Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs C3I
Yesus Mati Supaya Manusia Hidup
Oleh: Ryo Yusak (Peserta Kelas Diskusi Paskah Maret 2011)
Filipi 2:8; "Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib."
Pengorbanan membawa maksud "merelakan diri untuk melakukan sesuatu tanpa adanya paksaan”. Dalam rencana Allah untuk menyelamatkan manusia dari kematian akibat dosa sejak kejatuhan Adam maka satu hal yang sebenarnya tidak terpikir oleh manusia ialah karya Allah dalam mengaruniakan Anak Tunggal-Nya Yesus Kristus menjadi manusia untuk menggenapi rencana agung-Nya, yaitu keselamatan.
Logikanya, Allah yang menjadi manusia adalah sesuatu yang menurunkan derajat/keberadaan-Nya karena manusia adalah ciptaan-Nya sendiri dan Allah melepaskan kemuliaan-Nya di surga untuk turun ke dunia. Ini bermakna Allah berkorban dengan merendahkan diri dan menjadi seorang manusia melalui kelahiran Anak Tunggal-Nya, Yesus Kristus. Bahkan, semasa kelahiran Yesus ke dunia Ia bukan berada di tempat yang serba mewah, tetapi dilahirkan disebuah tempat yang tidak selayaknya seorang bayi dilahirkan yaitu di palungan yang kotor dan menjijikkan keadaan sekitarnya. Pengorbanan Yesus dalam hal ini adalah yesus lahir bukan seperti seorang raja yang dilahirkan di tempat yang mewah dan serba berkecukupan. Inilah kasih dan pengorbanan Allah melalui kelahiran anak tunggal-Nya yang membawa kepada gambaran bahwa kelahiran-Nya di kandang memberi gambaran bahwa tempat lahirnya terlalu rendah. Dan tempatnya yang menunjukkan bahwa Allah mengasihi semua manusia sehingga ke golongan manusia yang terhina sekalipun. Tempat/kandang ini adalah gambaran kepada orang-orang yang tidak dihormati dan mempunyai taraf sosial manusia yang rendah.
Seterusnya Yesus memiliki sifat ketaatan kepada bapanya dimana segala perencanaan Allah walaupun Yesus yang memiliki nature manusia masih dapat mampu menanggung penderitaan dan taat kepada Bapa di surga. Ibr 5:8; dan sekalipun Ia adalah Anak, Ia telah belajar menjadi taat dari apa yang telah diderita-Nya.
Kerendahan diri Yesus telah memampukan-Nya untuk taat kepada rencana Allah dalam penyelamatan umat manusia, sehingga rela disalibkan dan mengalami berbagai macam penderitaan dan penghinaan sampai menghembuskan nafas-Nya yang terakhir di kayu salib dan seterusnya menyempurnakan rencana penyelamatan manusia yang kekal. Yoh 10:18; tidak seorangpun mengambilnya dari pada-Ku, melainkan Aku memberikannya menurut kehendak-Ku sendiri. Aku berkuasa memberikannya dan berkuasa mengambilnya kembali. Inilah tugas yang Kuterima dari Bapa-Ku."
Mari kita lihat beberapa fakta tentang kematian Tuhan Yesus.
Pertama, kematian Kristus di kayu salib itu nyata. Banyak orang yang frustrasi dengan menggugat keilahian Yesus lalu mereka mulai mempersoalkan kematian Yesus. Mereka mengatakan bahwa Yesus itu sebenarnya tidak mati, melainkan pingsan. Setelah “siuman” Yesus melarikan diri ke India dan menjadi pertapa di sana. Ada lagi yang mengatakan bahwa sebelum disalibkan Yesus disembunyikan murid-murid-Nya dan digantikan orang lain yang mirip dengan-Nya. Jadi yang disalibkan itu sebenarnya bukan Yesus. Sebenarnya orang-orang ini hanyalah mengarang cerita untuk menjatuhkan argumentasi para penulis Injil. Tetapi mereka lupa bahwa penulis Injil itu berdasarkan saksi mata dan bahkan mereka sendiri ada yang menyaksikan dengan mata kepala sendiri. Para saksi inilah yang patut dipercayai daripada para pembual.
Kedua, kematian Yesus bukanlah kecelakaan, tetapi penggenapan rencana Allah. Kematian Yesus di kayu salib bukanlah permainan sandiwara untuk membuat ceritanya lebih dramatis. Ini bukanlah cerita sensasi semata untuk mencari popularitas, tetapi semua adegan di Golgota adalah murni merupakan penggenapan rencana Allah bagi keselamatan manusia. Selama beribu-ribu tahun sejak manusia pertama jatuh di dalam dosa, Allah telah merencanakan keselamatan ini. Bahkan sejak semula Allah berkata bahwa keturunan manusia ini akan meremukkan kepala si ular (Kej. 3:15). Yesus itulah yang dimaksud dengan keturunan ini. Dan Yesus telah menggenapi melalui kebangkitan-Nya dari maut!
Ketiga, kematian Yesus membuka pintu anugerah lebar-lebar. Terbelahnya tirai yang memisahkan antara ruang suci dengan ruang maha suci bukanlah sebuah simbol atau kejadian yang kebetulan, tetapi memang benar bahwa tirai itu sobek! Allah sudah “tidak nyaman” lagi tinggal sendirian dalam ruang maha suci itu, artinya, Dia mau berdiam dalam gereja-Nya - umat yang telah dikuduskan dengan darah Yesus. Dan kita seharusnya menyadari akan kebenaran ini supaya kita mempunyai kebebasan penuh untuk bersekutu dengan Allah.
Renungan: Kematian Yesus adalah berkat bagi orang benar. Proses ini harus dilalui terlebih dahulu sebelum Ia dibangkitkan dan mengalahkan maut. Kiranya iman kita semakin diteguhkan dengan renungan hari ini. Yesus mati supaya manusia hidup.
Dalam Kristus
Ryo Yusak
Sumber:http://paskah.sabda.org/yesus_mati_supaya_manusia_hidup