Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs C3I

Tahap-Tahap Latihan Praktis Konseling

Edisi C3I: e-konsel 267 - Tanggung Jawab Konseling Pastoral

Diringkas oleh: Sri Setyawati

Salah satu pelayanan yang harus ada di dalam gereja adalah konseling pastoral. Untuk memberikan pelayanan konseling pastoral yang benar dan terarah sesuai kebenaran Alkitab, konselor pastoral perlu memiliki teori-teori konseling dan psikologi, sekaligus latihan-latihan praktis. Berikut ini adalah tahap-tahap dalam latihan praktis konseling.

1. Latihan Sensitivitas.

Latihan ini perlu dilakukan berulang-ulang, agar calon konselor betul-betul peka terhadap dimensi-dimensi yang tersembunyi dari setiap permasalahan yang dihadapinya. Konselor harus peka terhadap perasaan di balik kata-kata, jalan pikiran klien, aspek-aspek yang terkait dengan persoalan klien, situasi dan kondisi, inti dan akar persoalan, kebutuhan klien yang sesungguhnya, dan kesempatan-kesempatan yang Tuhan sediakan. Latihan ini membantu konselor dalam mengenali kebenaran-kebenaran dari sumbangan psikologi (mekanisme pertahanan yang dipakai dan gejala-gejala kejiwaan) dan teologi (bagaimana kebenaran-kebenaran Allah dapat diterapkan dalam situasi yang konkret dalam kehidupan). Latihan ini dapat diberikan dalam bentuk diskusi kelompok (pembahasan kasus, diskusi, dan sharing) dan analisis kasus (mencermati contoh kasus, tanya jawab, dan diskusi).

2. Latihan Verbatim.

Verbatim adalah catatan lengkap kata per kata dalam percakapan konseling. Latihan ini membantu konselor untuk membiasakan diri dengan prinsip-prinsip dan disiplin konseling yang sehat. Dengan begitu, mereka tidak berkata-kata semaunya sendiri dalam percakapan konseling, tetapi berusaha mengubah dan memperbarui sistem komunikasi antara konselor dengan konseli. Verbatim juga diperlukan untuk mengetahui sejauh mana seseorang belajar konseling, sehingga calon konselor dapat dibimbing dan ditolong secara lebih tepat. Namun demikian, calon konselor tidak perlu mengesampingkan keunikan identitas pribadinya, menyalin, dan memakai kata-kata, serta susunan kalimat orang lain; yang terpenting dalam latihan ini ialah "prinsip pendekatan konseling".

Fokus utama latihan ini adalah melatih kemampuan refleksi konselor, yaitu kemampuan untuk menangkap perasaan di balik kata-kata konseli dan merefleksikan dalam kata-kata yang jelas, sederhana, dan tepat. Hal ini dilakukan agar konseli dapat mengenali diri sendiri, kondisi, perasaan, cara berpikir, bahkan sikapnya terhadap hal-hal yang dianggap sebagai masalahnya saat itu. Dengan mendapatkan refleksi yang tepat, konselor dan konseli bisa masuk dalam proses konseling yang sesungguhnya. Latihan verbatim dapat diberikan dalam 3 bentuk: melengkapi verbatim -- calon konselor diberi 2-3 kasus untuk dilengkapi, menganalisis verbatim -- calon konselor diberikan 2-3 contoh verbatim yang harus dinilai dan dianalisis, dan menyusun verbatim -- latihan ini diberikan setelah calon konselor beberapa kali mengerjakan latihan-latihan verbatim yang lain. Sebelum Anda menyusun verbatim, calon konselor perlu merenungkan terlebih dulu apakah pokok persoalan sebenarnya, menganalisis apa yang dianggap sebagai masalah oleh konseli, dan bagaimana jalan keluarnya.

3. Latihan Mengklasifikasikan Kasus.

Dalam pertemuan pertama, konselor seharusnya bisa mengenali apakah kasus ini menjadi tanggung jawabnya, menjadi tanggung jawab dari profesional lain (dokter, psikiater, dsb.), atau kerja sama antara keduanya, serta apakah kasus ini untuk jangka panjang atau pendek. Untuk menghadapi konseli yang betul-betul membutuhkan pertolongan atau ada motivasi lain, konselor perlu memiliki teori-teori dan informasi-informasi tentang konseling. Tanpa hal itu, konselor sulit untuk mengenali apakah kasus yang diberikan adalah kasus "abnormalitas" yang seharusnya ditangani oleh dokter, perlu pengobatan medis lebih dulu atau langsung dapat ditangani.

Jika dalam pertemuan pertama, konselor sulit untuk mengklasifikasikan kasus, lakukan beberapa prinsip berikut.

a. Simpan praduga. Konselor yang baik tidak akan memaksakan dugaannya untuk diakui sebagai persoalan konseli atau memanipulasi konseli supaya membenarkan dugaannya.

b. Simpan nasihat-nasihat. Cobalah untuk menahan diri, jangan langsung memberikan nasihat. Konselor harus menyadari bahwa tanpa bekal pengetahuan teologi, Alkitab, dan psikologi yang cukup, tidak mungkin ia bisa menjadi konselor yang baik, yang dapat memberi solusi dan nasihat yang tepat.

c. Jelajahi persoalan konseli. Konselor tidak selalu tahu apa persoalan konseli yang sebenarnya. Di satu sisi, konselor memunyai banyak dugaan tentang "apa persoalan yang sebenarnya", yang harus diuji kebenarannya. Di sisi lain, konselor juga diperhadapkan dengan "sesuatu" yang menurut konseli adalah persoalannya, ini pun harus diuji kebenarannya. Oleh karena itu, konselor harus menguji kebenaran dugaan konseli dan menguji kebenaran dugaannya sendiri.

4. Latihan Menangani Kasus-Kasus Konseling yang Sesungguhnya.

Setelah mempelajari teori-teori dan melakukan latihan dengan kasus-kasus buatan, calon konselor harus mencoba menangani kasus-kasus yang sesungguhnya. Anda bisa bekerja sama dengan gereja lokal untuk mendapatkan klien, menulis verbatim, mendiskusikan verbatim, atau memberikan tugas penulisan karya tulis (paper) untuk melengkapi pengetahuan suatu kasus.

Dalam setiap latihan, calon konselor harus dibiasakan menangani kasus konseling dengan serius dan bertanggung jawab. Mereka perlu menetapkan peraturan-peraturan konseling, membuat formulir pengumpulan data, dan memakai "file system" untuk pengarsipan. Seorang konselor sebaiknya menyediakan satu map khusus untuk setiap konseli. Cara ini dapat menolong konselor mencapai kemajuan dalam perencanaan pelayanan konseling selanjutnya.

5. Latihan Lanjutan.

Setiap calon konselor harus dibekali dengan latihan-latihan, supaya dapat mengembangkan keterampilan dalam pelayanan konseling. Setiap kasus yang akan Anda tangani adalah kasus yang unik, jadi tidak ada satu pun teknik dan pendekatan konseling yang sempurna, yang dapat dipakai untuk semua kasus. Oleh karena itu, setelah menguasai prinsip-prinsip dasar konseling, Anda perlu mempelajari teknik-teknik pendekatan yang sudah dikembangkan secara sistematis oleh para ahli dan mendasarkannya pada firman Tuhan.

Latihan ini sangat penting, karena Tuhan menghendaki hamba-hamba-Nya diperlengkapi dengan segala pengetahuan (2 Timotius 2:7; Daniel 1:17, dsb.) untuk perbuatan-perbuatan yang baik (Kolose 1:10; Ibrani 13:21).

Diringkas dari:

Judul buku : Pastoral Konseling
Judul asli bab : Latihan Praktis Konseling
Penulis : Yakub B. Susabda
Penerbit : Yayasan Penerbit Gandum Mas, Malang 2000
Halaman : 177 -- 193

Komentar