Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs C3I

Manusia Baru

Edisi C3I: edisi 356 - Komitmen Baru dalam Kristus

Setiap orang Kristen pasti pernah bergumul dengan dosa yang ada pada dirinya. Kita tahu tidak seharusnya kita berdosa, tetapi kita tetap melakukan perbuatan yang sama. Ada yang terus bergumul dengan emosi marah; tidak mau marah namun toh marah. Ada yang bergumul dengan dosa berbohong; kita tahu itu salah, tetap saja kita mengulangnya. Ada yang bergumul dengan dosa seksual; kita ingin lepas tetapi terus melakukannya. Kita merana dan ingin bebas, tetapi masih terbelenggu oleh dosa yang sama. Kadang, kita bertanya-tanya, di manakah kebenaran ayat yang berbunyi, "Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru; yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang" (2 Korintus 5:17). Apakah artinya ayat ini?

Roma 12:2 berkata, "Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna." Efesus 4:23-24, "supaya kamu dibaharui di dalam roh dan pikiranmu, dan mengenakan manusia baru, yang telah diciptakan menurut kehendak Allah di dalam kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya." Kata "budi" dalam Roma 12 berarti pikiran; jadi, dari dua ayat ini dapat kita simpulkan bahwa perubahan mesti terjadi pertama-tama pada pikiran. Dengan kata lain, manusia baru di dalam Kristus adalah manusia yang berpikir seperti Kristus.

Bagian berikutnya dalam pertumbuhan rohani setelah "berpikir seperti Kristus" adalah "berbuat seperti Kristus". Inilah bagian tersulit karena meskipun kita tahu apa yang baik dan seharusnya dilakukan, tetapi kita tidak selalu melakukannya. Paulus membagikan pergumulannya ini dalam Roma 7:21-23, "Demikianlah aku dapati hukum ini: jika aku menghendaki berbuat apa yang baik, yang jahat itu ada padaku. Sebab di dalam batinku aku suka akan hukum Allah, tetapi di dalam anggota-anggota tubuhku aku melihat hukum lain yang berjuang melawan hukum akal budiku dan membuat aku menjadi tawanan hukum dosa yang ada di dalam anggota-anggota tubuhku." Sebagai contoh, kita tahu bahwa mengkhianati pasangan itu salah, tetapi kita tetap melakukannya. Mengapakah demikian?

Pada dasarnya, pikiran dan perbuatan yang berdosa telah menjadi bagian hidup dan kepribadian kita. Pikiran dan perbuatan yang berdosa merupakan sarana untuk mendapatkan yang kita inginkan. Setelah kita mengenal Kristus, kita mesti menanggalkan pikiran dan perbuatan yang berdosa itu dan sebaliknya, mengandalkan Kristus untuk mendapatkan yang kita inginkan itu.

Kita perlu menyeimbangkan kedua hal ini: di satu pihak, kita adalah manusia baru dengan pemikiran yang baru, tetapi di pihak lain, kita adalah manusia lama yang sedang dalam proses pembaruan. Pertumbuhan yang sehat menuntut kesadaran akan keduanya.

Pada akhirnya, untuk bertumbuh dituntut usaha untuk melawan manusia lama. Kendati tidak mudah, kita harus melawannya. Roma 6:12 berkata, "Sebab itu hendaklah dosa jangan berkuasa lagi di dalam tubuhmu yang fana, supaya kamu jangan lagi menuruti keinginannya."

Diambil dan disunting dari:

Nama situs : TELAGA
Alamat URL : http://www.telaga.org
Judul transkrip : Manusia Baru (T215A)
Penulis : Pdt. Dr. Paul Gunadi
Tanggal akses : 14 November 2013

Komentar