Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs C3I
Diperlengkapi dengan Pelbagai Karunia Roh Allah
Edisi C3I: e-Konsel 121 - Karunia Roh Allah untuk Melayani
Dengan cara bagaimanakah kaum beriman diperlengkapi sehingga dapat
saling menasihati dan mengingatkan? Tentunya melalui pelbagai
karunia Roh Kudus yang diberikan kepada setiap anggota Tubuh-Nya.
Tujuan utama dari semua karunia Roh Kudus tersebut adalah pelayanan
di lingkungan gereja itu sendiri: "Ada rupa-rupa pelayanan, tetapi
satu Tuhan. Dan ada berbagai-bagai perbuatan ajaib, tetapi Allah
adalah satu yang mengerjakan semuanya dalam semua orang. Tetapi
kepada tiap-tiap orang dikaruniakan pernyataan Roh untuk kepentingan
bersama" (
Kita perlu mengerti bahwa semua karunia Roh yang digambarkan dalam
Kitab Suci tidak sepenuhnya terlepas dari langkah yang serupa atau
digariskan menurut suatu pola saja. Setiap orang beriman mempunyai
karunia Roh berbeda: "Kepada tiap-tiap orang dikaruniakan pernyataan
Roh untuk kepentingan bersama" (
Marilah kita tinjau beberapa jenis dari karunia utama yang disebutkan dalam Alkitab.
Nubuat
Nubuat umumnya dikaitkan dengan ramalan untuk masa mendatang. Kata Yunani "prophe/teuo/" sebenarnya hanya berarti menyampaikan atau menyatakan. Kata tersebut mengacu pada menyatakan isi Alkitab kepada orang banyak. Tentu saja, di zaman Kitab Suci dahulu, pekerjaan seorang nabi sering kali mencakup menerima dan mengumumkan wahyu baru. Akan tetapi, gelar nabi sebenarnya ditujukan bagi siapa saja yang mempunyai karunia untuk mewartakan kebenaran dengan kuasa atau berkhotbah. Jadi seorang nabi, terutama di abad sekarang ini, hanyalah seorang pewarta kebenaran Alkitab--bukan seorang penerima wahyu langsung dari Allah. Tokoh Reformasi besar, John Calvin, memahami karunia bernubuat dari sudut tersebut. Tulisnya, "Bagaimanapun juga, saya lebih suka mengikuti mereka yang mengerti Firman dalam artian lebih luas, ketimbang karunia khusus berupa wahyu yang digunakan orang untuk membuka praktik menafsirkan dengan terampil dan tangkas dalam menguraikan secara rinci kehendak Tuhan." (John Calvin, "The Epistles of Paul the Apostle to the Romans and to the Thessalonians", Grand Rapids: Eerdmans, 1960: 269).
Rasul Petrus juga berkata panjang lebar tentang hal tersebut sewaktu
ia menegur mereka yang menerima karunia bernubuat dengan kata-kata
berikut ini: "Jika ada orang yang berbicara, baiklah ia berbicara
sebagai orang yang menyampaikan firman Allah..." (
Mungkin pernyataan terjelas dari bagaimana karunia bernubuat
berfungsi ada dalam
Pentingnya karunia bernubuat dapat kita lihat dalam penekanan Paulus
akan hal tersebut di surat
Dan dalam satu hal, si pengkhotbah memenuhi salah satu unsur penting
dari tugas konselor dengan setiap khotbahnya.
Salah satu imbauan akhir Paulus kepada anak didiknya, Timotius, menekankan pentingnya mewartakan Firman tersebut:
"... nyatakanlah apa yang salah, tegorlah dan nasihatilah dengan segala kesabaran dan pengajaran ..."(2Tim. 4:1-5 ).
Dengan kata lain, para pewarta Firman harus mempraktikkan semua karunia mereka persis seperti para konselor yang bijaksana--menegur, menasehati, serta mengimbau dengan penuh kesabaran dan pengajaran yang berhati-hati.
Mewartakan Firman serta konseling yang benar-benar alkitabiah,
itulah yang akan ditanamkan oleh Roh Kudus dalam hati dan yang akan
menghasilkan pertumbuhan rohani. Bagaimanapun juga, firman Tuhan
"memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk
memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran"
(
Pengajaran
Yang erat berhubungan dengan nubuat adalah kemampuan untuk mengajar. Memang khotbah yang alkitabiah harus mencakup sebuah unsur kuat dari mengajar juga. Berbeda dari berkhotbah, mengajar dilakukan di segala lapisan jemaat, bukan hanya dari mimbar saja. Mereka yang mengajar di sekolah minggu, memimpin pendalaman Alkitab, atau merasul bagi sesama, semuanya mempraktikkan bakat mengajar.
Kata Yunani "didasko" (mengajar) meliputi gagasan mengenai pelatihan atau pengajaran yang sistematis. Karunia mengajar merupakan kemampuan untuk memimpin sesama dalam pemahaman Alkitab.
Penitikberatan pada pengajaran menandai pelayanan Tuhan kita.
Simpulan dari Khotbah di Bukit, "takjublah orang banyak itu
mendengar pengajaran-Nya, sebab ia mengajar mereka sebagai orang
yang berkuasa, tidak seperti ahli-ahli Taurat mereka" (
Penitikberatan pada hal mengajar juga menjadi ciri dari pelayanan
para rasul.
Karunia mengajar merupakan persyaratan penting bagi seorang penilik
jemaat (
Apa yang menandai seorang guru yang efektif? Pertama, seorang guru
harus selalu hidup menurut ajaran Alkitab. Paulus menasihati
Timotius, "Jadilah teladan bagi orang-orang percaya, dalam
perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu
dan dalam kesucianmu" (
Kedua, guru tersebut harus "terdidik dalam soal-soal pokok iman kita
dan dalam ajaran sehat yang telah kauikuti selama ini" (
Ketiga, pengetahuan semacam ini seharusnya membuatnya rendah hati, bukan sombong. Mereka yang mengajar dengan sikap angkuh bertentangan dengan kebenaran yang mereka ajarkan. Paulus menggambarkan bagaimana seharusnya sikap mereka yang mengajar kepada Timotius:
"Sedangkan seorang hamba Tuhan tidak boleh bertengkar, tetapi harus ramah terhadap semua orang. Ia harus cakap mengajar, sabar, dan dengan lemah lembut dapat menuntun orang yang suka melawan, sebab mungkin Tuhan memberikan kesempatan kepada mereka untuk bertobat, dan memimpin mereka sehingga mereka mengenal kebenaran" (2Tim. 2:24-25 ).
Akhirnya, ciri seorang guru yang terampil adalah mempunyai kemurnian
hati dan kekudusan hidup. Paulus mengimbau Timotius supaya "latihlah
dirimu beribadah" (
Pentingnya mengajar dalam konseling tidak dapat terlalu ditekankan. Sebenarnya, konseling sendiri merupakan suatu proses mengajar. Konselor yang bijaksana harus mampu mendengarkan dengan saksama, kemudian menerapkan firman Tuhan secara akurat pada segala masalah yang timbul di saat acara konseling. Para konseli tidak akan dapat hidup menurut prinsip-prinsip yang tidak mereka ketahui. Oleh sebab itu, mengajarkan prinsip-prinsip Alkitab merupakan inti dari proses konseling alkitabiah. Adams menuliskan, "Konfrontasi nouthetic haruslah konfrontasi alkitabiah. Singkatnya, konfrontasi nouthetic adalah konfrontasi menggunakan prinsip-prinsip dan praktik-praktik Kitab Suci." (Jay Adams," Competent to Counsel", Grand Rapids: Baker, 1981: 51). Bertolak belakang dengan metodologi Rogerian yang tidak terarah dan hanya "berfokus pada klien" serta dirangkul oleh banyak orang saat ini, tujuan konseling alkitabiah adalah mengubah semua pola berpikir dan pola hidup yang berdosa. Hal ini dilakukan dengan kuasa Alkitab.
Alkitab adalah satu-satunya tolok ukur untuk mengukur pikiran, perasaan, serta perilaku. Firman Tuhan penuh dengan pedoman dan petunjuk untuk hidup. Maka dari itu, metodologi konseling alkitabiah lebih banyak terletak pada firman Tuhan ketimbang kebijaksanaan manusia .... Oleh sebab itu, para konselor alkitabiah akan berusaha menolong para konseli agar hidup memasrahkan diri pada kasih Tuhan, firman-Nya, serta kebolehan- Nya. (Martin dan Deidre Bobgan, "How to Counsel from Scripture", Chicago: Moody, 1985: 54-55)
Mereka yang dikaruniai bakat mengajar berarti berbakat khusus untuk aspek konseling yang satu ini.
Nasihat
Jika nubuat memberitakan kebenaran Alkitab dan ajaran membuatnya
sistematis, maka nasihat meminta tanggapan yang benar terhadap
kebenaran tersebut.
Menasihatkan berarti menantang saudara-saudara seiman supaya
senantiasa bertindak sesuai dengan kehendak Tuhan. Seperti telah
diketahui, konseling alkitabiah melibatkan tindakan-tindakan seperti
menegur yang tidak tertib, menghibur mereka yang tawar hati, serta
membela mereka yang lemah (
Kebijaksanaan
Karunia kebijaksanaan, seperti yang dimaksud dalam
Pengetahuan
Hal yang mendasar bagi pewartaan, pengajaran, serta konseling adalah
pengetahuan. Karunia pengetahuan adalah kemampuan yang dikaruniakan
Tuhan untuk memahami semua misteri dari firman Tuhan yang
diwahyukan--semua kebenaran yang tidak diketahui terlepas dari
penyataan Tuhan (bdg.
Tanpa adanya pengetahuan rohaniah hingga taraf tertentu, tidak banyak yang dapat ditawarkan oleh konselor kecuali pelbagai spekulasi hikmat duniawi yang tolol dan sia-sia. Pandangan Tuhan terhadap nasihat semacam ini dapat dilihat dari cara-Nya menyalahkan para konselor Ayub. Karunia pengetahuan memungkinkan konselor memberikan nasihat bijaksana yang terdapat dalam firman Tuhan saja, yang dapat memberikan pengharapan kepada para konseli.
Melayani
Sesuatu yang disebutkan dalam
Mengingat banyak konseli yang hidupnya tidak tertib, terutama mereka yang mengalami depresi, maka karunia melayani amat berguna bagi seorang konselor. Membantu konseli menertibkan kehidupan mereka supaya dapat memuliakan Tuhan adalah aspek yang penting dalam konseling alkitabiah.
Belas Kasihan
Mereka yang mempunyai karunia satu ini mempunyai kasih yang istimewa
dan kepekaan terhadap mereka yang sedang menderita--baik mereka
menderita karena miskin atau penyakit fisik, ataupun mereka yang
dikacaubalaukan oleh dosa. Tuhan Yesus Kristus merupakan contoh
terhebat dari Dia yang berbelas kasihan. Dalam
"Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus Aku untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas."
Tanpa karunia belas kasihan dari Roh, konseling sering kali menjadi
dingin dan klinis. Banyak orang berjuang mengatasi kemarahan
emosional, terhuyung-huyung dari malapetaka tertentu dalam hidup,
atau mencari kelegaan dari depresi. Mereka perlu mendapat kesempatan
untuk berbagi beban dengan seseorang yang dikaruniai rasa belas
kasihan. Orang-orang seperti ini sebenarnya sering kali dialihkan
oleh para psikoanalisis, yang hanya memerintahkan mereka supaya
memeriksa diri, memusatkan perhatian pada diri sendiri, atau
terobsesi oleh perasaan mereka. Sebenarnya, yang mereka butuhkan
adalah kelegaan dari beban tersebut serta peringanan dari beban
(bdg.