Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs C3I
Persiapan Pernikahan
Dalam sajian materi minggu ini kita akan diajak untuk mengetahui, mengerti dan memahami apa yang seharusnya kita lakukan sebelum kita masuk dalam pernikahan. Bagaimana kita dapat menyesuaikan diri untuk dapat hidup bersama secara harmonis dalam pernikahan. Silakan menyimak ringkasan diskusi yang dipandu oleh Pdt. Dr. Paul Gunadi dan Dr. Vivian Andriani Soesilo.
T | : | Dalam kesempatan berharga ini dapatkah Anda ceritakan kepada kami persiapan pernikahan yang bagaimanakah yang dibutuhkan oleh calon- calon pasangan suami istri? |
J | : | Persiapan pernikahan bagi mereka ialah persiapan bagaimana mereka bisa menyesuaikan diri, karena selama ini mereka adalah dua pribadi dari latar belakang berlainan dan sekarang akan hidup bersama-sama. Jadi kita perlu mempersiapkan bagaimana mereka nanti bisa secara harmonis hidup bersama-sama. |
T | : | Berdasarkan pengalaman Anda berapa lama waktu yang dibutuhkan oleh calon mempelai untuk melakukan bimbingan pranikah? |
J | : | Menurut saya bimbingan pranikah paling sedikit dilakukan 6-7 kali pertemuan. Pertama kali adalah secara pribadi (per pasang), lalu 5 kali secara kelompok, lalu nanti lagi secara pribadi setelah selesai dengan kelompok, dan bisa 2 kali lagi secara berpasangan. |
T | : | Materi-materi apa yang biasanya diajarkan dan disampaikan dalam kelompok bimbingan pranikah? |
J | : | Materi yang disampaikan terutama tentang:
|
T | : | Sehubungan dengan persiapan pernikahan, apa kata Firman Tuhan yang menegaskan bahwa bimbingan pranikah itu sesuatu yang diperlukan untuk mempersiapkan pasangan-pasangan ini? |
J | : | Masyarakat atau kita semua makin hari makin menjadi masyarakat
yang berpusat pada kenikmatan pribadi. Kita menikah supaya kita
senang/bahagia. Konsep bahwa pernikahan itu tidak selalu membawa
kebahagiaan karena memang kita harus memikul beban satu sama lain
adalah konsep yang perlu ditanamkan pada pasangan-pasangan yang
mau menikah. Firman Tuhan yang langsung muncul dalam benak saya
adalah Galatia 6:2, "Bertolong-tolonganlah menanggung bebanmu,
demikianlah kamu memenuhi hukum Kristus."
Jadi saya kira setiap orang yang ingin menikah, harus siap memikul beban pasangannya. Dia masuk ke pernikahan membawa satu beban, tapi pasangannya juga membawa satu beban lain yang harus siap dipikulnya. Sebab dia tidak akan mendapatkan semua yang dia inginkan dan pasangannya tidak mampu untuk menyediakan semua kebahagiaan untuknya. Jadi konsep terhadap pernikahan dan harapan-harapan yang tersembunyi harus dimunculkan dalam konseling pranikah sehingga keduanya bisa menyadari apa yang sebetulnya diharapkan secara tersembunyi. |