Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs C3I
Melayani Konseli
Edisi C3I: e-Konsel 304 - Anak Tunagrahita
Melayani konseli terutama dilakukan dengan membangun hubungan percakapan. Berikut ini adalah beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk membangun suasana hubungan konseling.
1. Menyambut Konseli
Kita menyambut konseli sebagai tanda kita senang menerima kedatangannya, misalnya: "Mari, Pak/Bu/Dik/Kak/Nak, ..., silakan duduk!", dan lainnya (bnd. 1 Raja-raja 19:5). Kemudian berikan minuman atau roti, jika ada.
Bila konseli merasa kurang aman atau terganggu, maka hal itu akan menimbulkan kendala-kendala terhadap hubungan selanjutnya. Perlu dipersiapkan agar konseli merasa lega dan bebas berbicara. Begitu juga jika kita datang menemui konseli, kita perlu memperlihatkan bahwa hati kita bersukacita bisa bertemu dan berbicara dengannya.
2. Membangun Hubungan
Jika misalnya Anda mengetahui seseorang suka memancing, tanyakan keadaan sewaktu memancing, dan seterusnya; atau sesuaikan dengan kesibukan atau hobi konseli setiap hari, kesehatannya, dll..
Jangan memberikan pertanyaan-pertanyaan yang jawabannya bisa "ya" atau "tidak" kepada konseli. Dengan demikian, maka percakapan kita bisa berkembang terbuka. Oleh sebab itu, seharusnya memakai pertanyaan yang terbuka agar konseli terbuka dan berbicara. Di dalam saat-saat yang tepat, dapat Anda katakan misalnya, "Saya senang bila Anda membicarakan tentang sesuatu hal mengenai keluarga Anda atau yang lainnya." Atau, bisa juga Anda katakan, "Saya juga turut prihatin tentang anak Anda yang telah ditangkap polisi. Ada baiknya, bila Anda menuturkannya sedikit." (bila memang ada kejadian seperti itu misalnya).
3. Menguatkan
Mendorong konseli agar merasa bebas berbicara. Berikan perhatian penuh kepadanya, Anda sebagai pendeta atau konselor bukan mengendalikan konseli, akan tetapi biarkanlah konseli berbicara. Ada bahaya bahwa sering pendeta atau pelayan khusus lainnya merasa harus memberi nasihat-nasihat. Asumsi seperti ini harus dijauhkan dalam tugas konseling. Yang penting ialah mendorong yang bersangkutan agar berbicara. Juga, agar tidak ada kesan bahwa kita memaksa dia menerima nasihat-nasihat kita.
4. Tanda-Tanda Konselor Mendengarkan dengan Baik
Berikanlah perhatian penuh pada konseli, misalnya dengan menatap konseli saat ia berbicara. Jika tidak demikian, berarti kita tidak memerhatikannya (bnd. Petrus dan orang yang memunyai masalah dalam Kisah Para Rasul 3 tentang orang lumpuh sejak lahir). Orang lumpuh itu meminta uang (Kisah Para Rasul 3:3). Petrus menatap dia dan itulah pertanda seorang konselor yang baik. Jika Anda merasa kurang mampu untuk menatap seseorang, mintalah kekuatan kepada Tuhan agar Anda sanggup.
5. Bahasa Tubuh
Perhatikan bahasa tubuh Anda sendiri. Tubuh kita ikut berbicara kepada orang lain, "Saya berniat mendengarkan masalah Anda." Dalam cara duduk sekalipun, kita jangan terlihat santai dan lainnya.
Diambil dari:
Judul buku | : | Gembala dan Konseling Pastoral |
Judul bab | : | Hubungan dalam Konseling Pastoral |
Judul asli artikel | : | Membangun Hubungan dalam Konseling |
Penulis | : | E.P. Gintings |
Penerbit | : | Yayasan ANDI, Yogyakarta 2002 |
Halaman | : | 97 -- 99 |