Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs C3I
Mengalahkan Sisi Gelap Uang
Bagaimana allah Mamon dikalahkan? Apakah kita memeluknya dan mencoba untuk menggunakannya untuk maksud-maksud baik? Apakah kita menjauhinya, menolaknya, dan melepaskan diri daripadanya?
Salah satu alasan pertanyaan-pertanyaan ini sulit dijawab adalah bahwa Alkitab tidak memberikan sebuah doktrin Kristen tentang uang. Kita menyalahgunakan Alkitab bila kita memaksa Alkitab memberikan sejumlah teori ekonomi atau memberi kita sepuluh hukum untuk sikap yang jujur terhadap uang. Akan tetapi, apa yang ditawarkan Alkitab bahkan lebih baik -- suatu sudut pandang dengan mana kita melihat semua keputusan ekonomi bagi kehidupan dan sebuah janji tentang dialog, konseling pribadi dalam semua keputusan keuangan dalam kehidupan. Roh Kudus hadir di dalam diri kita, Yesus adalah Guru kita yang hadir dan Ia akan membimbing kita melalui masalah uang dalam segala kerumitannya baik secara pribadi maupun sosial.
Dengan pemahaman itu, saya akan membagikan beberapa saran praktis. Saya tahu bahwa saran-saran tersebut harus disaring sesuai dengan kepribadian dan keadaan Anda yang unik. Barangkali saran-saran itu dapat berfungsi sebagai pos-pos sinyal untuk mendorong Anda dalam perjalanan Anda.
Pertama-tama, marilah kita mengenal perasaan-perasaan kita tentang uang. Bagi sebagian besar dari kita, hambatan terbesar untuk diatasi bukanlah pengertian kita tentang apa yang diajarkan Alkitab tentang uang, melainkan hubungannya dengan ketakutan, rasa tidak aman, dan rasa bersalah kita tentang uang. Kita sungguh-sungguh terancam oleh masalah uang. Kita takut bahwa kita mempunyai terlalu sedikit uang dan kita takut bahwa kita mempunyai terlalu banyak uang. Ketakutan-ketakutan kita sering kali tidak masuk akal. Misalnya, orang yang memiliki pendapatan dua puluh kali pendapatan seorang warga negara Kenya takut menderita kelaparan. Atau beberapa dari kita merasa ngeri terhadap kemungkinan bahwa orang lain mungkin mengira kita lebih kaya dari keadaan kita yang sebenarnya dan menyimpulkan bahwa kita tamak.
Perasaan-perasaan ini nyata dan perlu diperhatikan dengan serius. Sering kali perasaan-perasaan tersebut berasal dari kenangan masa anak-anak. Saya teringat sebagai seorang anak yang mempunyai kecakapan yang memberi saya "kekayaan" yang luar biasa. Saya dapat bermain kelereng lebih baik daripada anak-anak lain di sekolah. Karena kami selalu bermain dengan taruhan, saya sering dapat menyapu bersih milik anak lain sebelum istirahat siang berakhir. Saya ingat bahwa pada suatu saat saya membawa satu kantong besar kelereng, melemparkan kelereng satu per satu ke dalam selokan yang berlumpur, dan memperhatikan dengan gembira ketika anak-anak lain berebut menemukannya. Melalui pengalaman yang satu ini saya mulai merasakan bahwa kekayaan dapat memberi kekuasaan dan bahwa kekayaan dapat digunakan untuk tujuan manipulasi.
Ada orang yang bertumbuh dan mengalami sendiri kekhawatiran yang sangat besar tentang kekurangan segala sesuatu. Karena pengalaman itu, maka keinginan untuk memiliki dan menyimpan merupakan suatu naluri di dalam diri kita dan gagasan melepaskan harta milik adalah hal yang menakutkan. Sebagian orang lagi dibesarkan dalam kelimpahan dan sangat sadar akan bahaya-bahaya rohani dari harta milik yang terlalu banyak, pengertian-pengertian tentang menyimpan dan berhemat terasa sebagai keburukan, bukan kebaikan. Hanya bila kita mengerti hal-hal ini dan banyak perasaan lain yang telah membentuk pemahaman kita terhadap uang, maka kita dapat bertindak berdasarkan panggilan alkitabiah untuk kesetiaan.
Kedua, dengan kesadaran, marilah kita berhenti menyangkal kekayaan kita. Marilah kita melihat gambaran yang luas. Daripada membandingkan diri kita dengan orang lain seperti kita sendiri sehingga kita selalu dapat menyatakan diri lebih miskin, marilah kita menjadi warga negara dunia, melihat diri kita sendiri dalam hubungan dengan sesama umat manusia.
Orang yang memiliki sebuah mobil termasuk dalam kelas atas di dunia. Orang yang memiliki sebuah rumah lebih kaya daripada 95 persen orang yang ada di atas planet ini. Kenyataan bahwa Anda mampu membeli buku ini mungkin menempatkan Anda di antara orang-orang kaya di dunia. Kenyataan bahwa saya berada pada tempat yang sama. Marilah kita melepaskan diri dari ketidakjujuran kita dan dengan terus terang mengakui kekayaan kita. Walaupun sebagian besar dari kita mengalami kesulitan dalam mengatur anggaran kita, kita harus menyadari bahwa sebagai warga negara dunia kita termasuk kelompok orang yang sangat kaya.
Akan tetapi, perhatikan bahwa ini tidak dimaksudkan untuk membuat kita merasa bersalah. Hal ini dimaksudkan untuk membantu kita menangkap sebuah gambaran yang tepat tentang situasi nyata dalam dunia. Kita kaya. Kenyataan bahwa kita memiliki waktu luang untuk membaca sebuah buku atau menonton televisi berarti kita kaya. Kita tidak perlu malu akan kekayaan kita atau mencoba untuk menyembunyikannya dari diri kita sendiri dan dari orang lain. Hanya bila kita mengakui kekayaan kita dan tidak lagi mencoba lari dari padanya, maka kita berada dalam posisi untuk mengalahkannya dan menggunakannya untuk maksud-maksud baik Allah.
Ketiga, marilah kita menciptakan sebuah lingkungan yang memungkinkan terjadinya pengakuan. Banyak dari khotbah kita tentang uang selalu menghukumnya ataupun memujinya, tetapi tidak untuk saling membantu sehubungan dengan hal itu. Banyak dari kita merasa dikucilkan dan menyendiri, seolah-olah hanya kita sendiri yang menghitung emas kita pada malam hari. Betapa jauh lebih baik jadinya kalau kita menciptakan suasana penerimaan di mana kita dapat berbicara tentang masalah-masalah dan kekecewaan-kekecewaan kita masing-masing, mengakui ketakutan-ketakutan dan pencobaan-pencobaan yang kita alami. Kita dapat mendengarkan dengan empati (keadaan mental yang membuat seseorang mengidentifikasi atau merasa dirinya dalam keadaan perasaan atau pikiran yang sama dengan orang atau kelompok lain) terhadap pengakuan seseorang yang baru saja digoda oleh seks, marilah kita dengan sama bebasnya mendengarkan pengakuan seseorang yang digoda oleh uang. Marilah kita belajar menerima tangisan hati masing-masing, "Ampuni saya, karena saya telah berdosa, uang telah menguasai hati saya!"
Kita perlu orang lain yang mau mendengarkan ketakutan dan sakit hati kita, menerimanya, dan mengangkatnya atas nama kita ke hadapan hadirat Allah. Agar gereja dapat berfungsi sebagai gereja, perlu tercipta suatu lingkungan yang di dalamnya kegagalan-kegagalan kita tentang uang dapat diungkapkan dan kita dapat disembuhkan.
Keempat, marilah kita menemukan seseorang yang akan berjuang dengan kita melalui liku-liku uang. Kalau orang itu suami atau istri kita, maka hal itu yang paling ideal. Bersama-sama kita berjanji untuk saling membantu mengamati apabila kuasa godaan uang mulai menang. Hal ini perlu dilakukan dalam semangat kasih dan keramahan, tetapi hal itu sungguh perlu dilakukan. Apa pun yang dipaksa menjadi bersifat rahasia dan tidak pernah terbuka untuk dikoreksi oleh umum akan menyimpang. Kita semua perlu sebanyak mungkin bantuan untuk mengungkapkan kelemahan-kelemahan kita. Barangkali kita menginginkan hal-hal yang lebih daripada sekadar baik bagi kita -- kita perlu seseorang untuk membantu kita menghadapi kenyataan itu. Barangkali kita perlu masuk dengan berani ke dalam dunia bisnis demi Kristus dan kerajaan-Nya -- kita perlu orang-orang yang mendorong dalam pelayanan ini. Barangkali roh ketamakan telah merayap ke dalam urusan bisnis kita -- kita perlu orang yang akan membantu kita melihatnya. Barangkali ketakutan-ketakutan kita mencegah kita untuk dapat menikmati sukacita hidup beriman -- kita perlu orang-orang yang akan mendorong kita ke dalam kehidupan beriman.
Kelima, marilah kita menemukan cara-cara berkenalan dengan orang-orang miskin. Salah satu dari hal-hal yang paling menghancurkan yang disebabkan oleh kekayaan adalah membuat jarak antara diri kita sendiri dengan orang-orang miskin sehingga kita tidak lagi melihat penderitaan mereka. Kita kemudian menciptakan sebuah dunia khayal yang mencegah kita untuk dapat menilai hidup dengan "mengasihi sesama".
Apa yang dapat kita lakukan? Kita dengan sadar dapat memilih untuk berada di antara orang-orang miskin, bukan untuk berkhotbah kepada mereka, tetapi untuk belajar dari mereka.
Keenam, marilah kita mengalami arti penolakan batin. Abraham diminta mengorbankan anaknya, Ishak. Dan saya dapat membayangkan dengan baik bahwa pada saat ia turun dari gunung tersebut, kata-kata 'kepunyaanku' dan 'milikku' telah berubah artinya untuk selamanya bagi dia. Rasul Paulus berbicara tentang "orang tak bermilik, sekalipun kami memiliki segala sesuatu" (2 Korintus 6:10). Sementara kita belajar arti penolakan batin ini, kita memasuki keadaan yang tidak dapat menjadi milik kita, namun segala sesuatu tersedia bagi kita.
Kita perlu mengubah pengertian kita tentang kepemilikan. Barangkali kita perlu memberi tanda pada segala sesuatu yang menjadi milik kita dengan peringatan "Diberikan oleh Allah, dimiliki Allah, dan untuk digunakan bagi maksud-maksud Allah". Kita perlu menemukan cara-cara untuk mengingatkan diri kita sendiri berulang-ulang bahwa bumi adalah milik Tuhan dan bukan milik kita.
Ketujuh, marilah kita memberi dengan sukacita dan murah hati. Memberi adalah cara untuk membuang sifat kikir dari dalam diri kita. Bahkan orang miskin pun perlu mengetahui bahwa mereka apa memberi. Tindakan mengeluarkan uang atau harta milik yang lain mengubah sesuatu dalam diri kita. Tindakan itu menghancurkan setan ketamakan.
Beberapa orang akan dipimpin, seperti Santo Fransiskus dari Asisi, untuk memberikan segala sesuatu dan hidup dalam kemiskinan. Ini bukanlah perintah bagi semua orang, tetapi itu adalah perkataan Tuhan bagi sebagian orang, seperti terbukti ketika Yesus bertemu dengan orang muda yang kaya. Kita tidak boleh memandang rendah orang-orang yang mendapat panggilan dalam bentuk ini, sebaliknya bersukacita dengan mereka yang bertumbuh dalam kebebasan mereka dari allah Mamon.
Sebagian yang lain dapat menemukan cara-cara lain untuk memberi. Kita dapat mencari orang-orang berkekurangan yang tidak dapat membalas kebaikan kita dan memberi sesuatu kepada mereka. Kita dapat memberi kepada gereja, lembaga-lembaga pendidikan, dan badan-badan pengabaran Injil. Kita dapat memberikan uang dan mengadakan sebuah pesta yang kudus bagi orang-orang yang perlu merayakannya (Ulangan 14:22-27). Namun, apa pun yang kita lakukan, marilah kita memberi, memberi, dan memberi. Gordon Cosby mencatat bahwa "memberikan uang adalah mendapatkan sebuah kemenangan atas kuasa-kuasa gelap yang menekan kita."
Barangkali Anda mendapati bahwa pasal ini adalah pasal yang sulit dibaca, saya mendapatkan bahwa pasal ini sulit untuk ditulis. Kita semua menyukai sudut pandang yang positif sehingga wajar untuk meremehkan aspek-aspek negatif dan kritis. Namun demikian, kita sungguh perlu mengenal kenyataan yang tidak dapat dibantah bahwa sebagian besar pernyataan Yesus tentang uang adalah tentang sisi gelap. Sekarang, kita sudah mengerti mengapa hal itu demikian. Hanya bila kita telah menghadapi dan mengalahkan sifat jahat dari uang, kita dapat menjadi calon-calon yang akan menerima dan menggunakan sisi yang menguntungkan dari uang.
Diambil dan disunting seperlunya dari:
Judul asli buku | : | Money, Sex, and Power |
Judul buku terjemahan | : | Uang, Seks, dan Kekuasaan |
Judul bab | : | Sisi Gelap Uang |
Penulis | : | Richard J. Foster |
Penerjemah | : | C. Th. Enni Sasanti, S.P. |
Penerbit | : | Yayasan Kalam Hidup, Bandung |
Halaman | : | 33 -- 38 |