Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs C3I

Retrospeksi

Pergumulan dalam batin anak-anak Tuhan kadang-kadang di luar dugaan. Kehidupan kristiani yang nampak dari luar begitu bagus sering kali hanya merupakan kertas pembungkus hadiah yang manis untuk dipandang. Filsuf Rusia Feodor Dostoevsky pernah mengatakan bahwa, "Di tengah kedalaman lubuk hati manusia ada rahasia yang orang tak mungkin bukakan kecuali pada sahabat dekatnya. Itupun sering kali dengan cara yang sangat hati-hati. Meskipun demikian, di samping itu ia masih menyimpan rahasia lain lagi yang tak mungkin ia ceritakan kepada sahabat tersebut, karena ia hanya dapat menyingkapkannya kepada dirinya sendiri. Dan yang lebih mengherankan lagi, di samping rahasia-rahasia tersebut, ia ternyata masih menyimpan rahasia yang lain lagi, yang begitu memalukan sampai kepada dirinya sendiri pun ia takut untuk menyingkapkannya."

"Ah, apakah sebenarnya manusia," kata Daud (Maz.8:5-7). Manusia menyimpan begitu banyak rahasia. Batinnya merupakan suatu dunia tersendiri, yang kadang-kadang menyimpan hal-hat yang ia sendiri tidak sadari. Untuk itu, Daud yang pernah terjebak, mengajar kita untuk selalu berdoa, "Bebaskanlah aku dari apa yang tidak kusadari." (Maz.19:13). Ia sadar, sering kali ia sudah terjebak dan melakukan dosa tanpa ia dapat mencegahnya. Kadang-kadang sebelum ia sempat berpikir, pikiran jahat sudah hadir dan begitu cepat ia melibatkan dirinya dengan dosa. Dan untuk melayani kemauan dosa tersebut, ia sampai menjadi pembunuh dan pezinah (II Sam.11). Ia sangat menyesal, tapi perbuatan dosa telah dilakukan. Tidak heran dalam salah satu mazmurnya, ia meratap, "Terhadap Engkau, terhadap Engkau sajalah aku telah berdosa... Sesungguhnya, dalam kesalahan aku diperanakkan, dalam dosa aku dikandung ibuku. Sesungguhnya, Engkau berkenan akan kebenaran dalam batin, dan dengan diam-diam Engkau memberitahukan hikmat kepadaku." (Maz.51:6-8).

Sekarang, bagaimana kita menghadapi realitas dosa ini? Pertama, kejujuran. Kejujuran adalah suatu tindakan yang "mengangkat ke permukaan, ke alam kesadaran" apa yang sedang terjadi dalam batin kita.

Pada tanggal 21 Juli 1976, Presiden terpilih AS, seorang Injili yang aktif, Jimmy Carter, membuat pernyataan yang sangat mengagetkan. Di hadapan para wartawan, di depan rumahnya di Plains, Georgia, ia mengatakan: "I've looked on a lot of women with lust. I've committed adultery in my heart many times. This is something that God recognizes I will do - and I have done it - and God forgives me for it." ("Saga sudah memandangi banyak wanita dengan nafsu birahi. Sering kali saya berzinah di dalam hati saya. Allah mengetahui apa yang akan dan sudah saya lakukan dan Ia mengampuni saya.") (Mel White, Lust, the Other Side of Love, Old Tappan, New Jersey: Fleming & Revell, 1978, p.11).

Ia jujur, ia sadar dan ia tidak membiarkan itu semata-mata menjadi rahasia yang tersimpan di dalam batinnya. Ia ingin menyelesaikannya, oleh sebab itu dengan resiko berat diejek dan dipermalukan, ia berani membuat pernyataan terbuka. Sampai majalah porno Playboy memuat pernyataan tersebut dalam bentuk cerita yang sinis tentang dia (Sept. 20, 1976).

Kedua, pengenalan akan akar persoalannya. Seorang hamba Tuhan pernah mengatakan, "Christ ia the answer, but what ia the question?" ("Kristus adalah jawabannya, tetapi apakah sebenarnya pertanyaan kita? Apakah kita mengerti apa yang kita tanyakan?")

Hambatan yang terbesar untuk penyelesaian persoalan sebenarnya bukanlah materi persoalan itu sendiri, melainkan bagaimana pengenalan kita akan akar persoalan tersebut. Apakah sebenarnya persoalannya? Apakah ia berzinah karena kekosongan dalam jiwanya atau karena kebutuhan love dan acceptance. Apakah ia berzinah untuk menghancurkan pernikahannya (intentionally) atau karena ia belum dapat mengontrol dan mematikan kebiasaan lamanya. Apakah ia berzinah karena tergoda dan jatuh atau karena ia mencari dan menginginkannya? Jadi, sepuluh kasus perzinahan mempunyai sepuluh kemungkinan akar persoalan yang berbeda. Pengenalan akan akar persoalan inilah yang diperlukan untuk dapat mengatasi realitas dosa yang tidak disadari. Tuhan kiranya memberkati hati yang peka dan tutus mencintai kebenaran.

Sumber
Halaman: 
4
Judul Artikel: 
Parakaleo, Juli September 1996, Vol. III, No. 3
Penerbit: 
Departemen Konseling STTRII, Jakarta 1996
Kota: 
Jakarta
Editor: 
Dr. Paul Gunadi, Dr. Yakub B.Susabda
Tahun: 
1996

Komentar