pada hari Sabat.

Di sini kita boleh mengambil kesimpulan bahwa dalam Kitab Keluaran, merayakan hari Sabat merupakan suatu upacara keagamaan yang harus dijalankan oleh umat Israel. Tetapi dalam kitab ulangan makna hari Sabat sudah berubah, bukan untuk memperingati karya penciptaan Tuhan, tetapi untuk memperingati pelepasan dari perbudakan. Mereka tidak perlu bekerja seminggu tujuh hari, mereka boleh menikmati liburan pada hari yang ketujuh. Jadi hari Sabat mengandung makna perikemanusiaan, bukan melulu syarat agama.

Di dalam Perjanjian Baru

  1. Tuhan Yesus berkata: "Bapa-Ku bekerja sampai sekarang, maka Aku pun bekerja juga" (Yoh 5:17*). Ini berarti bahwa kita tidak lagi memegang hari Sabat untuk memperingati selesainya karya ciptaan Tuhan.

  2. Pada suatu hari orang-orang Farisi mengecam Tuhan Yesus, sebab murid-murid-Nya memetik bulir gandum pada hari Sabat. Sebab itu Yesus mengutarakan ajaran yang penting tentang hari Sabat: "Hari Sabat diadakan untuk manusia dan bukan manusia untuk hari Sabat. Jadi Anak manusia adalah juga Tuhan atas hari Sabat" (Mr 2:27*). Di sini Tuhan Yesus menghubungkan hari Sabat dengan perikemanusiaan (Mr 2:25-26*).

  3. Rasul Petrus berkata: "... mengapa kamu mau mencobai Allah dengan meletakkan pada tengkuk murid-murid itu suatu kuk, yang tidak dapat dipukul, baik oleh nenek moyang kita maupun oleh kita sendiri?" (Kis 15:10*). Perkataan ini menyangkut keadaan orang Israel pada waktu itu yang menambahkan 1521 larangan pada hari Sabat. Misalnya orang dilarang mengikat tali pada hari Sabat, sebab hal itu berarti ia bekerja. Orang dilarang membawa pena, sebab hal itu berarti menggotong beban. Maka di hadapan sidang di Yerusalem, Petrus telah mengecam formalitas orang Israel pada hari Sabat.

  4. Setiap hukum di dalam Sepuluh Hukum Musa disebutkan di dalam surat-surat Perjanjian Baru kecuali hukum yang keempat, yaitu tentang hari Sabat. di dalam Perjanjian Baru, orang Kristen tidak pernah dinasihati untuk memegang hari Sabat. Bahkan Paulus memperingati orang-orang Kristen yang secara formalitas memegang hari Sabat (Kol 2:16-17*).

  5. Sebaliknya orang-orang Kristen pada abad permulaan berhimpun pada hari Minggu untuk berbakti kepada Tuhan:

    1. Tuhan Yesus bangkit pada hari Minggu (Mat 28:1*) dan para murid berhimpun bersama pada hari Minggu (Yoh 20:19,26*).

    2. "Pada hari pertama dalam minggu itu (hari Minggu), ketika kami berkumpul untuk memecah-mecahkan roti, Paulus berbicara dengan saudara-saudara di situ, ..." (Kis 20:7*). Orang Kristen berhimpun, mengadakan perjamuan kudus dan mendengarkan khotbah pada hari Minggu.

    3. "Pada hari pertama dari tiap-tiap minggu, hendaklah kamu masing-masing ~~ sesuai dengan apa yang kamu peroleh ~~ menyisihkan sesuatu dan menyimpannya di rumah, supaya jangan pengumpulan itu baru diadakan kalau aku datang" (1Kor 16:2*). Orang Kristen memberi persembahan pada hari Minggu.

Nubuat tentang hari Minggu sebagai Hari Tuhan

"Batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan telah menjadi batu penjuru. Hal itu terjadi dari pihak Tuhan, suatu perbuatan ajaib di mata kita. Inilah HARI yang dijadikan Tuhan, marilah kita bersorak-sorak dan bersukacita karenanya" (Mazm 118:22-24*).

Mazmur 118:22*a berbicara tentang KEMATIAN Tuhan Yesus, sedangkan ayat 22b tentang KEBANGKITAN Tuhan. Maka ayat ini pernah dikutip oleh Petrus di dalam khotbahnya pada hari Pentakosta untuk menerangkan kematian dan kebangkitan Tuhan Yesus (Kis 2:10-11*). Sedangkan ayat 24 merupakan nubuat tentang ibadah orang Kristen pada hari Minggu untuk memperingati kebangkitan Tuhan Yesus.

Kesimpulan

Gereja di dalam zaman Perjanjian Baru tidak pernah diperintahkan untuk memegang hari Sabat. Sebaliknya, untuk memperingati hari KEBANGKITAN Tuhan, sejak abad pertama orang-orang Kristen beribadah kepada Tuhan pada hari Minggu.

Kesimpulan

Gereja di dalam zaman Perjanjian Baru tidak pernah diperintahkan untuk memegang hari Sabat. Sebaliknya, untuk memperingati hari KEBANGKITAN Tuhan, sejak abad pertama orang-orang Kristen beribadah kepada Tuhan pada hari Minggu.

[Lanjutkan] [Sebelumnya]


Bab IV Tentang Pembahasan Alkitab

IV. TENTANG PEMBAHASAN ALKITAB

  1. Bagaimana analogi antara Musa dan Kristus?
  2. Apakah arti Immanuel?
  3. Apa atau siapa yang dimaksud sebagai "Batu Karang ini" dalam Matius 16:18-19?
  4. Apakah "Bintang Yakub" itu?
  5. Mengapa Abraham disebut sebagai tokoh iman yang patut kita teladani?
  6. Matius 27:52-53 mencantumkan tentang kebangkitan orang-orang kudus, apakah artinya?
  7. Apakah benar menurut Markus 11:23, bahwa doa yang beriman sanggup memindahkan gunung?


T/J Kontemporer:

[Ke Atas]

1. Bagaimana analogi antara Musa dan Kristus?

Musa adalah seorang pemimpin bangsa Israel dan tokoh Perjanjian Lama yang paling banyak disebut-sebut di dalam Perjanjian Baru. Hal ini disebabkan karena Musa mempunyai tipe Tuhan Yesus yang paling jelas. Alkitab mencantumkan banyak analogi antara Musa dan Kristus. Bahkan dalam Ulangan 18:15* Musa telah menubuatkan tentang kedatangan Kristus atau Mesias sebagai berikut:

"Seorang nabi dari tengah-tengahmu, dari antara saudara-saudaramu, sama seperti engkau, aku dibangkitkan bagimu oleh Tuhan, Allahmu; dialah yang harus kamu dengar." Istilah "sama seperti aku" menunjukkan bahwa Musa melambangkan dan mempunyai tipe Kristus. Marilah kita bahas hal ini lebih lenjut:

  1. Anak seorang perawan

  2. Walaupun Musa dilahirkan di dalam keluarga Amran dan Yokhebed, namun kemudian ia menjadi anak putri Firaun, yang tentunya masih perawan dan yang telah menyelamatkan Musa dari bahaya maut serta membesarkannya di istana Mesir (Kel 2:5-10; Kis 7:21*).

    Hal ini analog dengan Tuhan Yesus Kristus yang dilahirkan di Betlehem melalui perawan Maria (Yes 7:14; Mat 1:18-23; Luk 1:27-35*).

  3. Terancam oleh kelaliman raja

  4. Kelahiran Musa terancam oleh kelaliman raja Firaun yang berusaha membunuh bayi-bayi orang Ibrani yang lahir pada waktu itu. Namun Musa berhasil diselamatkan dari bencana maut dan dibesarkan di istana (Kel 1:16, 2:3-6*).

    Demikian juga dengan Tuhan Yesus yang kelahiran-Nya terancam oleh tirani raja Herodes. Walaupun raja ini dengan segala kebengisannya membunuh anak-anak kecil yang dibawah 2 tahun, tetapi Yesus juga berhasil diamankan oleh Yusuf ke Mesir (Mat 2:16, 13-15*).

  5. Mengenal masa mudanya

  6. Selain Keluaran 2:1-10*, kita tidak mengetahui banyak tentang kehidupan Musa pada masa mudanya. Riwayat hidup Musa sebelum mencapai usia 40 absen di dalam Alkitab.

    Demikian pula dengan Tuhan Yesus. Hanya ada satu peristiwa yang dicatat mengenai masa mudanya itu, yakni perjalanan-Nya yang terkenal ke Bait Allah di Yerusalem ketika Ia berusia 12 tahun, sehingga kita tidak mengetahui banyak tentang riwayat Tuhan Yesus sebelum berusia 30 tahun.

  7. Arti namanya

  8. Nama Musa berarti "ditarik ke luar" (Kel 2:10*). Setelah Musa "ditarik ke luar" dari bahaya maut, ia sempat dididik secara menyeluruh di istana Mesir selama 40 tahun dan selanjutnya dididik oleh Tuhan selama 40 tahun juga di padang belantara Midian. Setelah itu barulah Musa menjadi penolong dan pembebas bangsa Israel dari perbudakan di Mesir.

    Nama Yesus bentuk Yunani dari nama Ibrani Yosua, yang berarti "Tuhan Penyelamat" (Yahweh Savior). Yesus harus mati di atas kayu salib untuk menanggung dosa manusia, tetapi dengan kebangkitan-Nya Ia telah "ditarik ke luar" dari kuasa maut dan menyatakan bahwa Ia adalah Anak Allah dan Juru Selamat manusia (Mat 1:21; Kis 5:30-31*). Yesus berkuasa melepaskan kita dari perbudakan dosa.

  9. Melakukan mujizat dan tanda ajaib

  10. Musa dilengkapi dengan kuat kuasa untuk melakukan mujizat dan tanda ajaib, untuk membuktikan bahwa ia adalah delegasi yang diutus oleh Allah (Kel 3:10, 4:9-17*).

    Hal ini juga berlaku atas diri Tuhan Yesus yang menyatakan otoritas-Nya melalui mujizat dan tanda ajaib (Yoh 3:1-2*; Kis 10:38, 2:22*).

  11. Kedatangan-Nya yang pertama kali

  12. Ketika Musa pertama kali datang kepada umat-Nya yaitu orang-oang Israel, ia ditolak, sehingga ia harus melarikan diri ke tanah Kafir (Kel 2:11-15; Kis 7:25-27*).

    Begitu juga dengan kedatangan Tuhan Yesus yang pertama, Ia ditolak oleh orang Israel dan kemudian anugerah keselamatan terbuka bagi orang-orang kafir (Yoh 1:11; 19;15-22; Kis 2:22-24, 28:25-28*; Rom 11:1-36*).

  13. Mempelainya

  14. Musa setelah ditolak oleh umatnya sendiri, ia memperoleh mempelainya di tanah kafir (Kel 2:16-21*).

    Demikian pula dengan Tuhan Yesus. Setelah Ia ditolak dan disalib oleh umat Israel, gereja-gereja bagaikan jamur di musim hujan, tumbuh di antara orang-orang kafir. Gereja-gereja inilah yang disebut tubuh Kristus dan mempelai Kristus.

  15. Kedatangan-Nya yang kedua kali

  16. Tatkala Musa kembali kepada umat-Nya, ia bertindak sebagai pemimpin dan pembebas orang Israel yang agung (Kel 4:14*).

    Pada suatu hari Tuhan Yesus juga akan datang untuk kedua kalinya. Ia akan menjadi penolong dan pembebas bangsa Israel (Kis 3:21; 15:14-17; Rom 11:26-27; Za 14:1-10*).

  17. Penyalur hukum Allah

  18. Selama 40 tahun Musa memimpin bangsanya mengembara di padang belantara. Pekerjaannya yang terpenting selama masa itu ialah menyalurkan, mengajar dan menjelaskan hukum-hukum Allah. (Kis 7:53*; Kel 20:1-26; Yoh 1:17*).

    Tuhan Yesus telah memberikan eksposisi hukum-hukum Allah secara rohani, Ia menggenapi hukum Allah, dan memberikan hukum yang baru yaitu hukum kasih (Mat 5:7; Luk 6:27-29; Yoh 13:34; 15:12*; Gal 6:2; 2Yoh 1:5*).

  19. Kedudukannya

  20. Musa bertindak sebagai nabi, penasihat, perantara dan pemimpin atau raja (Ul 18:15-18; Kel 32:31-35; 17:1-6; Ul 33:4-5*).

    Tuhan Yesus juga mempunyai jabatan sebagai nabi, penasihat, perantara dan pemimpin atau raja (Kis 3:22-23; 1Yoh 2:1-2*; Ibr 7:25; Rom 8:33-34; Yes 55:3-4; 2Sam 7:8-15; Luk 1:31-33*; Kis 3:19-21; 15:14-17*).

Dengan mempelajari Firman Tuhan secara teliti, kita dapat mengetahui bahwa rencana Allah yang indah untuk mengutus Juru Selamat manusia sudah terkandung sejak zaman Perjanjian Lama. Kayu salib dan mahkota yang mulia telah menjalin seluruh Alkitab, baik Perjanjian Baru maupun Perjanjian Lama. Tugas kita selaku orang Kristen adalah membaca, mempelajari dan memberitakannya.

[Lanjutkan] [Sebelumnya]



T/J Kontemporer:

[Ke Atas]

2. Apakah arti Immanuel?

"Immanuel" (Emmanouel) berarti "Allah menyertai kita." Inilah nama yang diberikan kepada seorang bayi yang saat kelahirannya dinubuatkan oleh nabi Yesaya (Yes 7:14; 8:8*). Dikatakan bahwa "sebelum anak itu tahu menolak yang jahat dan memilih yang baik", kaum Israel sudah terlepas dari bahaya ancaman musuh-musuh mereka. Maka Immanuel merupakan tanda anugerah dan penyertaan Allah di antara umat-Nya. Kurang lebih 700 tahun kemudian, Matius mencantumkan bahwa Immanuel merupakan penggenapan janji kedatangan Allah ke dunia dalam pribadi Tuhan Yesus (Mat 1:23*).

Immanuel merupakan hal yang mengherankan

Allah khalik semesta alam telah menyatakan diri-Nya kepada manusia dalam bentuk manusia, bahkan sebagai bayi yang tak berdaya. Suatu ide yang unik: Allah menjelma sebagai manusia untuk berkomunikasi dengan manusia. Tuhan Yesus telah menggenapi karya penyelamatan-Nya dalam bentuk Allah yang sempurna dan manusia yang sempurna. Maka Tuhan menyebut Diri-Nya sebagai "Dia yang telah turun dari surga, yaitu Anak Manusia" (Yoh 3:13*).

Immanuel merupakan hal yang membingungkan

Bukan saja orang-orang pada waktu itu bingung dengan status Tuhan Yesus, bahkan para murid-Nya juga bimbang. Bagaimana Allah dapat menjadi manusia? Bagaimana Allah dilahirkan melalui anak dara? Secara manusia hal ini mustahil, tetapi melalui kelahiran Tuhan Yesus, Immanuel telah direalisasikan. Pada hari ini pun banyak orang bimbang dan menyangkal keilahian Tuhan Yesus sebagai Anak Allah, sehingga kecillah iman mereka.

Immanuel merupakan suatu jaminan

Penyertaan Allah kepada kita dinyatakan melalui Tuhan Yesus. Allah tidak lagi memakai tabernakel atau tabut di dalam bait Allah untuk menyertai umat-Nya, sebab benda-benda tersebut sangat dibatasi oleh waktu dan ruang, bahkan pernah ditawan oleh musuh-musuhnya. Tetapi penyertaan Tuhan Yesus merupakan suatu jaminan kekal bahwa Allah tidak akan meninggalkan umat-Nya. Ia bersabda: "Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman" (Mat 28:20*).

Immanuel merupakan suatu jaminan

Karena kelahiran Tuhan Yesus kita tidak lagi disebut musuh Allah, tidak lagi disebut orang yang berdosa dan binasa, melainkan disebut anak-anak Allah (Yoh 1:12*). Karena kelahiran Tuhan Yesus, kita pun mengalami kelahiran yang baru. "Kita dilahirkan dari air dan Roh" (Yoh 3:5*), untuk mewarisi kerajaan surga serta segala kemuliaannya. Kelahiran Tuhan Yesus disebut sebagai "kesukaan besar untuk seluruh bangsa" (Luk 2:10*). Sebagai orang Kristen, tidak seharusnya kita selalu bermuka "asam." Bersukacitalah, karena Tuhan menyertai kita, Immanuel.

Immanuel merupakan suatu salib

Salib ini terdiri dari dua garis, vertikal dan horizontal. Yang Vertikal berarti Allah yang "transcendent", ilah dan agung, sedangkan yang horizontal berarti Allah yang "immanent", penuh kasih sayang dan anugerah. Ialah "Allah yang di atas semua dan oleh semua dan di dalam semua" (Ef 4:6*). Maka secara teoritis, seorang yang mengasihi Tuhan pasti mengasihi sesama. Tetapi dalam praktiknya, masih banyak orang yang seolah-olah berkobar-kobar melayani Tuhan, namun sukar bekerja sama dengan orang lain. Semoga kenyataan Immanuel akan mengubah sikap hidup dan pelayanan mereka.

Kesimpulan

Immanuel bukan hanya suatu teologi atau dogma yang dapat kita pelajari, tetapi suatu realitas hidup, di mana Allah dan kebenarannya yang kekal tinggal bersama kita. Sebab itu hendaknya gereja sebagai perhimpunan orang Kristen dapat memanifestikan kebenaran ini, sehingga lebih banyak orang kafir mengenal Tuhan yang Immanuel.

[Lanjutkan] [Sebelumnya]



T/J Kontemporer:

[Ke Atas]

3. Apa atau siapakah yang dimaksud sebagai "batu karang ini" dalam Matius 16:18-19*?

Setelah Petrus menyatakan pengakuan imannya terhadap Tuhan Yesus, berkatalah Tuhan kepadanya: "Engkau adalah Petrus (petros), dan di atas batu karang (petra) ini, Aku akan mendirikan jemaat-Ku ... Kepadamu akan Kuberikan kunci kerajaan surga. Apa yang kau ikat di dunia ini akan terikat di surga dan apa yang kau kepaskan di dunia ini akan terlepas di surga." (Mat 16:18-19*).

"Di atas batu karang itu" Tuhan Yesus mendirikan jemaat-Nya. Apa atau siapakah yang dimaksud sebagai "batu karang ini?" Dewasa ini, para sarjana Teologi mempunyai interpretasi yang berbeda terhadap ayat-ayat tersebut. Tetapi pada hakekatnya boleh kita simpulkan di dalam 3 kategori sebagai berikut:

  1. "Batu karang ini" adalah Kristus. Pendapat ini sesuai dengan kebenaran yang terkandung di dalam Kitab Perjanjian Baru, "karena tidak ada seorang pun yang dapat meletakkan dasar lain daripada dasar yang telah diletakkan, yaitu Yesus Kristus" (1Kor 3:11*).

  2. "Batu karang ini" adalah pengakuan iman Petrus yang mengatakan bahwa Tuhan Yesus adalah Mesias, Anak Allah yang hidup (Mat 16:16*). Pendapat ini pun sesuai dengan dogma Kristen tentang landasan gereja, yakni mempercayai Yesus sebagai Kristus, Anak Allah.

  3. "Batu karang ini" adalah Petrus sendiri. Hal ini sesuai dengan susunan kalimat di dalam ayat tersebut, di mana Yesus berkata kepada Petrus, "Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini ... "

Memang gereja-gereja yang Injil, fundamentalis dan konservatif, kebanyakan menganut pendapat yang pertama dan yang kedua. Kita pun tidak setuju dengan ajaran gereja Roma Katolik yang mengatakan bahwa Petrus adalah pemimpin gereja seluruh dunia dan kepemimpinan ini diwariskan kepada Paus. Namun kalau kita menyelidiki tata bahasa dan susunan kalimat dalam bahasa asalnya, kita akan condong pada pendapat yang ketiga. Walaupun demikian, tidak berarti kita segaris dengan ajaran Roma Katolik. Alasannya boleh kita bahas sebagai berikut:

  1. Walaupun "petros" boleh diterjemahkan sebagai "batu" atau "batu karang" yang tersendiri dengan pengertian bahwa batu karang tersebut adalah "kecil", sedangkan "petra" adalah "batu karang yang besar" atau yang masih terbentuk "gunung", tetapi kedua kata tersebut berasal dari akar kata yang sama. Kedua kata ini di dalam bahasa Arami juga mempunyai terjemahan yang sama, yaitu "Kepha" (di dalam bahasa Indonesia: Kefas, Yoh 1:42*). Maka di dalam bahasa Arami istilah "Kepha" akan muncul dua kali dalam ayat tersebut.

  2. Dalam bahasa Yunani, "petra" adalah kata benda yang berbentuk betina, maka tidak sesuai sebagai nama yang diberikan untuk Simon, sehingga harus memakai "petros" yang berbentuk jantan untuk menyebut Simon.

  3. Menurut susunan kalimat dalam ayat tersebut antara "petros" dan "petra" terdapat kata penghubung "kai" (dan). Ini menunjukkan bahwa "Petros" dan "Petra" mempunyai hubungan erat, bukannya yang satu menunjukkan Petrus dan yang lain menunjukkan Kristus atau pengakuan iman Petrus.

  4. Seandainya yang dimaksud "batu karang ini" adalah Kristus, maka perkataan "Engkau adalah Petrus", sama sekali tidak ada arti.

  5. Dalam bahasa Yunani, biasanya kata pengganti "ini" (outos) berkaitan dengan kata precedent yang terdekat. Dalam Matius 16:18*, "Petros" (Petrus) adalah precedent yang terdekat dengan "Batu karang ini." Dengan lain kata, "batu karang" yang dimaksud oleh Tuhan Petrus.

  6. Pada hari Pentakosta (Kis 2:1-47*), Petrus dipenuhi oleh Roh Kudus dan bersaksi bagi Tuhan Yesus, di mana 3000 orang telah bertobat dan dibaptis, sehingga gereja yang pertama berdiri di Yerusalem. Bukankah hal ini sesuai dengan nubuat Tuhan Yesus bahwa "di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku."

  7. Dalam Efesus 2:20* dikatakan bahwa orang Kristen merupakan bahan bangunan yang dibangun di atas "dasar para rasul dan para nabi, dengan Kristus Yesus sebagai batu penjuru." Para sarjana Teologi berpendapat bahwa di dalam bangunan orang Timur, "batu penjuru" itu lebih penting daripada dasar atau fondasinya, bahkan dasar suatu bangunan harus bersandar pada batu penjurunya. Kristus adalah batu penjuru, Ia adalah pusat dan pokok kaidah kepercayaan agama Kristen, sedangkan para rasul yang diutus oleh Tuhan untuk memberitakan Injil dan mendirikan gereja merupakan dasar atau "sokoguru jemaat" (Gal 2:9*).

  8. Wahyu 21:14* mengatakan bahwa tembok kota Yerusalem baru itu "mempunyai 12 `batu besar` (bahasa aslinya: themelios, sama dengan `dasar` dalam 1Korintus 3:11*) dan di atasnya tertulis kedua belas nama rasul Anak domba itu."

Walaupun pendapat "Petrus sebagai batu karang" juga disetujui oleh gereja Roma Katolik, namun mereka mempunyai interpretasi yang berbeda dengan apa yang telah kita uraikan.

Mereka berpendapat bahwa Petrus mewarisi "Hak Kepemimpinan" gereja dan selanjutnya hak tersebut diwariskan kepada para Paus. Dengan lain kata mereka menganggap bahwa Petrus adalah Paus yang pertama, sedangkan kita berpendapat bahwa bukan Petrus seorang diri yang menjadi dasar jemaat, melainkan Petrus beserta para rasul yang merupakan pengantar dan dasar berdirinya jemaat yang "kudus dan am."

Kesimpulan

Kalau kita membandingkan Matius 16:18, Efesus 2:20*, maka dengan jelas kita boleh mengambil kesimpulan sebagai berikut:

Petrus beserta para rasul adalah dasar jemaat yang didirikan oleh Tuhan Yesus, di mana pemberitaan tentang pelayanan para rasul berdasarkan Kristus dan ajaran-Nya. Pendapat ini sesuai dengan keseluruhan ajaran Alkitab serta implikasinya. Hanya ajaran para rasul yang menjadi pedoman kita untuk mendirikan gereja, dan bukan Paus, bukan juga Joseph Smith, bukan Charles Russel, bukan Mary Baker Eddy, dan bukan pula Sun Myung Moon.

[Lanjutkan] [Sebelumnya]



T/J Kontemporer:

[Ke Atas]

4. Apakah "Bintang Yakub" itu?

Nubuat Nabi Bileam

Kurang lebih 3400 tahun yang lalu, seorang nabi yang bernama Bileam telah bernubuat "Bintang terbit dari Yakub, tongkat kerajaan timbul dari Israel" (Bil 24:17*). Bani Israel selalu menunggu dan mengharap kedatangan bintang tersebut, sebab mereka yakin bahwa dengan terbitnya bintang Yakub, itu berarti kedatangan Mesias atau Juru Selamat ke dalam dunia ini.

Bintang di sebelah Timur

Pengharapan ini sudah menjadi realitas. Kurang lebih 2000 tahun yang lalu, di langit gelap gulita, tiba-tiba terbit sebuah bintang yang terang benderang, sehingga beberapa orang majus dari dunia sebelah timur melihatnya dan mengetahui ada seorang raja agung telah lahir. Mereka dengan tidak mengenal letih, telah mengikuti arah bintang tersebut, dan akhirnya sampai di Betlehem.

Dengan serentak mereka menyembah Tuhan Yesus dan dengan hati yang ikhlas mereka memberi persembahan yang indah kepada-Nya.

Pendapat-pendapat yang berbeda

Bagaimana timbulnya bintang tersebut? Ada orang yang mengatakan bahwa pada waktu itu planet-planet di sitem solar kebetulan berkedudukan dalam satu garis, sehingga terjadi terang yang benderang. Ada pula yang berpendapat bahwa bintang Yakub ersebut adalah pertemuan dua bintang di ruang angkasa, yaitu bintang Musytari (Jupiter) dan Zohal (Saturn), sehingga memancarkan terang yang besar. (catatan: memang menurut para ahli, hal itu pernah terjadi pada bulan Mei tahun 7 BC, tetapi Prof. Pritchard dalam bukunya yang berjudul "Nature and Revelation" mengatakan bahwa pertemuan kedua bintang tersebut terjadi pada 59 tahun sebelum Kristus dilahirkan.) Masih ada pendapat-pendapat lain yang sangat berbeda dengan kedua pendapat yang telah kami sebutkan di atas.

Bintang yang disediakan Allah

Berhubung simpang siurnya pendapat-pendapat tentang bintang Yakub tersebut, kita sukar untuk menganut pendapat mereka. Dalam teks asilnya, "bintang" yaitu "Aster" (Mat 2:2*) adalah kata benda yang berbentuk tunggal. Ini berarti bahwa bintang Yakub bukan penggabungan antara bintang-bintang atau planet-planet di langit. Juga, bintang tersebut paling sedikit timbul dua kata untuk memimpin perjalanan orang-orang majus sampai di Betlehem, bahkan "berhenti" di atas tempat di mana Anak itu berada" (Mat 2:9*). Kami yakin bahwa bintang Yakub adalah sebuah bintang yang disediakan oleh Allah pencipta, untuk memberitahukan bahwa Kristus, Juruselamat sudah lahir.

Apakah hal ini menyangkut astrologi?

Bukankah antrologi atau ilmu rujum perbintangan dilarang oleh Tuhan, bahkan kiab Ulangan mengatakan bahwa orang-orang yang melakukan hal-hal tersebut akan dihukum mati? (Ul 17:2-7, 18:10-12*). Perbuatan tersebut sering disertai dengan penyembahan kepada dewa-dewa atau benda-benda di langit seperti matahari, bulan dan bintang-bintang. Tetapi mengapa kelahiran Tuhan Yesus disertai dengan "bintang-Nya"? Dan mengapa Allah harus memakai bintang tersebut untuk memberitahu orang-orang majus tentang kelahiran Kristus? Bukankah hal ini mirip dengan astrologi, primbon, tenung atau ramalan melalui perbintangan? Jawaban kami adalah sebagai berikut:

  1. Bintang tentang timbul di langit sebelah timur tersebut hanyalah suatu tanda atau simbol kelahiran Kristus. Hal ini merupakan penggenapan nubuat nabi Bileam yang terdapat di kitab Bilangan, untuk memberitahu kepada umat manusia bahwa Juru Selamat "sudah" lahir. Dengan demikian bintang tersebut bukan untuk suatu "peramalan" hal yang terjadi, melainkan suatu "pemberitahuan" hal yang sudah terjadi.

  2. Orang-orang majus yang melihat bintang terang itu tidak terlibat dalam penyembahan berhala atau benda-benda di langit, bahkan ada kemungkinan mereka pernah membaca atau mendengar nubuat Bileam tentang bintang Yakub, sehingga tatkala mereka melihat bintang terang, dengan segera mereka mengetahui bahwa itu adalah tanda kelahiran seorang anak raja yang agung. Para ahli mengatakan bahwa orang-orang Majus yang agung. Para ahli mengatakan bahwa orang-orang majus tersebut adalah pengikut Zoroaster, yang mempercayai dan menyembah Allah yang Esa, serta menentang ajaran polytheisme dan penyembahan terhadap berhala, sehingga mereka tidak ada sangkut pautnya dengan ilmu nujum perbintangan.

  3. Alkitab mencantumkan beberapa hal yang bersangkutan dengan matahari, bulan dan bintang-bintang, misalnya Matius 24:30*; Yoel 2:28-32; Kisah 2:19-20*, dan lain-lain. Hal-hal tersebut sama sekali tidak menyangkut astrologi.

Kesimpulan

Bintang terang tersebut disediakan oleh Allah untuk memproklamasikan kedatangan Anak-Nya, yaitu Kristus Yesus Tuhan kita. Allah pernah menyediakan tiang api dan awan untuk memimpin bani Israel dalam perjalanan di padang belantara. Demikian juga Allah telah menyediakan bintang terang untuk memimpin perjalanan orang-orang majus sampai di Betlehem Untuk menyembah Kristus Yesus. Pada hari ini, Tuhan pun berkenan memakai Firman-Nya untuk memimpin perjalanan kita, dimana firman-Nya itu menyingsing dan bintang timur terbit bersinar di dalam hatimu" (1Pet 1:19*). Adakah Firman Tuhan menjadi pelita bagi kakimu dan terang bagi jalanmu? (Mazm 119:105*).

[Lanjutkan] [Sebelumnya]



T/J Kontemporer:

[Ke Atas]

5. Mengapa Abraham disebut sebagai tokoh iman yang patut kita teladani?

Abraham adalah pembina bangsa Ibrani. Pada mulanya ia bernama Abram dan tinggal di Ur-Kasdim (kini letaknya di daerah Irak Selatan) sekitar tahun 2000 SM. Pada suatu hari, dengan bimbingan Allah ia pindah ke arah barat laut menuju Haran, dan kemudian ke arah Barat Daya menuju Kanaan.

Menjelang masa tuanya, Abraham mendengar panggilan Allah. Allah membuat perjanjian dengan Abraham dan menjanjikan kepadanya seorang putra. Melalui putra perjanjian itu, yaitu Ishak, ia menjadi nenek moyang semua bangsa Yahudi. Kebesaran Abraham diringkas dalam surat Ibrani 11:8-19 dan surat Yakobus 2:21-23*.

Dari kehidupan Abraham kita mendapat kesimpulan bahwa Abraham adalah tokoh iman yang patut kita teladani:

  1. Abraham beriman: Ia mendengar, menaati, mematuhi segala perintah Tuhan dan percaya akan firman Tuhan (Kej 15:6; Ibr 11:8*). Dengan iman kita diselamatkan; dengan iman kita melayani Tuhan. "Tetapi tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah" (Ibr 11:6*).

  2. Abraham beribadat: Ke mana saja Abraham pergi, ia selalu membangun mezbah. Melalui mezbah, ia mengucap syukur kepada Tuhan, berdoa serta mempersembahkan korban dan beribadat kepada Tuhan. Paulus menasihati kita agar senantiasa berdoa dan mengucap syukur dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Tuhan (1Tes 5:17-18*).

  3. Abraham hidup sebagai musafir: Ke mana saja Abraham pergi, ia membangun mezbah. Ia pun membuat kemah dan tinggal di dalamnya. Hal ini menunjukkan bahwa ia mengakui hidupnya di dalam dunia ini hanya sebagai musafir saja. Perjalanan hidupnya menuju ke negeri yang baka, kehidupan jasmaninya tidak kenal seperti kemah yang bisa rusak, tetapi kehidupan rohani itu kekal adanya (2Kor 4:16; 5:1-2*).

  4. Abaraham suka damai: Ia tidak suka bertengkar, tidak suka membantah dan rela mengalah (Kej 13:5-9*). "berusahalah hidup damai dengan semua orang" (Ibr 12:14*). Tuhan menjanjikan: "Berbahagialah orang yang membuat damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah (2Kor 4:16, 5:1-2*).

  5. Abraham tidak egoistis: Ia selalu memikirkan kepentingan orang lain (Kej 13:9*) dan rela membantu kesukaran orang lain (Kej 14:14-16*). Demikian juga nasihat rasul Paulus: "Janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepetingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga" (Filip 2:4*).

  6. Abraham memberi persepuluhan: Ia memberi persepuluhan kepada Melkisedek yang melambangkan Tuhan Yesus (Kej 14:20; Ibr 7:1-28*). Tuhan berjanji akan memberkati orang yang memberi persepuluhannya kepada Tuhan (Mal 3:10*). Dalam hal memberi persembahan, hendaklah kita memberi menurut kerelaan hati, jangan dengan sedih atau karena terpaksa, sebab Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita.

Masih banyak ciri khas kehidupan Abraham yang boleh menjadi teladan kita, tetapi apa yang telah diuraikan di atas, cukup menjadi pedoman kita untuk hidup sebagai orang Kristen yang diperkenankan Tuhan.

[Lanjutkan] [Sebelumnya]



T/J Kontemporer:

[Ke Atas]

6. Matius 27:52-53* mencantumkan lambang kebangkitan orang-orang kudus, apakah artinya?

"Dan kuburan-kuburan terbuka dan banyak orang kudus yang telah meninggal bangkit. Dan sesudah kebangkitan Yesus, mereka pun keluar dari kubur, lalu masuk ke kota kudus dan menampakkan diri kepada banyak orang" (Mat 27:52-53*).

Matius 27:52-53* merupakan salah satu bahagian Alkitab yang sukar dimengerti. Para sarjana Teologi pun mempunyai pendapat-pendapat yang sangat berbeda satu dengan yang lainnya. Pendapat-pendapat mereka boleh kita simpulkan sebagai berikut:

  1. Ada yang berpendapat bahwa Matius 27:52-53* yang menceritakan perihal kebangkitan, seharusnya diletakkan sesudah pasal Mat 28:2*, karena kebangkitan mereka disebabkan oleh kuasa Allah dan "gempa bumi yang hebat" (Mat 28:2*) tatkala Tuhan Yesus bangkit. Tetapi entah bagaimana ahli Taurat meletakkannya pada pasal 27. Pendapat ini disebut "Symbolic theory."

  2. Ada yang berpendapat bahwa kedua ayat tersebut merupakan suatu kiasan sastra yang melukiskan kemenangan Tuhan Yesus atas kematian. Jadi bukan sesungguhnya terjadi kebangkitan orang-orang kudus tersebut. Pendapat ini disebut "Symbolic theory."

  3. Pendapat lain mengatakan bahwa Matius 27:52-53* merupakan suatu nyanyian yang disisipkan ke dalam Injil Matius, hanya untuk menggairahkan pengharapan orang Kristen tentang kebangkitan. Pendapat ini disebut "Christian Hymn theory."

  4. Ada yang mengatakan bahwa orang-orang kudus ini telah bangkit tatkala Tuhan Yesus mati di atas kayu salib, tetapi mereka tetap tinggal di dalam kuburan. Ketika Yesus bangkit dan kematian, barulah mereka keluar dari kuburan dan masuk ke kota Yerusalem. Pendapat ini disebut "Strict chronology theory."

  5. Ada yang berpendapat bahwa perkataan "dan kuburan-kuburan terbuka" (Mat 27:52a) seharusnya berkaitan dengan Mat 27:51*b, sebab kuburan-kuburan tersebut terbuka karena gempa bumi yang terdapat pada Mat 27:51*. Dengan demikian, kebangkitan orang-orang kudus ini hanya terjadi setelah Tuhan Yesus bangkit pada pasal Mat 28:1-20*. Pendapat ini disebut "Non chronology theory."

Kami berpendapat bahwa Matius 27:52-53* memang sukar dimengerti, tetapi jikalau Alkitab sudah mencantumkannya, kita tidak dapat menyangkal fakta kebangkitan orang-orang kudus tersebut. Tatkala Kristus mati banyak kuburan terbuka dan setelah Tuhan Yesus bangkit, jenazah-jenazah yang terdapat di dalam kuburan-kuburan tersebut bangkit dari kematian. Hal ini tidak mengherankan, sebab memang banyak orang dibangkitkan melalui kuasa Tuhan, misalnya kebangkitan orang-orang mati yang terdapat dalam 1Raja 17:1-24*; 2Raja 4:1-44, 13:1-25; Matius 9:1-38; Lukas 7:1-7, Yohanes 11:1-32*, dan lain-lain. Kami yakin dalam keadaan bagaimanapun juga, Tuhan sanggup membangkitkan orang mati, sehingga tatkala Kristus menang atas kematian, kuasa kemenangan ini mempengaruhi orang-orang matinya (Ef 4:8-9*). Jadi kebangkitan orang-orang kudus dalam Matius 27:1-66*, merupakan suatu contoh bahwa pada suatu hari segala orang yang beriman akan dibangkitkan. Kristus adalah buah sulung (1Kor 15:20*) dan kita yang beriman di dalam-Nya akan mengalami kebangkitan tubuh seperti Dia yang sudah bangkit.

Setelah orang-orang kudus ini bangkit dari kematian, mereka masuk ke kota Yerusalem dan menampakkan diri kepada orang banyak. Kita tidak mengetahui siapakah orang-orang kudus ini dan bagaimana keadaan mereka setelah itu, sebab Alkitab tidak memberi penjelasan. Tetapi kita yakin bahwa mereka memberi kesaksian yang kuat tentang kebangkitan Tuhan Yesus.

[Lanjutkan] [Sebelumnya]



T/J Kontemporer:

[Ke Atas]

7. Apakah benar menurut Markus 11:23* bahwa doa yang beriman sanggup memindahkan gunung?

Tuhan Yesus mengatakan: "Sesungguhnya barangsiapa berkata kepada gunung ini: Beranjaklah dan tercampaklah ke dalam laut! Asal tidak bimbang hatinya, tetapi percaya bahwa apa yang dikatakannya itu akan terjadi, maka hal itu akan terjadi baginya" (Mr 11:23*).

Banyak orang dibimbangkan oleh perkataan Tuhan Yesus di atas: Benarkah iman orang Kristen sanggup memindahkan gunung? Apakah ayat ini boleh ditafsirkan secara harafiah? Kalau demikian, bukankah dunia ini menjadi kacau-balau, sebab orang-orang Kristen berkuasa memindahkan gunung?

Pertanyaan-pertanyaan ini boleh kami jawab sebagai berikut:

  1. Yang terutama, kita harus melihat konteks ayat tersebut. Pada ayat yang ke-22 Tuhan berkata: "Percayalah kepada Allah."

  2. Jadi kebenaran yang diungkapkan Tuhan Yesus adalah doa yang mempercayai Allah. Doa yang beriman kepada Allah mempunyai khasiat yang besar, seperti hal memindahkan gunung.

  3. Kita sering mempunyai konsep yang salah terhadap istilah "percaya." Tatkala kita berdoa, kita hanya beriman kepada pengenapan hal-hal yang kita doakan, tetapi kita tidak mempercayai pribadi Allah sendiri. Kita tidak mencari kehendak-Nya terlebih dahulu. Sebelum kita yakin bahwa hal ini akan digenapi. Ini berarti bahwa kita memaksa Tuhan untuk menggenapi goa kita.

  4. Maka dalam hal memindahkan gunung, apakah kita sudah yakin bahwa memang kehendak Tuhan supaya gunung ini dicampakkan ke dalam laut.

Contoh yang lain dalam Alkitab: Pada suatu hari nabi Yehezkiel melihat tulang-tulang kering di tengah-tengah lembah. Lalu Tuhan bertanya kepadanya: "Dapatkah tulang-tulang ini dihidupkan kembali?" Yehezkiel menjawab: "Ya Tuhan Allah, Engkaulah yang mengetahui!" (Yeh 37:1-3*). Ini berarti Yehezkiel tidak tahu apakah tulang-tulang itu daat dihidupkan, tetapi setalah Tuhan berfirman: "Bernubuatlah ...", maka Yehezkiel mengetahui apa yang dikehendaki Tuhan. Kemudian ia bernubuat dengan penuh iman dan mujizat yang besar terjadi, di mana tulang- tulang kering itu dihidupkan dan menjadi terang yang sangat besar.

Prinsip ini boleh kita pakai dalam hal memindahkan gunung. Kecuali jika kita memang megnetahui keendak Tuhan agar gunung ini dipindahkan. Kalau tidak, maka sia-sialah doa kita untuk memindahkan gunung.

Para nabi di zaman Perjanjian Lama telah melakukan banyak mujizat yang mengherankan, tetapi mujizat-mujizat itu bukan dilakukan menurut keinginan diri mereka sendiri, melainkan menurut perintah dan kehendak Tuhan. Mereka sering mengatakan: Demikianlah firman Tuhan ..."

Kesimpulan

Doa yang beriman sangat berkhasiat, tetapi pada hakikatnya, doa yang beriman itu melaksanakan kehendak Tuhan. 1Yohanes 5:14* mengatakan: "Dan inilah keberanian percaya kita kepada-Nya, yaitu bahwa Ia mengabulkan doa kita, jikalau kita meminta sesuatu kepada-Nya menurut kehendak-Nya."

[Lanjutkan] [Sebelumnya]


Bab V Tentang Kehidupan Kristen

V. TENTANG KEHIDUPAN KRISTEN

  1. Apakah standar moral dan patokan kelakukan orang Kristen
  2. Bagaimana mengatasi frustasi yang tiba-tiba menimpa kita?
  3. Bagaimana mengatasi sifat egoistis?
  4. Mengapa kita harus mengendalikan lidah?
  5. Bagaimana mengatasi konflik dalam kehidupan orang Kristen?
  6. Bagaimana perdamaian dunia dapat kita capai


T/J Kontemporer:

[Ke Atas]

1. Apakah standar moral dan patokan kelakuan orang Kristen?

Akhir-akhir ini, media umum sering membahas kasus "human sexuality", yang mencakup persetujuan tentang "premalital sex", "homosexual" dan "bisexual". Bersyukur kepada Tuhan bahwa resolusi tersebut telah ditolak oleh Rapat Umum Gereja-gereja Presbyterian yang ke 203 di Baltimore, dengan suara 534 banding 31. Keputusan ini segera disalurkan kepada 10.500 gereja-gereja Presbyterian (U.S.A), untuk menegaskan bahwa "premarital sex", "homosexuality" dan "bisexuality" adalah bertentangan dengan standar moral yang Alkitabiah. Kita merasa senang dan puas atas keputusan tersebut, seperti komentar harian Fresno Bee yang mengatakan bahwa "PRESBYTERIANS AFFRIRM BIBLICAL STANDARDS FOR SEX" (The Fresno Bee, June 10, 1991, A1).

Tetapi sangat disayangkan bahwa United Church of Christ sudah menyetujui untuk menghabiskan orang-orang homoseksual dalam kependetaan mereka. Juga Episcopal Church, walaupun mereka sudah mentahbiskan orang-orang yang mempraktekkan homoseksualitas, namun secara formal mereka akan membahas kasus tersebut. Kami sangat menyesal terhadap kedua denominasi tersebut yang menghiraukan patokan kekristenan yang mulia.

Memang salah satu tendensi yang sangat membingungkan orang Krsiten pada abad ke-20 ini, adalah kepercayaan dalam moral relativisme, dimana manusia percaya bahwa tidak ada suatu standar mutlak untuk menentukan perbuatan yang salah dan yang benar. Moral kelakuan seseorang tergantung pada situasi yang ia alami. Konsekuensinya, "setiap orang berbuat apa yang benar menurut pandangannya sendiri" (Hak 21:25*). Filsafat demikian kita kenal sebagai "situation ethics." Berdasarkan filsafat ini, perbuatan seseorang disebut benar walaupun ia berzinah, mencuri, merampok, bahkan membunuh, asal semuanya itu ia lakukan demi "kasih."

Yang memegang filsafat hidup demikian menyebut perbuatan dirinya sebagai "new morality", tapi menuut pandangan Kristen Alkitabiah, "new morality" adalah "no morality". Kalau setiap orang bebas menentukan standar moralnya masing-masing, maka ia menjadi ilahnya sendiri. Hal ini tidak berbeda dengan penyembahan berhala, bahkan lebih jahat daripadanya.

Memang kita akui bahwa norma tentang salah dan benar mungkin berlainan menurut daerah dan waktu yang berbeda. Namun setiap orang mengetahui secara intuitif perbedaan antara salah dan benar, dan mengetahui bahwa mereka harus melakukan yang benar. Ini berarti bahwa setiap manusia mempunyai dasar kesadaran moral yang tidak dimiliki oleh binatang. Hal ini juga membuktikan bahwa manusia diciptakan menurut "gambar Allah" (Kej 1:27*).

Standar moral dan patokan kelakuan manusia seharusnya ditetapkan oleh Tuhan Penciptanya. Standar ini adalah ""gambar Allah." Segala sesuatu yang "kehilangan kemuliaan Allah" adalah "dosa" (Rom 3:23*). Sebagai anak Tuhan, kita diperintahkan: "Jika engkau makan atau jika engkau minum, atau jika engkau melakukan sesuatu yang lain, lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah" (1Kor 10:31*). Maka standar moral yang benar adalah kelakuan yang sesuai dengan kehendak Tuhan dan demi kemuliaan-Nya.

Namun masalah ini masih menjadi suatu perdebatan: Bagaimana menentukan bahwa kelakuan kita sesuai dengan kehendak Tuhan dan memuliakan-Nya? Untuk menjawab pertanyaan ini, banyak sarjana teologi mulai mengadakan penyelidikan tentang kebutuhan dan situasi masyarakat dewasa ini. Mereka memakai waktu dan tenaga untuk mengenal perkembangan budaya-budaya yang berbeda. Hal ini mungkin membantu pengertian kita, tetapi dengan tegas kami katakan bahwa Tuhan sudah memberitahukan isi hati-Nya, rencana-Nya yang tertulis Alkitab. Kita boleh membahas kebutuhan masyarakat, kita boleh menyeldiiki latar belakang kebudayaan yang berbeda, tapi patokan yang kekal bagi moral kehidupan manusia adalah Firman Tuhan.

Segala hakekat yang tidak mempercayai atau tidak menaati firman Tuhan adalah dosa dan "upah dosa ialah maut" (Rom 6:23*). Baiklah kita memegang teguh pernyataan iman sebagai berikut: The Word of God which is contained in the Scriptures oh the Old and New Testaments is the only rule to direct us how we may glorify and enjoy Him" (The Shorter Catechism of the Presbyterian Chruch, Q2).

[Lanjutkan] [Sebelumnya]



T/J Kontemporer:

[Ke Atas]

2. Bagaimana mengatasi frustasi yang tiba-tiba menimpa kita

Setinggi-tingginya kerohanian seseorang, pada suatu saat ia pun mungkin mengalami kekecewaan. Maka penting bagi kita untuk mengetahui bagaimana mengatasi frustasi yang tiba-tiba menimpa diri kita.

Contoh yang akan kita ambil adalah pengalaman Elia. Elia adalah nabi yang termasyur di Israel, Kerajaan Utara, sekitar tahun 875-850 BC. Dengan berani Elia seorang diri telah membela kebenaran, walaupun ia harus menegur sang raja mengenai kesalahannya. Kemenangannya atas para imam Baal di gunung Karmel merupakan kisah yang menakjubkan (1Raj 18:1-46*). Tetapi tatkala Elia mengalami kekecewaan, ia mengeluh kepada Tuhan: "Cukuplah itu! Sekarang ya Tuhan, ambilah nyawaku, sebab aku ini tidak lebih baik daripada nenek moyangku" (1Raj 19:4*).

Namun kita bersyukur kepada Tuhan, bahwa Ia tidak membiarkan Elia tinggal di dalam kekecewaan. Tangan Tuhan berkenan menolong Elia keluar dari kecemasannya. Demikian pula, kita yakin bahwa Tuhan selalu bersedia menolong kita keluar dari awan gelap yang meliputi kerohanian kita masing-masing.

Berdasarkan kitab 1Raja 19:1-21*, kita akan melihat bagaimana Tuhan menolong Elia untuk mengatasi kekecewaan.

Tuhan memberi istirahat (1Raj 19:5-8*)

Sebelum Elia mengalami kekecewaan, ia telah memikul tanggung jawab yang sangat berat. Ia ditugaskan untuk memalingkan bangsa Israel dari penyembahan berhala kepada Tuhan. Pekerjaan ini melelahkan semangat dan kekuatan tubuh, sehingga Elia merasa lemas. Dalam keadaan sedemikian, Iblis telah berhasil menyerang Elia melalui ancaman Izebel yang bersumpah akan membunuh Elia. Izebel adalah permaisuri yang jahat dan keras kepala, ia berusaha mengganti kebaktian kepada Tuhan Allah dengan penyembahan berhala Baal. Karena ancaman ini, Elia sekonyong-konyong menjadi frustasi dan takut, sehingga ia melarikan diri.

Kita mungkin dengan cepat menuduh Elia pengecut. Namun Tuhan menyelami kelemahan Elia. Sepatah pun Ia tidak menegur Elia, bahkan makanan yang berlimpah-limpah kepadanya. Setelah Elia tidur dan makan, kemudian tidur lagi dan makan lagi, semangat dan kekuatannya pulih. Istirahatlah yang cukup telah menyegarkan semangat Elia.

Pada saat ini mungkin Saudara sedang bergumul dalam berbagai kesulitan: Mungkin kesulitan dalam pelajaran atau pekerjaan Saudara. Mungkin kesulitan dalam perekonomian atau pelayanan Saudara. Mungkin juga kesulitan dalam pernikahan atau pergaulan Saudara. Kesulitan-kesulitan tersebut menyebabkan Saudara menjadi lesu dan jemu. Begitu Saudara lengah, iblis segera datang menyerang, sehingga Saudara tawar hati, cemas, tidak bersemangat melayani Tuhan dan akhirnya Saudara mengalami kekecewaan dan kegagalan total.

Kalau hal ini Saudara alami, ingatlah panggilan Tuhan: "Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan menanggung berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu" (Mat 11:28*). Maukah Saudara datang kepada-Nya untuk memperoleh istirahat tubuh, jiwa dan roh? Kita yakin hanya Firman Tuhan yang bagai makanan rohani yang menguatkan kita dalam hal menanggulangi segala tekanan tersebut.

Tuhan mendengarkan keluhan Elia (1Raj 19:9-10*)

Sewaktu Elia berada di gunung Horeb, Tuhan bertanya kepadanya: "Apakah kerjamu di sini, hai Elia?" Tuhan menghendaki Elia bercerita tentang sebab-sebab frustasinya, seolah-olah jawaban Elia adalah suatu pengaduan. Tetapi justru inilah kejujuran Elia dalam hal menyerahkan isi hatinya kepada Tuhan. Elia sudah berhasil mengutarakan sebab-sebab yang menjadikan ia frustasi. Hal ini membantu Elia mengenal diri sendiri dan memberi kesempatan untuk menerima pertolongan Tuhan. Lihat, Tuhan tidak menegur Elia, tetapi Ia hanya mendengarkan keluhan Elia, serta menyatakan simpati-Nya untuk menolong Elia. Tuhan akan berbuat sesuatu untuk membangkitkan hamba-Nya.

Biasanya orang Kristen sering membicarakan persoalannya kepada gembala sidang atau orang-orang yang mereka percayai. Hal ini sangat baik dan sangat dianjurkan, sebab dengan mengutarakan problema-problemanya, ia sendiri akan menemukan bahwa persoalan yang ia hadapi sebetulnya tidak sebesar apa yang mereka bayangkan, dan pula ia mungkin akan menemukan jalan keluarnya.

Tetapi lebih daripada itu, janganlah kita lupakan Tuhan yang berkenan mendengarkan keluhan dan jeritan kita. Dialah sumber pertolongan kita. Doa-doa yang jujur adalah doa-doa yang mengungkapkan isi hati kita. Doa yang demikian sangat berkhasiat, bukan saja memberikan kita pandangan yang objektif, tetapi juga menggerakkan tangan Tuhan untuk menolong kita.

Tuhan menyatakan diri kepada Elia (1Raj 19:11-12*)

Pada waktu Elia frustasi, pastilah ia merasa bahwa Tuhan telah melupakannya, sehingga ia meagukan kuasa dan penyertaan Tuhan. Maka Tuhan sekali lagi menyatakan diri-Nya kepada Elia, bahwa penyertaan-Nya tidak pernah berubah. yang berubah adalah dari Elia sendiri. Elia mulai sadar bahwa imannya menjadi lemah, sebab ia terlalu memandang situasi sekelilingnya lebih daripada memandang Tuhan.

Demikian pula dengan keadaan kita, tatkala kita merasa diri kita telah dilupakan, seringkali kita jatuh di tengah-tengah depresi dan menjadi "self-pity. Pada saat demikian, yang kita butuhkan adalah kesadaran baru tentang pernyataan dan kuasa Tuhan dalam kehidupan kita. Kesadaran ini sering kita dapatkan dalam saat-saat teduh. Di mana kita mau bermeditasi, berkomunikasi degan Tuhan, maka kitta kan mendengar bisikan Tuhan (1Raj 19:12*).

Tuhan mengembalikan Elia dalam pelayanan (1Raj 19:13-16*)

Sampai tahap ini, Tuhan berkata kepada Elia: "Pergilah, kembalilah ke jalanmu!" Elia ditugaskan untuk mengurapi tiga orang, di mana salah satu di antaranya adalah Elisa, yang kelak akan menjadi penggantinya sebagai nabi Israel. Untuk meyakinkan hati Elia, Tuhan memberitahu bahwa di negara Israel masih terdapat 7000 orang yang tetap setia kepada Tuhan, sehingga dalam pelayanan Elia tidak seorang diri.

Demikianlah Tuhan telah meningkatkan prestasi pelayanan Elia. Pasal-pasal berikutnya membuktikan bahwa Elia kembali lagi sebagai nabi yang agung. Elia bagaikan api Allah yang menghanguskan dosa. Ia setia kepada Tuhan sampai detik ia diangkat oleh Tuhan.

Chuck Colson pernah menjadi orang penting di White House. Ia adalah penasihat presiden Nixon yang sangat berkuasa. Tetapi ia pernah jatuh dari kedudukannya dan dipenjarakan. Di tengah-tengah situasi yang memburuk, ia telah datang kepada Tuhan dan bertobat. Pada hari ini, ia telah menanggulangi situasi kecemasan dengan suatu tujuan hidup yang lebih tinggi, yaitu melayani orang-orang yang di penjara dengan Injil Kristus.

Don Sutton, Los Angeles Dodger Pitcher, pernah mengatakan dalam suatu wawancara: "Jesus Christ gives me the winner`s edge!" Kami pun yakin bahwa Tuhan akan memberikan kemenangan total kepada anak-anak-Nya, sehingga kita dapat lebih mengabdikan diri dalam pelayanan gereja. Jangan membiarkan kecemasan, tawar hati, lesu, dan rasa jemu memincangkan kehidupan Saudara. Tatkala kekecewaan datang, biarlah keempat tahap yang dialami oleh Elia juga berlaku atas diri kita masing-masing.

[Lanjutkan] [Sebelumnya]



T/J Kontemporer:

[Ke Atas]

3. Bagaimana mengatasi sifat egoistis?

Dalam masyarakat modern sering terjadi suatu tendensi, di mana kehidupan manusia terlalu individualistik. Masing-masing hanya mementingkan dirinya sendiri. Dengan istilah lain manusia terlalu egoistis. Melalui ruangan ini kita akan membahas tema tersebut, dengan maksud supaya kita lebih mengenal diri kita sendiri dan mengetahui untuk siapa kita hidup.

Perkembangan karakter seseorang

Egosentristik atau self-centeredness adalah ciri-ciri khas yang terdapat dalam kharakter seseorang pada masa kanak-kanak. Kehidupan seorang bayi secara total tergantung pada ibunya. Dunia yang dikenalinya sangat sempit, seolah-olah dialah pusat seluruh dunia. Dia "expert" dalam hal menerima, tanpa memberikan sesuatu kepada orang lain; dia membutuhkan kasih, tetapi tidak tahu bagaimana mengasihi.

Dalam proses pertumbuhan, lambat laun ia meninggalkan masa kanak-kanak dan memasuki masa muda, kemudian bertumbuh menjadi dewasa. Semakin luas lingkungna yang ia kenal, dan reaksi manusia yang semakin ruwet, menyebabkan ia meninggalkan dunia egosentrisnya, serta menjadi dewasa dalam pandangan dunia yang objektif.

Tetapi bukannya setiap orang lancar dalam pertumbuhan jiwa yang sedemikian. Banyak orang harus mengalami lebih banyak pelajaran dan kesukaran, barulah menjadi dewasa. Dalam ilmu jiwa, keadaan yang sedemikian disebut "arrest of growth."

Kita yakin bahwa dalam dunia tidak ada orang yang 100% bebas dari ikatan egosentristik. Tetapi yang kita bahas di sini adalah egosentrisme yang ekstrim. Orang yang sedemikian tidak dapat menikmati rahmat kehidupan yang dikaruniakan oleh Tuhan.

Penderitaan seseorang yang egoistis

Orang yang terlalu egoistis bagaikan hidup dalam ruangan yang dikelilingi dengan cermin. Setiap gerak-gerik dan tingkah lakunya, hanya memantulkan dirinya sendiri. Misalnya, ia selalu menilai persahabatan dengan keuntungan yang dapat diperoleh. Bahkan motif berpacaran pun bukan harus karena cinta kasih, tetapi hanya untuk memuaskan kebutuhannya.

Mereka sangat gemar dipuji dan terlalu sensitif terhadap perkataan orang lain. Ia sering tidak dapat tidur karena memikirkan perkataan orang lain. Mereka juga terllau self-awareness; selalu mawas akan perkataan yang baru diucapkan atau perbuatan yang baru dilakukan. Kekhawatiran terhadap hari depan selalu menekan hidupnya. Mereka selalu menderita tanpa damai sejahtera Tuhan.

Adakah orang-orang yang demikian di kalangan umat Tuhan? Inilah contohnya: Pada suatu hari Jerry mengatakan: "Aku senang ke gereja kalau aku sedang kesepian atau terlalu nganggur." Perkataan yang singkat ini telah menyatakan sifat Jerry yang egoistis. Hubungannya dengan Tuhan didasarkan atas kepentingan diri sendiri. Dia tidak rela mengorbankan sedikit waktu bagi Tuhan.

Egosentrisme merupakan peringai lama yang harus kita tanggalkan (Efesus 4:22*).

Contoh-contoh dalam Alkitab

Banyak tokoh dalam Alkitab yang segenap hidupnya diabdikan kepada Tuhan dan sesama manusia. Misalnya Mordekhai, seorang pahlawan dalam sejarah bangsa Israel. Ia tidak mementingkan hidupnya sendiri, dengan berani mengambil resiko yang besar untuk menyelamatkan bangsanya. Contoh yang lain adalah rasul Paulus, semua pengabdiannya kepada Tuhan dapat diungkapkan dalam Galatia 2:20* "namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku." Paulus pun menganjurkan supaya kita "Bertolong-tolonganlah menanggun beban" (Gal 6:2*).

Di dalam Injil Lukas Tuhan Yesus mengutarakan perumpamaan tentang orang Samaria yang murah hati (Luk 10:33-37*). Orang Samaria ini telah memberikan teladan yang baik dalam hal mengulurkan tangan membantu orang lain. Hal ini akan tercapai kalau kita tidak mengunci diri dalam ruangan yang dikelilingi cermin, tetapi kita menggantikan cermin ini dengan kaca. Melalui kaca ini kita dapat menikmati dan menilai dunia luar dengan objektif. Kita dapat mengetahui kebutuhan orang lain dan kita dapat mempelajari kebaikan orang lain.

Tuhan Yesus berkata: "Kasihilah Tuhan Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu ... Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri" (Mat 22:37-39*). Kalau Saudara merasa dirinya tidak memiliki kasih yang demikian, mengapa tidak mohon Roh Kudus mencurahkan kasih Allah yang ilahi dalam hati Saudara? (Rom 5:5*).

[Lanjutkan] [Sebelumnya]



T/J Kontemporer:

[Ke Atas]

4. Mengapa kita harus mengendalikan lidah?

Pada suatu hari saya memberikan teka-teki kepada seorang murid Sekolah Minggu: "Coba terka, benda apakah yang kecil bentuknya, tetapi besar pengaruhnya?" Jawaban yang spontan yaitu: "Bom Atom! "Mengapa?" tanya saya. Lalu ia menerangkan bahwa sebutir bom atom yang diledakkan dapat membinasakan jutaan manusia dan radiasinya dapat mempengaruhi seluruh dunia.

Jawaban anak Sekolah Minggu itu betul, tetapi tidak setiap manusia memiliki bom atom. Tahukah Saudara, bahwa setiap kita mempunyai LIDAH. Lidah adalah organ tubuh yang kecil, tetapi pengaruhnya besar. Seperti apa yang dikatakan oleh Yakobus: "Lihatlah, betapa kecilnya api, ia dapat membakar hutan yang besar. Lidahpun adalah api" (Yak 3:5-6*).

Ada beberapa macam "lidah" yang dapat menjadi peringatan bagi kita sekalian.

Lidah tak bertulang

"Lidah tak bertulang" adalah pepatah yang sering kita dengar yang berarti mudah berjanji tidak menepatinya. Seperti halnya seorang pemuda yang sedang berpacaran. Untuk memikat hati si dia, ia berjanji muluk-muluk: "Untuk engkau, mati pun saya rela ..." Tetapi, tidak lama berselang, si pemuda tersebut sudah mengkhianati janji-jani-Nya. Ia sudah "changed his mind." Maka "lidah tak bertulang" berarti perkataan yang keluar dari mulut saja dan bukan dari hati. Sebagai orang Kristen, marilah kita bertanggung jawab atas perkataan yang keluar dari mulut kita sendiri.

Lidah panjang

Dalam peribahasa Tionghoa, oramg yang suka menyampaikan "gosip", dikiaskan sebagai "nenak tua yang berlidah panjang." Lidah yang panjang dengan motif yang jahat dapat menyampaikan perkataan-perkataan yang tak sesuai dengan kenyataan. Hal ini akan menghancurkan kepribadian seseorang, menyebabkan keretakan dalam gereja dan menyakiti hati orang lain. Pernahkah Saudara berbuat sedemikian? Ingatlah firman Tuhan yang mengatakan: "Engkau merancang penghancuran, lidahmu seperti pisau cukur yang diasah, hai engkau, penipu."

Lidah penjual obat

"Lidah penjual obat" berarti pembual atau lidah yang tidak terkendali. Ada sebuah lelucon sebagai berikut: Seorang penjual obat di tepi jalan ingin menarik perhatian para penonton, sehingga ia menyediakan sebuah kerangka manusia sambil mengatakan: "Inilah kerangka moyang kita Adam." Sahut seorang penonton dengan tiba-tiba: "Tidak mungkin, sebab tulang rusuk Adam tentunya kurang satu, padahal itu lengkap." Penjual obat menjawab: "Betul, ini kerangka Adam semasa Hawa belum diciptakan."

Saudara-saudara sekalian, banyak di antara kita berlidah penjual obat, asal putar lidah tetapi tak terkendali. Hal ini akan menurunkan reputasi kita sendiri. "Di dalam banyak bicara pasti ada pelanggaran, tetapi siapa yang menahan bibirnya, berakal budi" (Ams 10:19*). Ingatlah bahwa tidak ada penghapusan perkataan yang terlanjur keluar dari mulut kita.

Lidah berbisa

Lidah yang berbisa adalah orang yang suka memfitnah, menghasut, mengadu domba, menghina dan menjatuhkan orang lain. Pemazmur mengatakan: "Mereka menajamkan lidahnya seperti ular, ular senduk ada di bawah bibirnya" (Mazm 140:4*). Lidah yang berbisa jauh lebih jahat dan lidah-lidah lain yang telah kita bahas tadi. Saya yakin bahwa Tuhan akan mencabut kesejahteraan orang-orang yang demikian, "Pemfitnah tidak akan tinggal tetap di bumi" (Mazm 140:12*).

Pengajaran Alkitab

Kesalahan dalam berkata-kata bukan hal yang remeh atau kecil, melainkan menyangkut seluruh kepribadian orang Kristen.

  1. Tanda orang yang beribadah: "Jikalau ada seorang mengganggu dirinya beribadah, tetapi tidak mengekang lidahnya, ia menipu dirinya sendiri, maka sia-sialah ibadahnya" (Yak 1:26*).

  2. Tanda orang yang sempurna: Barangsiapa tidak salah perkataannya, ia adalah orang yang sempurna yang dapat juga mengendalikan seluruh tubuhnya.

  3. Teladan Tuhan Yesus: "Dan semua orang itu membenarkan Dia dan mereka heran akan `kata-kata` yang indah yang diucapkan-Nya (Luk 4:22*).

  4. Teladan Timotius: "Jadilah teladan bagi orang-orang percaya dalam perkataanmu..." (1Tim 4:12*).

  5. Peringatan: "Setiap kita sia-sia yang diucapkannya orang harus dipertanggungjawabkannya pada hari penghakiman, karena menurut ucapanmu engkau akan dibenarkan dan menurut ucapanmu pula engkau akan dihukum" (Mat 12:36-37*).

  6. Doa orang Kristen: "Setelah pembahasan tentang lidah, marilah kita mawas diri, apakah kita pemfitnah, pembohong, pemarah, penghasut, pembual, pengadu domba, dan lain-lain. Hendaklah kita berdoa demikian: "Awasilah mulutku, ya Tuhan, berjagalah pada pintu bibirku" (Mazm 141:3*).

[Lanjutkan] [Sebelumnya]



T/J Kontemporer:

[Ke Atas]

5. Bagaimana mengatasi konflik dalam kehidupan orang Kristen?

Banyak orang Kristen bertanya: "Kalau kita menjumpai konflik dalam kehidupan kita, apakah hal itu merupakan dosa?" Jawabannya: "Tidak." Tetapi untuk mencapai kehidupan yang normal dan serasi, kita harus sanggup mencari "jalan keluarnya."

Saya akan mengambil sebuah contoh yang lazim terjadi di kalangan pemuda/i sekalian: Pada suatu hari Andi telah jatuh cinta pada Debora, teman sekelasnya. Tetapi pada semester berikutnya Andi diharuskan ke Denver, sehingga ia jauh dari Debora. Di kota besar Denver, Andi merasa kesepian, sehingga ia tiap hari menelpon Debora. Tetapi tak lama kemudian, Andi jatuh cinta kepada Lydia. Hal ini menyebabkan konflik dalam hatinya, sehingga setiap kali ia menelpon Debora, ada suatu suara dalam hatinya yang terus menegur perbuatannya.

Pada suatu hari Debora mengatakan, bahwa ia berencana untuk berkunjung ke Denver pada liburan Summer yang akan datang. Mendengar hal ini, Andi merasa senang sekali. Ia berjanji tidak akan mengambil Summer class, dan akan membawa Debora untuk bertamsya di Colorado. Tetapi kegembiraan ini segera diliputi oleh kerisauan, sebab ia teringat akan Lydia dimana hatinya masih terpikat olehnya.

Pada suatu hari Debora mengatakan, bahwa ia berencana untuk berkunjung ke Denver pada libuan Summer yang akan datang. Mendengar hal ini, Andi merasa senang sekali. Ia berjanji tidak akan mengambil Summer class, dan akan membawa Debora untuk bertamasya di Colorado. Tetapi kegembiraan ini segera diliputi oleh kerisauan, sebab ia teringat akan Lydia dimana hatinya masih terpikat olehnya.

Hari semakin mendekati Summer, konflik dalam hati Andi semakin mendalam, sehingga ia tidak mempunyai semangat untuk belajar bahkan tidak bisa tidur nyenyak. Pendeta tersebut menjawab: "Berdoalah." Namun, setelah Andi berdoa siang dan malam, keadaanya tetap seperti sediakala; tidak bisa tidur dan tidak bisa belajar.

Seminggu kemudian, Andi berkesempatan bercakap-cakap dengan pendeta tersebut, dan Ia mengutarakan persoalan-persoalan yang sedang ia hadapi. Pendeta menjelaskan, bahwa tidak ada seorang yang dapat membantu Andi menyelesaikan konflik itu, kalau Andi tidak sanggup memilih salah satu di antara kedua gadis tersebut. Sebab tidak mungkin bagi Andi untuk sekaligus mencintai kedua-duanya. Maka Allah dianjurkan untuk mengubah cara berdoanya, bukan berdoa supaya Tuhan memberikan Andi tidur nyenyak dan semangat untuk belajar, tetapi berdoa supaya Andi mengetahui kehendak dan pimpinan Tuhan: gadis mana yang harus ia pilih.

Mungkin para pemcira ingin segera mengetahui, bagaimana hasil dari doanya; apakah yang dipilih Debora atau Lydia? Maaf, di sini tidak akan saya ukirkan, siapa yang dipilih Anda. Namun setelah Andi sanggup "make a final decision", konflik tersebut lambat laun telah diselesaikan, dan Andi kembali belajar dengan penuh semangat dan bisa tidur nyenyak. Selain itu ia telah mendapat suatu pelajaran yang untuk waspada dalam asrama.

Konflik semacam ini dapat terjadi dalam berbagai aspek kehidupan kita. Misalnya dalam memilih pelajaran, pekerjaan, menentukan hari depan dan lain-lain. Di teman Getsemani, Tuhan Yesus juga mengalami konflik dalam hati-Nya: menderita atau melarikan diri dari penderitaan kayu salib. Maka Tuhan Yesus berdoa tiga kali dengan doa yang hampir sama. Akhirnya Ia sanggup memilih kehendak Allah Bapa atas diri-Nya, yaitu menderita dan mati di atas kayu salib (Mat 26:36-46*).

Dalam kitab Kejadian pasal 22, mungkin Abraham juga mengalami konflik dalam hatinya, tatkala Tuhan menguji imannya. Kalau Tuhan mengetahu Ishak adalah anak tunggal Abraham yang dikasihinya, mengapa Tuhan sampai hati menyuruh Abraham mempersembahkan Ishak sebagai korban bakaran? Saya yakin konflik timbul antara rasio dan iman percaya Abraham terhadap Tuhan. Akhirnya Abraham sanggup taat dan memilih kehendak Tuhan atas dirinya, sehingga Abraham layak disebut sebagai "bapa segala orang yang beriman."

Konflik yang terus menerus terjadi dalam masa yang panjang akan menyebabkan kegelisahan dan kecemasan dalam kehidupan kita. Apalagi kalau suatu konflik sudah masuk di dalam "alam bawah sadar", maka hal itu akan menyebabkan perkembangan jiwa yang abnormal.

Sebagai konklusi, sekali lagi saya tegaskan bahwa konflik bukan suatu dosa, tetapi objek keinginan kita mungkin tidak diperkenankan Tuhan, bahkan merupakan hal yang berdosa. Prinsip Alkitab sangat mementingkan kelakuan seseorang, tapi tidak juga mengabaikan pemikirannya, sebab pemikiran merupakan induk perbuatan seseorang. Tuhan tidak menuntut pemikiran kita selal "Holy, Holy, Holy" (100% suci), tetapi Tuhan menuntut supaya kita dengan sadar mengontrol motivasi pemikiran kita, dengan prinsip Alkitab untuk menyelesaikan konflik dalam kehidupan kita.

[Lanjutkan] [Sebelumnya]



T/J Kontemporer:

[Ke Atas]

6. Bagaimana perdamaian dunia dapat kita capai?

Dasawarsa 90-an dimulai dengan beberapa kabar baik untuk perdamaian dunia. Misalnya hubungan baik antara Amerika Serikat dengan Rusia, dimana mereka berusaha untuk menyelesaikan paling perang dingin. Kita melihat setelah runtuhnya tembok Berlin, beberapa negara komunis di Eropa Timur mulai bergolak untuk menuntut demokrasi. Semuanya ini seolah-olah memberi indikasi bahwa perdamaian dunia dapat dicapai dengan usaha-usaha persahabatan internasional. Tetapi diluar dugaan manusia, pada tanggal 2 Agustus 1990, dunia digemparkan karena iraq telah menyerang negara tetangganya Kuwait. Dalam waktu beberapa jam, 120 ribu tentara Iraq yang diperlengkapi oleh tank T 72 dan pesawat menyerbu M-G yang semuanya "made in Soviet", seolah-olah telah menelan Kuwait.

Memang orang mengatakan: "Damai sejahtera! Damai sejahtera!" Tetapi tidak ada damai sejahtera (Yer 6:14*). Adakah Alkitab memberikan suatu gagasan untuk mendirikan masyarakat yang damai dan sejahtera? Jawabannya adalah positif, bahwa Firman Tuhan telah memberikan suatu kunci, dimana manusia secara individu dan kolektif boleh hidup secara damai dan sejahtera. Kunci ini adalah "Kristus sebagai Raja Damai" (Yes 9:5*). Maka tatkala Kristus dilahirkan, berlaksa-laksa malaikat memuji Tuhan, katanya: "Kemuliaan bagi Allah di tempat yang mahatinggi dan sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepada- Nya" (Luk 2:14*). Alkitab menjanjikan pada saat kedatangan Kristus yang kedua kali, di atas takhta-Nya dan di dalam kerajaan-Nya, "damai sejahtera tidak akan berkesudahan" (Yes 9:6*).

Akhir-akhir ini kita sering melhat adegan yang sangat mengharukan di televisi, dimana serdadu-serdadu Amerika berpisah dengan keluarga mereka, dan tidak yakin apakah mereka dapat kembali ke tanah air dengan selamat? Kita juga mengetahui, pada saat ini pemerintah Iraq sedang merekrut remaja-remaja yang masih berusia 17 tahun untuk siap berperang. Memang hal-hal ini sangat menyedihkan. Banyak yang bertanya: "Mengapa kita harus berperang?" Memang sejarah membuktikan bahwa manusia senantiasa membentuk dunia yang damai dan sejahtera, tetapi melalui perang dunia I dan II, terbukti bahwa usaha-usaha manusia telah gagal. Bahkan 2000 tahun yang lalu Kristus sudah menubuatkan bahwa pada akhir zaman kita akan lebih banyak mendengarkan "deru perang atau kabar-kabar tentang perang", sebab "bangsa akan bangkit melawan bangsa, dan kerajaan melawan kerajaan" (Mat 24:4-7*). Dunia tidak mungkin mencapai perdamaian tanpa Kristus sebagai Raja Damai. Yakobus menjelaskan bahwa sumber segala persengketaan dan pertengkaran (baik di dalam relasi, keluarga, keluarga, masyarakat, masyarakat ataupun internasional) datangnya dari hawa nafsu yang saling berjuang di dalam tubuh manusia. Hawa nafsu ini termasuk sifat-sifat egois, keserakahan, kecongkakan, kebencian dan lain-lain. Selama manusia masih cenderung pada sifat kedagingan, "jalan damai tidak mereka kenal" (Rom 3:17*).

Maka untuk mencapai perdamaian antara manusia, mereka harus didamaikan dengan Allah terlebih dahulu. Rasul Paulus mengatakan bahwa oleh darah salib Kristus kita didamaikan dengan Allah (Kol 1:20*). Kristus adalah pembawa damai, Dialah damai sejahtera kita (Ef 2:14*).

Kita yakin bahwa Tuhan masih memperhatikan situasi dunia pada dewasa ini. Ia akan turut campur tangan dalam krisis Persian Gulf. Biarlah kita berdoa supaya Allah mengaruniakan damai sejahtera-Nya di dalam Kristus. Lebih daripada itu, hendaklah kita berdoa agar kerajaan Allah datang, di mana Kristus bertakhta sebagai "Raja Damai" untuk selama-lamanya.

[Lanjutkan] [Sebelumnya]



Source URL: https://c3i.sabda.org/menjawab_pertanyaan_kontemporer_kristen