Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs C3I
Pencobaan di Tengah Kejayaan
Submitted by admin on Thu, 01/08/2002 - 00:00
PENCOBAAN DI TENGAH KEJAYAAN
Adalah hal yang lumrah jika manusia selalu mendambakan keberhasilan dalam hidupnya. Berikut ini kami menyajikan perbincangan bersama Dr. Paul Gunadi tentang bahaya dari sebuah kejayaan yang selalu menggoda kita untuk jatuh ke dalam dosa.
------- T: Rasanya semua orang menginginkan, mendambakan keberhasilan atau kesuksesan di dalam kehidupannya, maksudnya secara jasmani mereka tentunya ingin kaya, ingin lebih dari yang lain. Tetapi kita pun menyadari bahwa banyak orang yang justru mengalami banyak masalah di dalam hidupnya pada saat dia mengalami kejayaan. Padahal, sebelumnya masalah-masalah tersebut tidak dialaminya. Sebenarnya apa yang melatarbelakangi atau menjadi alasan timbulnya masalah tersebut? J: Ada beberapa penyebab timbulnya masalah, yang pertama adalah keangkuhan. Nah saya akan mengutip perkataan pendeta yang bernama Maxell Cadow. Beliau pernah ditanya mana yang lebih berbahaya, kejayaan atau kesusahan, dia menjawab dengan tegas kejayaan. Sebabnya adalah waktu kita jaya, kita cenderung berpikir bahwa memang kita itu hebat. Nah waktu kita berpikir memang sehebat itu keangkuhan mulai masuk, waktu keangkuhan mulai masuk, kita mulai berpikir bahwa kita ini bisa berbuat apa saja melewati batas. Waktu kita dalam keadaan susah kita cenderung lebih melihat diri kita sebagai orang yang terbatas, tidak bisa ini, tidak bisa itu dan sebagainya. Waktu kita makin jaya seolah-olah kita berpikir batas-batas itu mulai hilang, kita menjadi orang yang bisa melakukan banyak hal yang tadinya tidak bisa kita lakukan. Nah pada saat itulah kalau tidak hati-hati, dalam keangkuhan kita bisa melakukan banyak hal, kita melewati batas, akhirnya malah kita masuk ke dalam pencobaan. ------- T: Itu tadi cenderung pada faktor internalnya, ya, jadi pribadinya. Tetapi ada faktor-faktor eksternal seperti pengaruh orang-orang di sekitarnya yang memuji-muji dia, atau merangsang dia untuk melakukan hal-hal yang tidak terpuji. Apakah hal itu juga menjadi salah satu faktor penyebab kehancuran seseorang ...? J: Benar sekali. Jadi orang yang jaya apalagi seorang pria cenderung menjadi target atau sasaran, godaan atau undangan. Sebab orang yang jaya adalah orang yang bisa memberikan banyak kepada orang-orang lain secara material. Dalam hal inilah dia menjadi sasaran karena dia menjadi orang yang sangat menarik, sangat berpengaruh bagi kehidupan orang-orang di sekitarnya. Saya kira sudah merupakan kenyataan bahwa banyak orang Kristen yang berniat untuk tidak mengkhianati istri mereka tapi akhirnya dalam tugas pekerjaannya dan pergaulannya mereka masuk dalam perangkap dan jatuh dalam dosa perzinahan. Dan saya kira yang tadi Anda katakan memang betul sekali, pada masa kejayaan ada orang-orang yang rela memberikan dan menyediakan tubuh mereka bagi orang- orang yang sedang jaya ini. ------- T: Mungkin supaya kita bicara lebih konkret, dapatkah Anda memberikan contoh atau salah satu contoh yang ada dalam Alkitab? J: Saya akan membacakan Kejadian pasal 39:6-7, Tuhan memberkati rumah orang Mesir itu karena Yusuf sehingga berkat Tuhan ada atas segala miliknya, baik yang di rumah maupun yang di ladang, segala miliknya diserahkan pada kekuasaan Yusuf. Dan dengan bantuan Yusuf dia tidak usah lagi mengatur apa-apa pun selain dari makanannya sendiri. Adapun Yusuf itu manis sikapnya dan elok parasnya, selang beberapa waktu istri tuannya memandang Yusuf dengan birahi lalu katanya: "Marilah tidur dengan aku." Tapi puji Tuhan disini dikatakan ayat 8, "tetapi Yusuf menolak." Yang saya tekankan di sini adalah Yusuf mulai menjadi sasaran dari majikannya atau istri majikannya setelah dia menjadi orang yang berhasil. Menarik sekali bahwa pencobaan ini atau tawaran atau berselingkuh dengan istri Potifar tidak terjadi pada tahap awal sewaktu Yusuf masih menjadi budak, yang masih tidak berhasil dan tidak terpandang. Tapi lama kelamaan tatkala Yusuf makin berhasil dan mungkin sekali disaksikan oleh orang sekitarnya bahwa dia adalah seorang pemuda yang berhikmat dan pandai dan kebetulan didukung oleh wajah yang baik ya, yang bagus. Nah kejayaan itulah yang akhirnya seolah-olah menyadarkan istri Potifar bahwa yang berada di hadapannya hari lepas hari bukanlah seorang budak belaka, tapi seorang pria yang mempunyai kualitas tertentu. Nah pada saat inilah Yusuf menjadi seseorang yang sangat menarik dan kalau dia tidak hati-hati dia sudah jatuh kedalam dosa perzinahan, tapi puji Tuhan, Yusuf memang berhasil menolaknya. ------- T: Jadi bagi orang-orang yang berhasil, tantangan dari luar itu semakin banyak dan itu juga dipengaruhi faktor kedagingan dari orang itu? J: Betul, betul, kalau dia memang orang yang tidak bisa menguasai dirinya dia sudah akan masuk ke dalam perangkap tersebut. Saya kira hidup pada masa sekarang ini ya lebih sulit daripada dulu- dulu, karena kita memang harus mengakui tekanan sosial untuk perilaku-perilaku yang menyimpang ini makin hari makin berkurang. Pada zaman-zaman 50-an, 60-an, bahkan 70-an tekanan sosial untuk meredam perilaku menyimpang ini cukup besar, sehingga orang takut karena tahu ada sanksi sosial yang besar. Namun di masa sekarang saya kira orang makin merasa kebal dengan perilaku menyimpang ini dan menganggap ini sesuatu yang menyenangkan, bukan yang mengerikan, apalagi didukung dengan film-film atau sinetron- sinetron yang seolah-olah tampak sengaja atau disengaja. Saya tidak tahu menggambarkan betapa menggairahkannya dan menantangnya kehidupan ganda seperti itu atau kehidupan menyimpang seperti itu. Kalau mempunyai simpanan, jatuh cinta dengan orang lain selain istri kita, atau jatuh cinta dengan pria lain selain suami kita, itu merupakan suatu pengalaman yang benar-benar menggairahkan, suatu petualangan yang menarik. Nah, saya kira akhirnya seperti ini: melonggarnya tekanan sosial dan juga kerohanian yang tidak begitu kuat akan menjerumuskan seorang yang sedang jaya masuk ke dalam perangkap perzinahan. ------- T: ... Mengapa Tuhan mengizinkan hal itu terjadi? J: Itu pertanyaan yang bagus. Adakalanya seseorang yang jatuh ke dalam pencobaan mencoba merunut-runut ke belakang kenapa saya jatuh ke dalam pencobaan. Celakanya, setelah merunut ke belakang akhirnya berkesimpulan Tuhanlah yang menyebabkan saya jatuh. Nah kenapa orang sampai berkesimpulan seperti itu karena orang itu berkata atau orang-orang ini berkata, kalau Tuhan tidak membuka jalan, saya tidak akan bertemu dengan orang tersebut. Kalau Tuhan tidak mempertemukan kami tidak mungkin kami akan bisa bertemu, kalau dia tidak menunjukkan itikad tertarik kepada saya, saya juga nggak akan memberikan inisiatif, menyambutnya dan sebagainya. Jadi segalanya memang di lihat dari sudut Tuhan tapi setelah jatuh ke dalam pencobaan seperti Daud ya. Yusuf mengaitkan segalanya dengan Tuhan sebelum datang pencobaan, nah pertanyaannya apakah Tuhan mengizinkan hal itu terjadi. Saya percaya, Tuhan tidak merancang, Tuhan tidak menghendaki manusia jatuh ke dalam dosa, Tuhan tidak merencanakan hal itu terjadi, ya, Tuhan tidak memimpin orang untuk berdosa, tidak. Tapi Tuhan mengizinkan pencobaan datang dan mencobai orang Kristen, alasannya satu dan yang saya mau tekankan di sini adalah dalam konteks kejayaan. ... Jadi kita melihat bahwa kejayaan dan pencobaan berdampingan. Nah kenapa Tuhan mengizinkan. Saya berkeyakinan Tuhan mengizinkan pencobaan mendatangi orang Kristen, nomor satu supaya Tuhan bisa menguji kita, apakah kualitas rohani kita seturut dengan kualitas eksternal atau jasmani kita. Apakah kerohanian kita sejaya kemenangan jasmani kita, nah apakah kekuatan internal atau rohani kita sama besarnya dengan kekuatan jasmani kita itu saya kira yang pertama. Dan yang kedua saya kira Tuhan membiarkan atau mengizinkan pencobaan datang, supaya melalui itu Tuhan membentuk kita, supaya kita akhirnya makin mirip dan makin serupa dengan Tuhan kita, saya kira itu intinya.